Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Hasani
"Pada masa pemulihan ekonomi saat ini karyawan dituntut untuk dapat memberikan kontribusi lebih baik yang pada akhirnya meningkatnya distress kerja pada karyawan. Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya distress kerja pada seorang pekerja salah satunya adalah faktor psikososial.  PT. X melakukan survey pada setiap direktorat untuk mengetahui tingkat motivasi karyawan dan peningkatan distress kerja karyawan. Hasil survey terebut menunjukkan direktorat Corporate & External Affairs memiliki motivasi kerja paling rendah yang didukung dengan adanya aspirasi terkait meningkatnya distress kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor risiko distres kerja terhadap tingkat distres kerja pada karyawan di direktorat Corporate & External Affairs di PT X.  Metode penelitian taitu deskriptif kuantitatif, desain studi cross-sectional, dengan jumlah total populasi 40 orang.  Terdapat 7.5% karyawan tidak mengalami distress kerja, 47.5% distress kerja rendah, 42.5% distress kerja sedang, dan 2.5% distress kerja tinggi.  Faktor risiko distress kerja yang berhubungan yaitu beban kerja dan kecepatan kerja, pengendalian, pengembangan karir, hubungan antara pekerjaan dan rumah, tuntutan psikologis, dan perundungan dan kekerasan. PT. X sebaiknya melakukan risk assessment yang komprehensif dan menindak lanjuti hasil survey pada Direktorat & Corporate & External Affairs di PT. X serta membuat media pengawasan untuk mendeteksi terjadinya perundungan dan kekerasan khususnya dalam bentuk verbal seperti kritik yang tidak adil.

During the current economic recovery, employees are required to give better contribution, which can increase work distress of employees. Many factors can trigger work distress, one of which is psychosocial factors. PT. X conducted a survey to determine the level of employee motivation and work distress. The survey results show that the Directorate of Corporate & External Affairs has the lowest work motivation supported by aspirations related to increased work distress. The purpose of this study was to analyze the relationship between risk factors for work distress and levels of work stress for employees at the Directorate of Corporate & External Affairs at PT X. The research method is quantitative descriptive, the study design is cross-sectional, sample from total population of 40 people. There are 7.5% employees are categorized as no work distress, 47.5% low distress, 42.5% middle distress and 2.5% high distress.  The risk factors that have association with work distress are workload and pace of work, control, career development, the relationship between work and home, psychological demands, and bullying and violence. PT. X should conduct a comprehensive risk assessment and follow up on survey results and create a program to identify bullying and violence, especially in verbal forms such as unfair criticism.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lena Tresnawati
"Latar Belakang: Distres merupakan bentuk negatif dari psikososial, dimana sumber distres dapat berasal dari faktor pekerjaan itu sendiri, faktor keluarga dan sosial, serta faktor individu. Beberapa kejadian mengindikasikan terjadinya distres pada mekanik di PT. X. Indikasi tersebut terlihat dari gejala fisiologis, psikologis, perilaku, dan kognitif yang timbul dari pekerja.
Tujuan: Menganalisis tingkat distres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X.
Metode: Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, dilakukan pada seluruh mekanik di PT. X sejumlah 37 pekerja, dan analisis data menggunakan uji chi square serta regresi logistik.
Hasil: Faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres adalah budaya dan fungsi organisasi, hubungan interpersonal, tekanan kerja, work family conflict, desain tugas, jadwal dan jam kerja, intensitas olahraga, kecemasan, pengendalian emosi, serta kebiasaan merokok. Faktor pengendalian emosi paling berpengaruh terhadap distres dengan Exp(B) 0,34.
Kesimpulan: Berbagai faktor memiliki hubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X sehingga perlu dilakukan tindakan yang mampu menurunkan risiko distres seperti pengaturan lembur dan pemberian pelatihan.

Background: Distress is a negative form of psychosocial. It can be caused by work factors, family and social factors, and individual factors. Several cases indicate the occurrence of mechanical distress at PT. X. The indications showed from the physiological, psychological, behavioral, and cognitive symptoms that arise from the workers.
Objective: To analyze the associated factors with distress level of mechanics at PT. X.
Methods: Used a cross sectional design study, carried out on all mechanics at PT. X with number of 37 workers, data analysis using chi square test and logistic regression.
Results: Factors related to the distress level are organizational culture and function, interpersonal relationships, work pressure, work family conflict, task design, working hours and scheduler, exercise intensity, anxiety, emotional control, and smoking habits. Emotional control factor has the most associated on distress with Exp(B) 0.34.
Conclusion: Various factors have a relationship with the distress level of mechanics at PT. X so it is necessary to take actions that can reduce the risk of distress such as overtime program and providing training.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiah
"PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan properti. Karyawan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas layanan sesuai dengan ekspektasi konsumen dan organisasi sehingga tidak terlepas dari stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres kerja menggunakan desain studi cross sectional pada 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan 49,5% responden mengalami stres tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stres kerja pada karyawan adalah perkembangan karir, kepuasan kerja, hubungan interpersonal, desain kerja, beban kerja. tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrol pekerjaan dan jadwal kerja dengan stres kerja.

PT. X is a company of tourism and property industry. The employees are required to continuously improve the quality of services in accordance the expectation of customers and organization that cause stress of work. This study aims to analyze the association between psychosocial hazards and work related stress using a cross sectional study on 107 respondents.
The result showed 49.5% of respondents experiencing high stress. Psychosocial factors significantly associated with work-related stress on employees are career development, job satisfaction, interpersonal relationship, task design and workload. There was no significantly associated job control, and work schedule with work-related stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Fajarudin
"Penelitian ini menyelidiki dan membandingkan berbagai faktor psikososial dan faktor lingkungan sosial yang dapat memberikan pengaruh pada satu atau berbagai gejala distress pada pekerja di perusahaan geothermal PT. X. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian menemukan 10 dari 11 indikator faktor psikososial yang dominan di persepsikan sebagian atau lebih responden, dengan 5 gejala stress kerja yang dominan adalah sakit kepala & pusing, MSDs, marah, sulit tidur, dan perubahan nafsu makan. Penelitian menyarankan kepada perusahaan untuk meninjau kembali beban kerja dan kapasitas kerja yang ada, meningkatkan proses manajemen kerja, memperbaiki komunikasi kerja dari tenaga asing, serta menciptakan lingkungan kerja yang suportif.

This research investigates and compares various psychosocial factors and social environment factors that can influence to one or several distress symptoms to workers in the geothermal company PT. X. This research is semi-quantitative research with a descriptive design. The research found 10 out of 11 dominant indicators of psychosocial factors perceived by half or more of the respondents, with 5 dominant stress symptoms are headache and dizziness, MSDs, angry, sleep difficulties, and change in appetite. The research suggests the company review the workload and current work capacity, improve work process management, improve communication by the foreign workers, and create a supportive work environment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Wulandari
"Distres kerja menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di industri konstruksi. Distres kerja dikaitkan dengan perasaan emosional dan mental, tapi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan secara fisik, menurunkan motivasi, produktivitas, dan kepuasan kerja. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya distres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko distres kerja pada pekerja konstruksi proyek XYZ, baik faktor individu, faktor psikososial, dan faktor dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada pekerja konstruksi XYZ pada bulan Maret-Mei 2023. Jumlah sampel penelitian adalah 127 responden yang diambil dengan teknik non random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Short Version-New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) dan 3 pertanyaan tambahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan distres kerja adalah faktor psikososial job control, kompatibilitas dengan pekerjaan, interaksi dengan atasan, interaksi dengan organisasi, dan faktor dukungan sosial. Hasil analisis menunjukkan variabel yang dominan berhubungan dengan distres kerja adalah job control dan dukungan sosial. Dari kedua variabel tersebut, dukungan sosial adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan distres kerja (AOR=4,062)

Job distress is a serious health problem in the construction industry. Job distress is associated with emotional and mental feelings, but it can also have a negative impact on physical health, reducing motivation, productivity and job satisfaction. There are various factors that influence the emergence of job distress. This study aims to analyze the risk factors of job distress on XYZ construction workers, including individual factors, psychosocial factors, and social support factors. This research used a cross sectional design. The research was conducted on XYZ construction workers in March-May 2023. The number of samples in this study were 127 respondents who were taken using a non-random sampling technique. The questionnaire used is the Short Version – New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) and 3 additional questions. Data analysis was performed using the chi-square and logistic regression statistical test. The results showed that the risk factors associated with job distress were psychosocial factors, job control, job compatibility, interactions with superiors, interactions with organizations, and social support factors. The results of the analysis show that the dominant variable related to job distress are job control and social support. Among these two variables, social support is the most dominant variable related to job distress (AOR=4,062)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Revyanda
"Distres kerja adalah respons negatif fisik dan emosional terhadap ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan, sumber daya, dan kemampuan pekerja yang dapat menimbulkan dampak terhadap kondisi fisiologis dan psikologis pekerja. Guru SLB Negeri merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami distres kerja karena pekerjaannya yang berbeda dengan guru sekolah formal pada umumnya serta memiliki tuntutan peran dan tekanan pekerjaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian distres kerja dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan distres kerja pada guru SLB Negeri di wilayah Kota Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan kepada guru dari empat SLB Negeri di Kota Jakarta Selatan. Besar sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu 199 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dari NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. Dari besar sampel sebanyak 199 orang, hanya 186 orang yang bersedia menjadi responden sehingga didapatkan hasil bahwa sebanyak 84 orang (45,2%) mengalami distres kerja dan 102 orang (54,8%) tidak mengalami distres kerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara statistik melalui uji chi-square adalah usia (nilai P = 0,034), status pernikahan (nilai P = 0,022), dan ambiguitas peran (nilai P = 0,015)

Work distress is a physical and emotional negative response to the discrepancy between job demands, resource and abilities of workers, which can has many impact on physiological and psychological conditions of workers. Public special education teacher is one of the professions that are prone to work distress because their jobs are different from other formal schoolteachers and have high job demands and pressures. This study aims to describe the conditions of work distress and analyze the factors related to work distress for public special education teachers in Jakarta Selatan. This study conducted on teachers from four public special educations in Jakarta Selatan so that the sample size used was total sampling, which was 199 respondents. The study method used is quantitative with cross-sectional design study and uses instrument adapted from NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. From 199 respondents, only 186 respondents were willing to filled the questionnaire so the results showed that 84 respondents (45,2%) experienced work distress and 102 respondents (54,8%) did not experience work distress. The factors related to work distress through Chi-Square test were age (P value = 0,034), marital status (P value = 0,022) and role ambiguity (P value = 0,015)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmalina Fadhilah Yahya
"Distres adalah reaksi individu terhadap situasi yang timbul akibat interaksi yang terjadi antara individu dengan pekerjaan dan memiliki dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat distres dan faktor risiko pada tenaga kesehatan di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen tahun 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, masa kerja, beban kerja, jadwal kerja, home-work interface, dan dukungan sosial. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Perceived Stress Scale untuk mengukur distres, NIOSH Generic Job Stress Questionnaire untuk mengukur faktor risiko terkait pekerjaan dan variabel dukungan dari atasan dan rekan kerja, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support untuk mengukur dukungan sosial dari keluarga dan teman. Sebanyak 34,0% tenaga kesehatan mengalami stres ringan dan 66,0% tenaga kesehatan mengalami stres sedang. Berdasarkan uji bivariat yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dan jam kerja dengan tingkat distres pada tenaga kesehatan di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen

Distress is an individual reaction to situations that occur due to interactions between the individual and work and has a negative impact. This study aims to describe the level of distress and risk factors in health workers at the Karangmalang Health Center, Sragen Regency in 2023. This study used a quantitative method with a cross-sectional study design. The variables studied were gender, age, marital status, education level, occupation, years of work, workload, work schedule, home-work interface, and social support. The study instruments used were the Perceived Stress Scale questionnaire to measure distress, the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire to measure job-related risk factors and support variables from superiors and coworkers, and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support to measure social support from family and friends. A total of 34.0% of health workers experienced mild stress and 66.0% of health workers experienced moderate stress. Based on the bivariate test done, it can be concluded that there is a relationship between workload and working hours with the level of distress in health workers at Karangmalang Health Center, Sragen Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrina Riska Amalia
"Stres kerja sebagai salahsatu bagian dari bahaya psikososial telah menjadi perhatian tidak hanya di negara maju namun juga di negara berkembang. Namun belum banyak penelitian yang membahas faktor penyebab stres di industri jasa khsusunya jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi. Penelitian ini berfokus untuk mengungkap hubungan faktor pekerjaan, faktor individu dan lingkungan dengan stres kerja. Faktor pekerjaan meliputi jadwal kerja, beban kerja, gaji/ pendapatan, pengembangan karir, budaya organisasi, kontrol pekerjaan dan hubungan interpersonal. Faktor individu meliputi usia, pendidikan, jabatan, status kepegawaian, status pernikahan dan kebiasaan merokok. Sedangkan faktor lingkungan meliputi dukungan orang terdekat, olahraga/ hoby dan kontak sosial dengan kegiatan . Penelitian dilakukan di perusahaan jasa pengujian, inspeksi, dan sertifikasi di Wilayah Jawa Tengah yang meliputi Cabang Semarang, Unit Pelayanan Kudus, Unit Pelayanan Surakarta, dan Cabang Cilacap, dengan jumlah 123 dari 172 populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan scross sectional dengan kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10) dan NIOSH Generic Job Stress Questionaire yang dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti. Kuesioner dibagikan kepada responden di Wilayah Jawa Tengah secara daring dan dihasilkan bahwa sebanyak 34,1% pegawai mengalami stres kerja rendah dan 65% mengalami stres kerja sedang-tinggi. Penelitian menjelaskan bahwa beban kerja, kebiasan merokok, dukungan orang terdekat dan kontak dengan kegiatan memiliki hubungan dengan stres kerja di PT X. Sedangkan usia, pendidikan, masa kerja, jabatan, status kepegawaian, status pernikahan, jadwal kerja, gaji/ pendapatan, budaya organisasi, pengembangan karir, kontrol pekerjaan, hubungan interpersonal dan olahraga tidak memiliki hubungan dengan stres kerja. Berdasarkan hasil penelitian ini maka perusahaan perlu melakukan tindakan yang dapat menurunkan risiko stres kerja seperti pengaturan beban kerja dan family gathering

Work stress as a part of psychosocial hazards has become a concern not only in developed countries but also in developing countries. However, there is not much research that discusses the factors that cause stress in the service industry, especially testing, inspection, and certification services. This research focuses on uncovering the relationship between work factors, individual factors, and environmental factors with work stress. Job factors include work schedule, workload, salary/income, career development, organizational culture, job control, and interpersonal relationships. Individual factors include age, education, position, employment status, marital status, and smoking habits. Meanwhile, environmental factors include support from people closest to you, sports/hobbies, and social contact with activities. The research was conducted at testing, inspection, and certification service companies in the Central Java Region which included the Semarang Branch, Kudus Service Unit, Surakarta Service Unit, and Cilacap Branch, with a total of 123 out of 172 populations. This research used a cross-sectional approach with a questionnaire adapted from the Perceived Stress Scale (PSS-10) questionnaire and the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire which was modified according to the researcher's needs. Questionnaires were distributed to respondents in the Central Java Region online and it was found that 34.1% of employees experienced low work stress and 65% experienced moderate-high work stress. Research explains that workload, smoking habits, support from those closest to you and contact with activities are related to work stress at PT X. Meanwhile, age, education, length of service, position, employment status, marital status, work schedule, salary/income, organizational culture, career development, job control, interpersonal relationships, and sports have no relationship with work stress. Based on the results of this research, companies need to take actions that can reduce the risk of work stress, such as managing workloads and family gatherings"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuko Ghia Yunita
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari work-life balance terhadap komitmen keorganisasian karyawan. Dalam penelitian ini, variabel work-life balance menggunakan instrumen penelitian dari Fisher (2001) dengan tiga dimensi yaitu work interference with personal life, personal life interference with work, dan work/personal life enhancement. Sedangkan untuk komitmen keorganisasian menggunakan instrumen penelitian dari Allen dan Mayer (1991) yang memiliki tiga dimensi, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuan, dan komitmen normatif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner terhadap 81 sampel yang merupakan karyawan tetap non-manajerial direktorat administratif PT. X dengan teknik penarikan sampel menggunakan sampel total. Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan koefisien determinasi untuk menguji pengaruh antar variabel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 48,9% komitmen keorganisasian karyawan dipengaruhi oleh work-life balance. Cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan work-life balance dan komitmen keorganisasian karyawan adalah dengan memperketat jam kerja serta membatasi jam kerja lembur, adanya dukungan yang diberikan organisasi pun secara tidak langsung dapat meningkatkan komitmen keorganisasian karyawan.

This study aims to examine the impact of work-life balance on employess? organizational commitment. In this research, work-life balance using standard research instruments as proposed by Fisher (2001) with three dimensions that work interference with personal life, personal life interference with work, dan work/personal life enhancement. For organizational commitment is using standard research instruments as proposed by Allen and Mayer (1991) which have three dimensions that affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. This quantitative research is using data that collected through questionnaires from a sample of 81 non-managerial permanent employees of PT. X. Variables were measured using regression analysis and coefficient of determination analysis. This study found that 48,9% of employees? organizational commitment influenced by work-life balance. Organization can increase employees? work-life balance and organizational commitment with tighten the working hours and give the limit for overtime, also by perceive organizational support that given to the employees can indirectly increase the employees? organizational commitment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ayu Pratiwi
"Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa suhu lingkungan kerja berpengaruh terhadap produktivitas pekerja. Selain memengaruhi produktivitas kerja, suhu lingkungan kerja yang panas juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan akibat panas (heat related disorder), yang paling umum dialami pekerja adalah kelelahan akibat panas (heat exhaustion). PT. X merupakan salah satu pabrik peleburan timah terbesar di Indonesia yang pada proses produksinya memerlukan suhu sampai 1.500oC, hal tersebut dapat menimbulkan tekanan panas (heat stress). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pajanan tekanan panas dengan kejadian heat exhaustion pada. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 76 pekerja. Jumlah pekerja yang mengalami heat exhaustion adalah 27 orang (35,5%).
Hasil yang didapatkan suhu WBGT indoor berkisar 29,4-41,0oC, sehingga menyebabkan 56 dari 76 pekerja (73,7%) mengalami tekanan panas.. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tekanan panas dengan kejadian heat exhaustion pada pekerja. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian secara administrativ dan perlindungan personal untuk memimalisasi risiko dari tekanan panas.

Various studies have shown that the temperature of the working environment affects worker productivity. In addition, high temperature in working environment can also cause heat related disorder, the most common is heat exhaustion. PT. X is one of the biggest tin smelter in Indonesia that the production process requires temperatures up to 1.500oC, it can cause heat stress. This study aims to analyze the relationship between the exposure of heat stress on heat exhaustion. This study used a crosssectional study design with 76 sample of workers. The number of workers who suffered heat exhaustion were 27 persons (35.5%).
The results obtained WBGT indoor temperature ranges from 29.4 to 41.0 ° C, resulting in 56 of 76 workers (73.7%) experienced heat stress. The results of this study showed theres a association between heat stress on workers' heat exhaustion. Therefore, the required control efforts in terms of technical, administrative, and provision of personal protective equipment to minimize the risk of heat exhaustion due to heat stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>