Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zhafirah Nurlailani
"Keluarga mempunyai peran sebagai caregiver. Caregiver dalam keluarga berfungsi untuk mendukung kesehatan anggota keluarga. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang dinilai dari empat dimensi yaitu kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Lansia cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah karena adanya suatu penyakit yang dialami seperti diabetes. Peran keluarga sebagai caregiver dianggap dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara peran keluarga sebagai caregiver dan kualitas hidup lansia dengan diabetes. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan uji chi square dengan pendekatan cross-sectional, dengan teknik total sampling dan melibatkan 94 lansia yang didapatkan melalui skrining. Instrumen yang digunakan untuk mengukur peran keluarga sebagai caregiver adalah kuesioner peran keluarga sebagai caregiver dan kualitas hidup lansia diukur menggunakan kuesioner World Health Organization Quality of Life. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara peran keluarga sebagai caregiver dengan kualitas hidup lansia diabetes (p value < 0,05). Oleh karena itu, diharapkan keluarga lebih aktif dalam mendampingi lansia, dan menjaga komunikasi pada lansia.

Families have a role as caregivers. Caregivers in the family function to support the health of family members. Each individual has a quality of life that is assessed from four dimensions, namely physical, psychological, social and environmental health. The elderly tend to have a lower quality of life due to an experienced disease such as diabetes. The role of the family as a caregiver is considered to be one of the factors to improve the quality of life of the elderly. This study aims to identify the relationship between the role of the family as a caregiver and the quality of life of the elderly with diabetes. The method used to analyze the data was the chi square test with a cross-sectional approach, with a total sampling technique and involving 94 elderly people obtained through screening. The instrument used to measure the role of the family as a caregiver is the family role questionnaire as a caregiver and the quality of life of the elderly is measured using the World Health Organization Quality of Life questionnaire. The results of this study indicate that there is a significant relationship between the role of the family as a caregiver and the quality of life of the elderly with diabetes (p value <0.05). Therefore, it is hoped that families will be more active in assisting the elderly, and maintain communication with the elderly. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zanya Nai Rana
"ABSTRAK
Orang tua sebagai family caregiver utama memegang peranan penting dalam tumbuh kembang serta anak dengan epilepsi (ADE). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara affiliate stigma, caregiver burden, dan dampak keduanya pada kualitas hidup. Sebanyak 48 orang tua yang merupakan caregiver primer dengan usia minimal 25 tahun dan memiliki ADE yang berusia maksimal 16 tahun diminta untuk berpartisipasi pada penelitian korelasional dengan mengisi kuesioner daring maupun luring. Affiliate stigma diukur menggunakan Affiliate Stigma Scale, caregiver burden diukur menggunakan Zarit Burden Interview (ZBI), dan kualitas hidup family caregiver ADE diukur menggunakan WHOQOL-BREF yang dikembangkan oleh WHO. Berdasarkan analisis korelasi menggunakan Pearson Product Moment didapatkan hasil korelasi yang

signifikan dan negatif antara affiliate stigma dan kualitas hidup (r (48) = -0,393, p < 0,01), caregiver burden dan kualitas hidup (r (48) = -0,516, p < 0,01). Selain itu, affiliate stigma

dan caregiver burden juga memiliki hubungan positif yang signifikan (r (48) = 0,657, p < 0,01). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin besar skor affiliate stigma dan caregiver burden, semakin rendah skor kualitas hidup family caregiver ADE. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang melihat hubungan antara ketiganya pada populasi caregiver. Temuan ini dapat digunakan sebagai landasan untuk rancangan intervensi pada family caregiver epilepsi untuk meminimalisir affiliate stigma dan caregiver burden yang dialami.

ABSTRACT
Parents usually act as a primary caregiver and have an important role in children with epilepsy (CWE) development. This study aims to analyse the relationship between affiliate stigma, caregiver burden, and both effects on quality of life. A total of 48 parent whom a primary caregiver of CWE aged at least 25-year old with CWE aged at least 16- year old were asked to participate in this correlational study and fill the online or offline questionnaires. Affiliate Stigma was measured by Affiliate Stigma Scale, whereas caregiver burden and quality of life was measured by Zarit Burden Interview (ZBI) and WHOQOL-BREF, respectively. Using Pearson Product Moment, the result shows significant and negative relationships between affiliate stigma and quality of life (r (48) = -0,393, p < 0,01), caregiver burden and quality of life (r (48) = -0,516, p<0,01). The analyses also shows that affiliate stigma and caregiver burden have a significant and positive relationship too (r (48) = 0,657, p < 0,01). In conclusion, the high score of affiliate stigma and caregiver burden indicates the lower score of quality of life in family caregiver CWE. This study shows a similar results with another similar study on caregiver. This finding may be useful in designing a intervention on family caregiver CWE to minimalize the felt affiliate stigma and caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Yusra
"Dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi (emosional, penghargaan, instrumental dan informasi) dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUP Fatmawati Jakarta.
Desain dalam penelitian ini analitik cross sectional dengan jumlah sampel 120 pasien DM tipe 2. Analisa data menggunakan koefesien korelasi Pearson, uji t- independen dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan kualitas hidup yaitu umur (p value 0.034; α 0.05), pendidikan (p value 0.001; α 0.05) dan komplikasi (p value 0.001; α 0.05). Terdapat hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi dengan kualitas hidup (p value 0.001, α: 0.05). Peningkatan satu satuan dukungan keluarga, akan meningkatkan kualitas hidupnya sebesar 35 % setelah dikontrol oleh pendidikan dan komplikasi DM.
Perawat dapat meningkatkan dukungan keluarga dengan pendidikan kesehatan terstruktur, memfasilitasi pemberian dukungan keluarga serta supervisi dan monitoring terkait penerapan pemberdayaan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien DM tipe 2.

Family support is needed to improve quality of life in patients with type 2 DM. This study aimed to identify the relationship between family support from perspective of four dimensions (emotional, appraisal, instrumental and information) and the quality of life of patients with type 2 DM in Fatmawati Hospital Jakarta.
The design of descriptive analytical with cross sectional approach, 120 patients with type 2 DM was participated in the study. Statistical analysis used for this study was Pearson correlation coefficient, independent t-test and multiple linear regression.
The results showed that the variables are associated with quality of life, consist of the age (p value 0034; α 0.05), education (p value 0.001; α 0.05) and complications (p value 0.001; α 0.05). There is a relationship between family support in terms of four dimensions and quality of life (p value 0.001, α: 0.05). The increase of one unit family support, will improve the quality of life by 35% when controlled by education and complications of DM.
Recommendation from the research nurses can improve support for families with a structured education programmes, facilitated family support and improve, monitoring related to the implementation of the family empowerment in providing nursing care to patients with type 2 DM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sabillah
"Populasi lansia dengan diabetes mellitus terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Fenomena berbeda terjadi pada tingkat aktivitas fisik yang rendah diikuti dengan pentingnya melihat dukungan keluarga sebagai sumberdaya sosial terpenting dalam peningkatan aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan aktivitas fisik pada lansia diabetes mellitus. Penelitian menggunakan desain cross sectional yang melibatkan 181 responden dengan teknik convenience sampling. Hasil penelitian diperoleh nilai Signifikansi (SIG) Spearman sebesar SIG = < 0,01 <0,05 dengan nilai Koefisien korelasi (r) sebesar r = 0,51. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara dukungan dari keluarga dengan aktivitas fisik pada lansia diabetes mellitus di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Penelitian ini menyarankan agar mengaktifkan kembali program kesehatan khususnya aktivitas fisik agar lansia diabetes mellitus semakin aktif secara fisik.

The elderly population with diabetes mellitus continues to increase from year to year. A dif erent phenomenon occurs at lower levels of physical activity followed by the importance of seeing family support as the most important social resource in increasing physical activity. The purpose of this study was to determine the relationship between family support and physical activity in the elderly with diabetes mellitus. The study used a cross-sectional design involving 181 respondents using a convenience sampling technique. The research results obtained Spearman's Significance (GIS) value of SIG = <0.01 <0.05 with a correlation coef icient (r) of r = 0.51. The conclusion of this study is that there is a relationship between support from the family and physical activity in the elderly with diabetes mellitus in the Administrative City of South Jakarta. This research suggests reactivating health programs, especially physical activity so that elderly people with diabetes mellitus are more physically active."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rantung, Jeanny
"Kemampuan self-care merupakan hal penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien DM. Rancangan penelitian cross sectional, melibatkan 125 anggota PERSADIA cabang Cimahi. Alat ukur self-care adalah Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA), Diabetes Quality Of Life (DQOL) dan Beck Depression Inventory II. Hasil penelitian menunjukkan hubungan self-care dengan kualitas hidup menjadi tidak bermakna (p value 0.164) setelah dipengaruhi oleh jenis kelamin (p value 0.006) dan depresi (p value 0.001). Peningkatan satu satuan self-care, akan meningkatkan kualitas hidup sebesar 6.1% setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan depresi. Peningkatan self-care dapat dilakukan melalui pengembangan program edukasi yang terstruktur, meningkatkan kompetensi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DM terkait aktivitas self-care, dan melakukan screening depresi terhadap pasien DM.

Self care ability is important in improving patient?s quality of life (QOL). Using cross sectional method, this research is designed to identify the relationship between self care and patient?s QOL in PERSADIA Cimahi, West Java. A hundred twenty five PERSADIA members were recruited and examined using Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA), Diabetes Quality Of Life (DQOL) and Beck Depression Inventory II. The results showed no significant correlation between self care activity and QOL (p=0,164) as influenced by gender (p=0,006), depression (p=0,001). Increase of one unit self-care was likely to increase 6,1% QOL after controlling by gender and depression. Self care improvement can be performed through developing structured education, improving nurse's competency in diabetes care and need diabetes screening program for DM patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T33035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Mulyasari
"Anak dengan diabetes mellitus tipe-1 sepanjang hidupnya dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan gejala penyakit, pengobatan dan perawatan diri. Agar kualitas hidupnya tetap optimal, anak harus mampu beradaptasi dengan berbagai permasalahan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara jenis strategi koping yang digunakan anak dengan kualitas hidupnya. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan teknik consecutive sampling terhadap 39 anak diabetes mellitus tipe-1 usia 13-18 tahun. Data diperoleh dari isian kuesioner CODI untuk koping dan PedsQLTM 3.2 untuk kualitas hidup. Analisis data menggunakan pearson atau spearman, sesuai jenis data. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara koping emotional reactions P = 0,009, r = -0,413 dan acceptance P=0,049. r = 0,317 dengan kualitas hidup anak diabetes mellitus tipe-1. Empat jenis strategi koping lainnya pada penelitian ini tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kualitas hidup, yaitu Avoidance P = 0,339, r = -0,157, Cognitive Palliative P = 0,826, r = 0,036, Whisful Thinking P = 0,516, r = 0,107 dan Distance P = 0,622, r = 0,082. Hasil penelitian ini memberikan dasar ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak diabetes mellitus tipe-1, bahwa koping emotional reactions harus diperbaiki dan koping acceptance harus didukung agar anak mendapatkan kualitas hidup yang baik.

Children with type 1 diabetes mellitus will face problems related to symptoms, treatment and self care all their lives. To have optimal quality of life, the children must be able to adapt with these problems. This study aimed to determine the correlation between types of coping strategy used by children and their quality of life. This research is cross sectional study design with consecutive sampling technique on 39 children with type 1 diabetes mellitus aged 13 18 years old. Data was collected from CODI questionnaire for coping and PedsQLTM 3.2 for quality of life and than analyzed by pearson or spearman depend on types of data. The result showed that there was significant correlation between emotional reactions P 0,009, r 0,413 and acceptance P 0,049. r 0,317. Four other types of coping in this study didn't have any significant correlation with quality of life. They were avoidance P 0,339, r 0,157, cognitive palliative P 0,826, r 0,036, wishful thinking P 0,516, r 0,107 and distance P 0,622, r 0,082. The research result provides a scientific basis in providing nursing care for children with type 1 diabetes mellitus, that emotional reactions coping should be improved and acceptance coping should be supported to give the children good quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suwandi Gandra
"Kapasitas fungsional selama kehidupan mencapai puncaknya pada awal masa dewasa dan menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia. Selain keterbatasan karena usia dan fungsi fisik, kesehatan mental/fungsi kognitif merupakan alasan mengapa lansia membutuhkan bantuan orang lain. Caregiver keluarga biasanya memberikan perawatan tanpa pelatihan/keahlian yang memadai, Akibatnya caregiver keluarga mengabaikan kesehatan dirinya sendiri dengan mengutamakan kebutuhan lansia. Beban dalam memberikan perawatan dan kualitas hidup yang buruk caregiver memberikan efek yang kurang baik bagi lansia termasuk penurunan kualitas hidup, rawat inap, dan kematian. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan beban kerja dan kualitas hidup caregiver keluarga setelah pemberian edukasi perawatan jangka panjang pada lansia. Penelitian ini merupakan studi pra dan pasca intervensi selama 8 minggu secara daring dengan jumlah subjek sebanyak 42 orang. Keluaran hasil penelitian ini berupa beban (Zarit Burden Interview), kualitas hidup (EQ-5D-5L), dan pengetahuan caregiver. Dari 42 caregiver yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat 14 caregiver yang drop-out. Kesimpulan yang didapatkan bahwa program edukasi tentang perawatan jangka panjang untuk caregiver lansia sebanyak enam sesi edukasi via daring dalam tiga minggu menghasilkan peningkatan kualitas hidup, peningkatan skor pengetahuan pada caregiver pasca edukasi, tetapi tidak memberikan perbedaan pada beban kerja secara statistik.

Functional capacity during life reaches its peak in early adulthood and declines gradually with age. In addition to limitations due to age and physical function, mental health/cognitive function is the reason why the elderly need help from others. Family caregivers usually provide care without adequate training/skills. As a result, family caregivers neglect their own health by prioritizing the needs of the elderly. The burden of providing care and the poor quality of life of caregivers have an adverse effect on the elderly including decreased quality of life, hospitalization, and death. The aim of this study is to compare the burden and quality of life experienced by a family caregiver for an elderly person before and after receiving long-term care education interventions. This research was an 8-week online pre-and post-intervention study with 42 subjects. The outcomes are burden (Zarit Burden Interview), quality of life (EQ-5D-5L), and caregiver knowledge. From 42 caregivers who met the inclusion criteria, there were 14 caregivers dropped out. The conclusion is in the form of an educational program on long-term care for elderly caregivers of six online education sessions in three weeks statistically resulting in an increase in quality of life, and an increase in knowledge scores for post-education caregivers, but did not make a difference in burden."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malika Adila Fitra
"Caregiver keluarga dengan kanker mengalami perubahan hidup yang besar yang menuntutnya untuk menjalani serangkaian kewajiban untuk mengasuh pasien, dan juga untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kondisi tersebut membuat caregiver keluarga dengan kanker tidak bisa memenuhi rekomendasi olahraga yang memadai untuk tubuhnya, padahal caregiver keluarga dengan kanker rentan dengan berbagai penyakit tidak menular dan kondisi kesehatan lainnya. Selain itu, caregiver keluarga dengan kanker juga rentan mengalami stres akibat kewajiban yang harus dipenuhinya. Stres menjadi salah satu faktor yang memiliki hubungan dengan olahraga seseorang. Reaksi emosi negatif yang ditimbulkan dari stres akibat tuntutan perawatan yang dihadapi oleh peran caregiver menimbulkan dampak negatif seperti terpaku pada pemikiran tertentu, dan kehilangan kesenangan pada aktivitas yang biasa dinikmati. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara stres dan olahraga, serta peran moderasi strategi coping pada hubungan antara perceived stress dan olahraga caregiver keluarga dengan kanker. Sejumlah 168 partisipan yang didominasi dari Pulau Jawa telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan secara daring ini menggunakan alat ukur Perceived Stress Scale, The Brief COPE, dan pengukuran frekuensi serta durasi mingguan untuk olahraga. Analisis dilakukan menggunakan Pearson Correlation dan Analisis Regresi PROCESS Model 1 Hayes. Analisis tersebut menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perceived stress dan olahraga (r=-0,221; p<0,01, one-tailed), dan tidak terdapat peran moderasi strategi coping pada emotion-focused coping maupun problem-focused coping.

Cancer family caregivers go through major life changes that requires them to undergo series of obligation to take care of the patient, as well as to care for their own needs. This condition makes cancer family caregiver unable to meet the physical activity recommendation, even though they are vulnerable to various non-communicable disease and other health related condition. Cancer family caregivers are also prone to stress due to the life demand they need to fulfil. Stress is one of the factors that has a relationship with a person’s exercise habit. The negative emotional reactions that arise from stress due to the caregiving demands faced by the caregiver have negative impacts such as fixating on certain thoughts and losing pleasure in activities that are usually enjoyed. This study aims to look at the relationship between stress and exercise, as well as the moderating role of coping strategies on the relationship between perceived stress and exercise by cancer family caregiver. A total of 168 participants predominantly form Java participated in this study. The research was conducted online using Perceived Stress Scale, The Brief COPE, and the weekly duration and frequency of participants’ physical activities. The analysis was performed using Pearson Correlation and Hayes PROCESS Model 1 Regression Analysis. A significant relationship was found between perceived stress and exercise (r=-0,221; p<0,01, one-tailed). Thus, no moderating effect of coping was found for both emotion-focused coping and problem-focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meka Yusselda
"Lansia di Indonesia umumnya tinggal di rumah bersama keluarga, sehingga keluarga sebagai salah satu sumber dukungan sosial memberikan arti penting bagi kehidupan lansia. Dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi (emosional, penghargaan, informasi, dan instrumental) dengan kualitas hidup lansia. Desain penelitian ini deskriptif korelatif cross-sectional dengan jumlah sampel 84 lansia yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji t independen. Terdapat hubungan antara dukungan emosional (p value 0,001), penghargaan (p value 0,01), dan instrumental (p value 0,013) keluarga dengan kualitas hidup (α: 0,05), sedangkan dukungan informasi (p value 0,052) tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup. Salah satu cara meningkatkan dukungan keluarga adalah dengan melibatkan keluarga dalam setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansia.

Elderly in Indonesia generally stay at home with family, so the family as a source of social support plays an important role on elderly life. Family support is needed to improve elderly quality of life. This study aimed to identify the relationship between family support from perspective of four dimensions (emotional, appraisal, instrumental, and information) and the quality of life of elderly. This study use cross-sectional study design, with a total sample is 84 respondents that recruited by purposive sampling technique. Statistical analysis for this study was independent t-test. The results showed that there is a relationship between family support in term of emotional (p value 0,001), appraisal (p value 0,01), and instrumental (p value 0,013) dimensions and quality of life of elderly (α: 0,05), while the other one (informational support; p value 0,052) doesn’t indicate the existence of a significant relationship with quality of life. One way to improve family support is by involving family in any nursing process given to elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasha Ainaya Pramesti
"COVID-19 menghadirkan tantangan baru bagi keluarga, tidak terkecuali perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hal ini dapat menimbulkan stres pada caregiver tersebut. Perawatan lansia yang optimal dapat terwujud apabila semua anggota keluarga dapat bekerja sama. Meskipun demikian, kerjasama ini dapat membawa konflik yang mengganggu adaptasi dari anggota keluarga dan mengancam resiliensi keluarga. Penelitian menggunakan metode korelasional untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan stres. Alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga dan alat ukur Perceived Stress Scale (PSS-10) digunakan untuk mengukur stres. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah non-probability dengan jenis convenience sampling. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menggunakan teknik analisis statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara resiliensi keluarga dan stres pada perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah stres yang dialaminya. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebesar 8 persen varians dari stres dapat dijelaskan oleh resiliensi keluarga. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi stres yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi perempuan bekerja yang menjadi family caregiver.

COVID-19 presented new challenges for families, particularly working women doubling as Caregivers for the elderlies in the family. This could cause stress for said women. Optimal care for the elderly can be achieved if all family members work together. Even so, this cooperation could still cause conflict between family members that would jeopardize family resilience. This Research was performed using correlational methods to observe correlations between family resilience and stress. The Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and the Perceived Stress Scale (PSS-10) were used to measure family resilience and stress respectively. Non-Probability Convenience Sampling technique was also used in this research. Based on the correlation test performed using the Pearson Correlation statistics analysis technique, it was observed that there’s a significant negative correlation between family resilience and stress in families with working females doubling work as caregivers to the elderly in the family. This results shows that less stress is present when the family resilience is high with the vice versa applying as well. Therefore, it can be concluded that family resilience explains the 8% variance of observed stress levels. In short, this research can be used as a benchmark for practitioners to develop stress interventions which focuses on the development of family resilience for families with working women who are also caregivers of the elderly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>