Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146438 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsa Meilivia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konstruksi identitas individu melalui presentasi diri dalam unggahan tren self-reward menggunakan luxury fashion goods di media sosial, serta mengungkap pemaknaan dari self-reward tersebut. Studi-studi terdahulu mengenai fenomena ini terbagi menjadi dua, yaitu presentasi diri melalui praktik self-reward, dan konstruksi identitas melalui konsumsi luxury fashion goods. Namun, hingga kini belum banyak studi yang melihat perpaduan antara kedua aspek ini, yaitu pemaknaan terhadap self-reward dan kaitannya dengan konstruksi identitas melalui praktik self-reward menggunakan luxury fashion goods, khususnya dalam konteks di media sosial. Peneliti berargumen bahwa presentasi diri yang ditampilkan dalam unggahan self-reward menggunakan luxury fashion goods di media sosial merupakan perilaku konsumsi mencolok yang berpengaruh terhadap konstruksi identitas individu. Dengan menggunakan teori presentasi diri yang disampaikan oleh Erving Goffman dan konsep conspicuous consumption oleh Veblen sebagai alat analisis, hasil temuan penelitian ini menyatakan bahwa self-reward menggunakan luxury fashion goods merupakan justifikasi gaya hidup hedonic yang berkontribusi pada pembentukan identitas individu. Kegemaran mengkonsumsi produk tersier seperti luxury fashion, membuat setiap pembeliannya dimaknai sebagai wujud apresiasi dan mencintai diri sendiri. Dengan mengunggah hadiah yang memiliki keterbatasan jumlah, harga yang tinggi, dan nilai materialisme seperti luxury fashion, mampu membentuk identitas diri pada pengguna, seperti elegan, pekerja keras, mampu, independen, hingga stand-out. Namun, keterbatasan atribut komunikasi secara digital dapat pula membentuk identitas yang tidak diharapkan, seperti sombong dan pamer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi digital pada individu yang mengunggah self-reward menggunakan luxury fashion goods di Instagram dan TikTok.

This study aims to explain the construction of individual identity through selfpresentation in uploading self-reward trends using luxury fashion goods on social media, as well as uncovering the meaning of self-reward. Previous studies on this phenomenon are divided into two, namely self-presentation through self-reward practices, and identity construction through the consumption of luxury fashion goods. However, until now not many studies have looked at the combination of these two aspects, namely the meaning of self-reward and its relation to identity construction through self-reward practices using luxury fashion goods, especially in the context of social media. Researchers argue that self-presentation shown in self-reward uploads using luxury fashion goods on social media is conspicuous consumption behavior that influences the construction of individual identities. By using the self-presentation theory presented by Erving Goffman and the concept of conspicuous consumption by Veblen as analytical tools, the findings of this study suggest that self-reward using luxury fashion goods is a justification for a hedonic lifestyle that contributes to the formation of individual identity. The penchant for consuming tertiary products, such as luxury fashion, interprets every purchase as a form of appreciation and self-love. Uploading gifts that have limited quantities, high prices, and materialistic values, such as luxury fashion, can form self-identities in users, such as elegant, hardworking, capable, and independent, to stand out. However, with limited digital communication can also form unexpected identities, such as being arrogant and showing off. This study uses a qualitative method with in-depth interview techniques and digital observation of individuals who upload self-rewards using luxury fashion goods on Instagram and TikTok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Rahmah Nareswari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pemaknaan nilai simbolik yang melekat pada kepemilikan produk fashion mewah LVMH Grup pada kategori produk Fashion & Leather Bag, serta mengungkapkan dampak konsumsi produk fashion mewah pada prestise sosial pemiliknya. Studi-studi terdahulu telah membahas fungsi konsumsi fashion merek mewah dalam meningkatkan hierarki posisi sosial seseorang di masyarakat. Belum terdapat studi yang membahas fenomena ini mendalami aspek strategi produsen, yakni LVMH Grup dalam membentuk nilai simbolik sebagai prestise sosial dalam produksi dan distribusi produk. Penelitian ini menggunakan konsep performance of goods oleh Beckert (2011) yang mengklasifikasikan nilai simbolik dengan pengukuran positional dan imaginative symbolic value. Penelitian ini berangkat dari argumen bahwa konsumsi produk fashion merek mewah LVMH Grup karena adanya nilai simbolik untuk meraih posisi prestise sosial yang lekat dengan pandangan masyarakat mengenai lebih tingginya nilai harga diri dan pengaruh posisi sosial seseorang di lingkungan sosial. Berdasarkan temuan studi penelitian ini menemukan, bahwa faktor pendorong konsumen mengincar nilai simbolik sebagai prestise sosial dalam konsumsi produk fashion and leather goods merek LVMH Grup, disebabkan oleh dua peran, yakni produsen dan masyarakat. Pihak produsen, yakni LVMH Grup merupakan faktor utama yang membentuk positional symbolic value dan imaginative symbolic value dalam produksi dan distribusi (pemasaran) katalog produk. Sedangkan, peran masyarakat menginternalisasi, menormalisasi, dan mendistribusikan nilai simbolis tersebut dalam produk fashion mewah merek-merek LVMH Grup dan membentuk narasi prestise sosial konsumen di lingkungan sosial.

This research aims to explain the meaning of symbolic value attached to ownership of LVMH Group luxury fashion products in the Fashion & Leather Bag category, as well as to reveal the impact of luxury fashion product consumption on the social prestige of the owner. Previous studies have discussed the function of luxury brand fashion consumption in increasing the hierarchy of a person's social position in society. There have been no studies that discuss this phenomenon in depth on aspects of the producer's strategy, namely the LVMH Group, in establishing symbolic value as social prestige in product production and distribution. This research uses the concept of performance of goods by Beckert (2011) which classifies symbolic value by measuring positional and imaginative value. This research departs from the argument that consumption of LVMH Group luxury brand fashion products is due to the symbolic value of achieving a position of social prestige which is closely related to society's view of higher self-esteem and the influence of a person's social position in the social environment. Based on the findings of this research study, it was found that the driving factor for consumers to seek symbolic value as social prestige in consuming LVMH Group brand fashion and leather goods products is caused by two roles, namely producers and society. The producer, namely the LVMH Group, is the main factor that forms positional symbolic value and imaginative symbolic value in the production and distribution (marketing) of product catalogues. Meanwhile, the role of society is to internalize, normalize and distribute these symbolic values ​​in luxury fashion products for the LVMH Group brands and shape the narrative of consumers' social prestige in the social environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastassya Santausa
"Tesis ini membahas mengenai makna kepemilikan barang mewah preloved bagi millenials dan proses transaksi melalui instagram. Seiring dengan munculnya trend pembelian barang mewah yang tidak lagi terbatas pada produk baru, tetapi konsumsi barang mewah bekas (preloved) mulai popular, dirasa perlu untuk memahami segmen konsumen yang berkembang ini. Untuk mengetahui motivasi yang mempengaruhi pembelian barang mewah preloved serta makna kepemilikan yang melekat. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian dilakukan dengan desk research dan interview mendalam.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bagi millennials, makna kepemilikan tas preloved adalah rasionalitas, investasi dengan tetap mendapatkan prestis. Motif utama adalah motif ekonomi. Sedangkan transaksi preloved melalui Instagram dimaknai sebagai kemudahan, ekonomis, dan terpercaya.

This thesis discusses the meaning of preloved luxury goods ownership for millenials and transaction processes through Instagram. Along with the emergence of the trend of purchasing luxury goods that are no longer limited to new products, but the consumption of preloved luxury goods is becoming popular, it is necessary to understand this growing consumer segment. To find out the motivation that affects the purchase of preloved luxury goods and the inherent meaning of ownership. This study uses a constructivist paradigm with a qualitative approach. The research method is done by desk research and in-depth interviews.
The results of this study show that for millennials, the meaning of preloved bag ownership is rationality, investment while still getting prestige. The main motive is economic motives. Whereas preloved transactions through Instagram are interpreted as convenience, economical and reliable.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taracella Fathia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pengaruh influencer yang mempengaruhi pembelian impulsif merek mode menggunakan Persuasion Framework. Berdasarkan persuasion framework yang menekankan pada peran penerima, penelitian ini mengidentifikasi lima faktor utama yaitu popularitas, identifikasi, kekaguman, jarak sosial dan kecocokan yang dirasakan yang dapat berkontribusi dalam pembelian impulsif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian konklusif deskriptif dengan pengambilan data secara cross-sectional dengan kuesioner online melalui Google Form ke seluruh wilayah Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengguna media sosial aktif yang mengikuti beberapa fashion influencer dan mengetahui brand yang dikategorikan sebagai affordable luxury. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 210 responden. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) dengan aplikasi Smart PLS 3.0. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa kepercayaan tidak berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi pembelian impulsif. Kemudian, penelitian ini menegaskan bahwa faktor identifikasi dan kekaguman terhadap influencer berkontribusi secara signifikan untuk meningkatkan pembelian impulsif. Implikasi bagi pemasar adalah bahwa merek affordable luxury harus mencari kerja sama tidak hanya dengan influencer yang relevan, tetapi juga influencer yang dikagumi oleh konsumen. Influencer dengan yang dirasa cocok, relevan dan memiliki jarak sosial yang kecil dapat memperoleh kepercayaan konsumen dan menghasilkan efek dukungan yang lebih besar.

This study aims to determine the factors of influencer that influence impulse buying of affordable luxury fashion brands using the Persuasion Framework. Based on a persuasion framework that emphasizes the role of the receiver, this study identifies five main factors namely popularity, identification, adoration, social distance, and perceived fit that can contribute to impulse buying. This study used a descriptive conclusive research design with cross-sectional data collection using an online questionnaire via Google Form throughout Indonesia. The sample used in this study are active social media users who follow several fashion influencers and know which brands are categorized as affordable luxury. The number of respondents in this study were 210 respondents. This study uses the Structural Equation Modelling (SEM) method with the Smart PLS 3.0 application. The findings of this study reveal that trust has no significant effect on impulse buying. Thus, this study confirms the factors of identification and adoration of influencers contribute significantly to increasing impulse buying. The implication for marketers that affordable luxury brands should seek cooperation not only with relevant influencers, but also influencers who are adored by consumers. Influencers with perceived fit, relevance and small social distance can gain consumer trust and generate greater endorsement effects. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Indah Puspitosari
"Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen di Jakarta terhadap pembelian barang-barang luxury fashion dan melihat ada atau tidaknya pengaruh dari sikap konsumen terhadap intensi pembelian barang-barang luxury fashion. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dalam program SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand consciousness, materialism, dan fashion involvement terbukti secara positif mempengaruhi sikap konsumen di Jakarta terhadap pembelian barang-barang luxury fashion. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap pembelian barang-barang luxury fashion dengan intensi pembelian barang-barang luxury fashion.

This thesis analyzes factors influencing Jakarta's consumer attitudes towards purchasing luxury fashion goods and predicts the influence of attitudes on the intention to buy these luxury items. The data collected was processed with SPSS 20, using factor analysis and regression method.
The results of this research indicates that brand consciousness, materialism, and fashion involvement proved to positively influence consumer attitudes in Jakarta towards the purchase of luxury fashion goods. The results shows that a significant relationship between attitudes toward luxury fashion goods with the purchase intention of buying luxury fashion goods.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Athallia Herjan
"Pemasaran digital saat ini merupakan strategi yang sangat populer dan digunakan hampir sebagian besar pemasar di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena dampak dari berkembangnya teknologi dan kemunculan internet, sehingga membuat media digital menjadi lahan yang sangat prospektif. Media sosial adalah salah satu media yang digunakan dalam pemasaran digital. Luxury fashion brands juga menggunakan media sosial khususnya Instagram dalam melakukan strategi pemasaran digital mereka. Hal ini menjadi kontradiktif karena pada awalnya banyak luxury fashion brands menunda penggunaan media sosial karena khawatir tidak sesuai dengan value dan target konsumen yang niche. Namun ternyata social media marketing merupakan peluang besar untuk membangun hubungan yang signifikan dan menciptakan cara interaksi antara brand dan konsumen lewat pertukaran informasi yang dinamis. Media sosial telah berkembang menjadi platform yang memiliki berbagai fitur yang bertujuan untuk menciptakan komunitas dengan menghubungkan mereka. Perubahan yang
terjadi akibat perkembangan zaman dan teknologi pada akhirnya membawa pengaruh positif bagi perkembangan
strategi pemasaran untuk luxury fashion brands.
Digital marketing is currently a very popular strategy used by most marketers worldwide. It happens because of the impact of technological development and the emergence of the internet, thus making digital media very prospective. Social media is one of the media used in digital marketing. Luxury fashion brands also use social media especially Instagram in carrying out their digital marketing strategies. In the beginning, many luxury fashion brands unwilling to use social media since it is not in accordance with their value and niche target consumers. It turns out that social media marketing is a great opportunity to build significant relationships and create ways of interaction between brands and consumers through dynamic information.
Social media has developed into a platform that has various features offered to create a community by
connecting them. The changes in technology have finally brought positive influences to the development of
marketing strategies for luxury fashion brands"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gaits Mahasin Iz Suhaida
"Penelitian ini memaparkan permasalahan mengenai ejaan yang digunakan oleh warganet di media sosial Twitter. Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi penggunaan ejaan dalam unggahan media sosial Twitter yang digunakan oleh warganet. Penelitian ini menggunakan teori ejaan yang dikemukakan oleh Hasan Alwi (2002) sebagai acuan. Penelitian ini juga menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan Jilid V sebagai pembanding Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks, kata, dan kalimat pada 30 unggahan akun Twitter @tanyakanrl tanggal 28 Mei 2023 dari pukul 19.20 WIB hingga 21.15 WIB. Teknik membaca dan mencatat digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Berdasarkan penelitian tersebut, ditemukan adanya perbedaan penggunaan ejaan dan tanda baca oleh warganet dalam media sosial Twitter dengan Ejaan Yang Disempurnakan Jilid V. Berdasarkan 30 data dalam penelitian, ditemukan 25 unggahan memuat ejaan penggunaan huruf, 23 unggahan memuat ejaan penulisan kata, dan 30 unggahan memuat pemakaian tanda baca.

This study describes problems regarding the spelling used by netizens on social media Twitter. Based on this statement, this research was carried out with the aim of identifying the use of spelling in Twitter social media uploads used by netizens. This study uses spelling theory proposed by Hasan Alwi (2002) as a reference. This study also uses Enhanced Spelling Volume V as a comparison. This research is a qualitative type research with descriptive research method. The data used in this study are in the form of text, words, and sentences in 30 uploads to the Twitter account @tanyakanrl on 28 May 2023 from 19.20 WIB to 21.15 WIB. Reading and note-taking techniques are used as data collection techniques. Based on this research, it was found that there were differences in the use of spelling and punctuation by netizens on social media Twitter with Ejaan Yang Disempurnakan Volume V. Based on the 30 data in the study, it was found that 25 uploads contained the spelling of the use of letters, 23 uploaded contained the spelling of word writing, and 30 uploaded contained use of punctuation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Surya Anantatama
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji hiperrealitas Modest Fashion yang dilakukan oleh influencer fashion traveler melalui foto perjalanan berwisata yang diunggah di Instagram. Dian pelangi merupakan seorang fesyen desainer dan juga influencer fashion traveler yang memiliki pengaruh di Indonesia. Rekam gambar dari aktivitas berwisata yang dilakukan dengan penggunaan modest fashion di abadikan melalui teknologi kamera yang diunggah di Instagram ini kemudian dijelaskan melalui pemikiran Jean Baudrillard yang dimulai dari masyarakat konsumeris hingga hiperrealitas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara crawling data akun media sosial Instagram Dian Pelangi kemudian gambar yang sesuai dengan konsep terkait influencer fashion traveler di analisis menggunakan semiotika sosial guna menampilkan sumber semiotik yang kemudian dielaborasi dengan gagasan yang dimiliki oleh Baudrillard terkait masyarakat konsumeris dan hiperrealitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi hiperrealitas modest fashion yang dilakukan oleh Dian Pelangi melalui unggahan foto perjalanan wisata di Instagram untuk menaikkan nilai yang sebelumnya melekat pada nilai kegunaan Modest Fashion sebagai pakaian sederhana menjadi nilai simbol baru. Dian Pelangi sebagai influencer fashion traveler melakukan aktivitas berwisata guna membedakan dirinya dengan influencer fashion lainya sehingga apa yang tampak dari penggunaan modest fashion Dian Pelangi berbeda dengan influencer modest fashion lainnya. Kemudian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unggahan foto penggunaan modest fashion dalam berwisata di Instagram menampilkan sisi berbeda dalam pembentukan nilai baru dalam penggunaan modest fashion di media sosial Instagram

ABSTRACT
This study examines the Modest Fashion hyperreality carried out by influencer fashion travelers through photos of travel trips uploaded on Instagram. Dian Pelangi is a fashion designer and influencer of fashion traveler who has influence in Indonesia. Image recordings of travel activities carried out with the use of modest fashion are captured through camera technology uploaded on Instagram and then explained through Jean Baudrillard`s thoughts, starting from consumerist society to hyperreality. Data collection was done by crawling data from Dian Pelangi`s Instagram social media account and then drawing in accordance with the concepts related to influencer fashion traveler in an analysis using social semiotics to display semiotic sources which were then elaborated on Baudrillard`s ideas related to consumerism and hyperreality. The results showed that there was a modest hyperreality of fashion carried out by Dian Pelangi through uploading travel photos on Instagram to increase the value previously attached to the value of the usefulness of Modest Fashion as simple clothing into a new symbol value. Dian Pelangi is a fashion traveler influencer to do activities to distinguish herself from other fashion influencers so that what appears from the use of Dian Pelangi`s fashion modest is different from other fashion modest influencers. Then, the results of this study indicate that uploading photos of the modest use of fashion in traveling on Instagram show a different side in forming new values ​​in the use of modest fashion on Instagram social media.
"
2019
T53068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanako Fatimah Pertiwi
"Maraknya pertumbuhan e-commerce dan pengguna media sosial di Indonesia telah menggeser penjualan barang fashion dari offline ke online. Konten seringkali dibuat melalui dari perusahaan saja, namun sekarang penting memahami persepsi pelanggan mengenai sebuah merek berdasarkan konten dari orang lain yang dibagikan di media sosial. Banananina merupakan e-commerce yang menjual barang mewah yang memanfaatkan Instagram sebagai media untuk memasarkan produk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi media sosial Instagram baik oleh pengguna (user-generated content) maupun perusahaan Banananina (firm-generated content) yang dapat membentuk e-WOM terhadap minat beli konsumen pada produk merek Banananina. Kuesioner disebarkan kepada 162 pengikut Instagram Banananina di Jakarta dan belum pernah membeli produk Banananina. Kemudian data hasil penelitian diolah dengan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan analisis Partial Least Square (PLS). Hasil yang ditemukan pada penelitian ini adalah bahwa user-generated content dan firm-generated content memiliki pengaruh signifikan terhadap e-WOM. Kemudian e-WOM secara signifikan memengaruhi minat beli dan juga ekuitas merek. E-WOM yang dimediasi oleh ekuitas merek memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada merek Banananina di media sosial Instagram.

The rapid growth of e-commerce and social media users in Indonesia has shifted sales of fashion goods from offline to online. Content is often created through the company alone, but now it is important to understand customer perceptions of a brand based on content from other people shared on social media. Banananina is an e-commerce that sells luxury goods that use Instagram as a medium to market products. This study aims to analyze the influence of Instagram social media communication both by users (user-generated content) and the Banananina company (firm-generated content) which can form e-WOM on consumer purchase intention in Banananina products. The questionnaire was distributed to 162 Banananina Instagram followers in Jakarta and had never bought a Banananina product. Then the research data were processed by Structural Equation Modeling (SEM) analysis using Partial Least Square (PLS) analysis. The results found in this study are that user-generated content and firm-generated content have a significant effect on e-WOM. Then e-WOM significantly affects buying interest and also brand equity. E-WOM which is mediated by brand equity has a significant effect on consumer purchase interest in the Banananina brand on Instagram social media."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maheera Ayesha
Jakarta: C-Klik Media, 2022
158.2 MAH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>