Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shidiki Iribian
Abstrak :
Sejalan dengan perkembangan pesat teknologi informasi dunia saat ini, telah memberi dampak terhadap semakin meningkatnya transaksi-transaksi penjualan yang dilakukan melalui kegiatan bisnis direct marketing. Bisnis ini telah dikembangkan oleh berbagai jenis industri sebagai suatu strategi untuk melakukan pemasaran yang terintegrasi. Dengan mengkombinasikan beberapa aktifitas pemasaran dan aktivitas penjualan, serta penggunaan teknologi informasi sebagai sarana untuk memasarkan secara langsung produk/jasa yang dihasilkan perusahaan maka suatu umpan balik berupa respon langsung dapat dengan mudah diperoleh sehingga efektifitas kegiatan pemasaran yang dilakukan dapat dengan mudah pula untuk diukur. Manfaat lain yang dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan program ini adalah sebagai alat untuk berkomunikasi langsung antara perusahaan dengan para pelanggannya tanpa adanya hambatan?hambatan geografis yang berarti. Berdasarkan analisis internal dan eksternal yang dilakukan terhadap PT. Garuda Tridonesia diperoleh gambaran bahwa adanya peluang yang besar bagi Garuda untuk mengembangkan bisnis direct marketing ini dengan rnelihat kepada potensi sumber daya dan fasilitas sistem perusahaan yang dimiliki saat ini. Sedangkan dari analisa permasalahan dan temuan serta rancangan penerapan direct marketing pada PT. Garuda Indonesia diperoleh kesimpulan bahwa adanya ketergantungan yang tinggi pada harga dan agen sebagai metode distribusi yang utama, sementara lemahnya pengawasan khusus kepada para agen karena umumnya agen bertindak bukan hanya pada satu perusahaan akan tetapi atas nama sejumlah besar perusahaan penerbangan. Kondisi ¡ni akan dapat menyebabkan lemahnya daya saing Garuda terutama dalam memasuki era pasar bebas (open sky) nanti. OIeh karena itu dengan strategi direct marketing yang tepat dan didukung oleh penawaran produk produk pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan-pelanggan potensial Garuda, maka perusahaan sekaligus akan dapat mengurangi tingkat ketergantungan yang tinggi pada harga sebagai satu-satunya alat bersaing dan mampu menekan besarnva komisi agen dan pembebanan ASPE (Additional Sale's Promotion Expense) di luar komisi yang cukup tinggi bagi Garuda (rata-rata 20% dan target pendapatan pertahun). Perkembangan direct marketing dalam dunia penerbangan diawali dengan pengembangan program loyalitas pelanggan melalui frequent flyer program sebagai suatu cara-cara yang menyeluruh dan berfokus kepada pelanggan. Frequent flyer program ini kemudian dapat menjadì alat untuk mengembangkan database marketing perusahaan. Oleh karena itu efektifitas program direct marketing yang dibentuk perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kapasitas database marketing yang hanya dimungkinkan melaIui implementasi frequent flyer program pada Garuda, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya satu rantaian nilai (value chain) antara frequent flyer program, database marketing dan direct marketing yang saling menunjang dan melengkapi. Bentuk pelaksanaan program penerapan direct marketing pada PT. Garuda Indonesia dapat dilakukan melalui cara kontrak dengan direct marketing company selama beberapa tahun, sementara Garuda dalam hal ini melaksanakan fungsi manajemen perencanaan dan pengawasan yang akan dilakukan oleh Dinas Marketing Planning and Development. Sedangkan dalam pengorganisasian kegiatan direct marketing dapat dilakukan oleh bagian/ unit tersendiri yang setingkat dengan bagian promosi. Pembentukan database marketing yang merupakan kunci kesuksesan kegiatan direct marketing dapat dilakukan dengan cara: Dibangun dan dihasilkan oleh Garuda sendiri melalui data-data pelanggan Frequent Flyer Bonus Program. Diperoleh dan pihak luar seperti : List Brokerage, program Cross Participation. Berbagai media yang dapat direkomendasikan untuk digunakan dalam melakukan penawaran produk-produk perusahaan melalui program direct marketing, adalah : Direct mail, Telemarketing, Newsletter, Advertising/infomercial, dan Internet.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Arifin
Jakarta : Ganesia PR, 1989
387.7 HUT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Arifin
Jakarta: Ganesia , 1989
387.7 HUT t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fatchoelqorib
Abstrak :
ABSTRAK
Garuda Indonesia sebagai penyedia produk jasa angkutan udara/airlines menghadapi kendala yang sama dengan produsen jasa lainnya yang berkaitan dengan cacat produk jasa. Berbeda dengan cacat produk yang terjadi pada barang. cacat produk jasa sangat erat kaitannya dengan kualitas sumberdaya manusia yang ada pada organisasi sebagai penyaji Iangsung produk jasa tersebut, selain itu faktor Iingkungan juga dapat sangat berpengaruh terhadap kualitas produk jasa yang dihasilkan.

Masalah kualitas sumber daya manusia dapat diatasi antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi karyawan dengan serangkaian pendidìkan dan pelatihan serta kebijaksanaan organisasi. Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada lingkungan organisasi secara tuntas adalah sangat sulit, namun upaya untuk mengurangi dampaknya terhadap organisasi dan produknya antara lain dapat dilakukan dengan aktivitas ?boundary spanning?. Pelaksanaan ?boundary spanning? yang berkaitan dengan produk jasa harus dilaksanakan oleb lembaga yang memiliki keahlian dalam menyusuri konsep komunikasi, keterampilan dalam penggunaan ?alat? komunikasi, dan akses yang sangat luas baik kedalam maupun keluar organisasi, sehingga lembaga itu sangat Iincah dan luwes dalam bertindak. Marketing Public Relations adalah Lembaga yang memiliki kriteria tersebut.

Tulisan ini akan membahas mengenai rancangan struktur Marketing Public Relations dan Latar belakangnya, serta perananriya dalam ?boundary spanning? di organisasi Garuda Indonesia.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristiana Dewi
Abstrak :
Di dalam dunia usaha penerbangan, pelayanan kepada penumpang baik pelayanan sebelum keberangkatan, seperti layanan pembukuan (reservation), layanan check-in dan layanan di ruang tunggu keberangkatan (boarding buge service); pelayanan selama penerbangan serta pelayanan setelah tiba di tujuan, sudah merupakan Core Product bagi perusahaan penerbangan yang tidak dapat ditawar lagi. Dewasa ini para pengguna jasa penerbangan sudah terbiasa dan selalu membandingkan kritena pelayanan tersebut diantara perusahaan perusahaan penerbangan yang ada. Ketidakrnampuan suatu perusahaan penerbangan dalam memenuhi keinginan dan kepuasan penggunanya dapat mengakibatkan turunnya kepercayaan dan minat mereka terhadap jasa layanan atau pemilihan penggunaan jasa yang kita tawarkan. Bagi PT Garuda Indonesia, khususnya dalam mengelola permintaan di pasar domestik, dewasa ini harus menentukan strategi dan kiat yang tepat dalam memperebutkan pangsa pasar dengan perusahaan penerbangan domestik Iainnya. Dalam penulisan karya akhir ini, akan dibatasi pengembangan produk layanan PT Garuda Indonesia khusus untuk jalur Jakarta - Surabaya dalam usahanya meriingkatkan daya saing terhadap produk layanan dari perusahaan pesaing yang melayani jalur penerbangan tersebut. Konsep dan sistem pengembangan produk layanan tadi divvujudkan dalam bentuk perubahan pola layanan makanan/minuman kepada penumpang untuk tiap-tiap kelas dengan didasari oleh perilaku serta keinginan maSirig-masing kelas penumpang. Dalam operasi penerbangan domesk untuk jalur Jakarta- Surabaya, selain 4 perusahaan penerbangan domestik (Sempati, Merpati, Bouraq, Mandala) terdapat juga beberapa maskapai asing yang masuk ke Surabaya, seperti KLM dan Singapore Airline. Dengan memiliki perolehan market share terbesar, 61 %, image PT Garuda Indonesia masih cukup kuat dalam ingatan para pelanggannya yang sering menggunakan jasa ini untuk melakukan per]alanan ke dan dari Surabaya. Akan tetapi dengan adanya strategi yang diterapkan beberapa perusahaan penerbangan, seperti penambahan frekuensi penerbangan per hari serta penggunaan armada pesawat yang Iebih baru dengan kapasitas yang tebih banyak oleh perusahaan asing tersebut akan cukup menganggu posisi PT Garuda Indonesia sebagai pemegang market share terbesar. Proses pengembangan produk layanan kepada penumpang yang sebenarnya Iebih merupakan Defensive Strategy dalam berkompetisi dengan produk-produk pesaing, adalah dengan membuat anailsis terhadap situasi yang meliputi analisis terhadap kinerja perusahaan baik dari sisi keuangan maupun pelayanan, kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia; analisis terhadap pesaing baik kekuatan maupun kelemahannya; serta melakukan analisis terhadap perilaku masing-masing kelas penumpang sebagai dasar penentuan pola layanan yang tepat serta strategi pemasarannya. Darl hasil analisis tersebut di atas, solusi yang dapat diajukan adalah: untuk penumpang kelas bisnis, dengan load factor rata-rata 62.5% serta berdasarkan periaku penumpang terhadap keinginan produk layanan (prosentase) sebesar 25%, dapat dilakukan strategi partnering dengan beberapa commerciaI food operator sehingga diharapkan terjadi hubungan yang saling menguntungkan (simbiotic relationship) antara pihak PT Garuda Indonesia dengan pihak caterer. Bagi penumpang kelas ekonomi, sesuai dengan keinginan dan perilaku penggunanya, pola layanan yang diberikan adalah mengganti layanan makanan / minuman kepada penumpang selama 50 menit penerbangan menjadi layanan makanan/minuman kepada penumpang selama menunggu di ruang tunggu. Beberapa keuntungan dari perubahan pola layanan ini adalah menghindarkan adanya makanan terbuang (waste food) akibat tidak dimanfaatkan oleh penumpang karena selama ini seakan-akan penumpang hanya dihadapkan pada 1 jenis rnakanan tanpa bisa memilih sesuai dengan selera dan kesehatannya, mengurangi pemakaian alat-alat penunjang layanan makanan di pesawat seperti food serice trollwy dan lain-lain serta pada akhimya dapat mengurangi biaya inflight service yang meliputi penghematan biaya akibat adanya keuntungan-keuntungan di atas.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuty Marliati
Abstrak :
ABSTRAK
Revolusi dalam bidang turisme, telekomunikasi dan transportasi yang merupakan ciri transisi ekonomi pada abad XXI nanti serta akan dengan diberlakukannya AFTA 2000, akan berdampak langsung terhadap perusahaan nasional Indonesia. Perusahaan penerbangan Garuda Indonesia sebagai salah satu BUMN harus siap memposisikan dirinya ditengah ketatnya kompetisi dalam jasa penerbangan baik di domestik dan intemasional. Dampak dari globalisasi ini akan sangat besar, khususnya dalam hal pendapatan dan pangsa pasar. Unit pemasaran sebagai salah satu unit pendapatan di Garuda Indonesia merupakan unit yang paling berkepentingan dalam upaya mempertahankan posisi pendapatan dan pangsa pasar setelah masuknya pesaing pesaing baru nanti.

Kunci sukses pemasaran adalah membuat perencanaan pemasaran yang tepat dan efektif sesual dengan kondisi yang dimiliki perusahaan serta tanggap terhadap perubahan situasi yang teij adj. Perencanaan pemasaran sangat penting artinya untuk setiap operasional bisnis dan untuk mengefektiÍkan serta mengefisienkan program pemasaran dan produk balk berupa barang maupun jasa. Dengan membuat perencanaan pemasaran, kita dapat melihat dengan jelas arah yang akan dituju serta apa yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Perencanaan pemasaran yang dibuat oleh bagian pemasaran merupakan salah satu dari 4 macam perencanaan yaitu perencanaan korporat, perencanaan keuangan., perencanaan pemasaran, dan perencanaan armada yang dibuat oleh bagian pemasaran untuk mendukung perencanaan lainnya dalam pemsahaan.

Dalam operasi penerbangan internasionalnya, area South West Pacific adalah salah satu area yang dilayani oleh perusahaan penerbangan PT. Garuda Indonesia, yang meliputi kota kota: Darwin, Cairns, Melaide, Melbourne, Perth, Sydney, Brisbane dan Auckland di Selandia Baru. Dengan menggunakan jenis pesawat Airbus 300-600 untuk wilayah Australia dan DC 10 untuk Selandia Barn serta menggunakan kota Denpasar sebagai pusat persinggahannya, rute ini menyumbang rata rata sebesar 8,3 % dan total pendapatan Garuda Indonesia (antara tahun 1990-1993).

Dengan kontribusi tersebut, rute South West Pasifik sangat potensial untuk dikembangkan. Didukung oleh armada baru yaitu Airbus 300-600, frekuensi yang banyak, pelayanan yang berkualitas serta tarif tiket yang kompetitif area ini diharapkan akan mampu menyumbang pendapatan yang lebih besar lagi kepada Garuda. Dengan membuat perencanaan pemasaran yang efektif dibarapkan program program pemasaran akan mencapai sasaran sesuai dengan tujuan perusahaan.

Proses pembuatan perencanaan pemasaran adalah dengan membuat analisis terhadap situasi yang meliputi perkiraan terhadap permintaan, faktor demografi, kondisi bisnis dan ekonomi, serta politik dan peraturan. Keadaan lingkungan umum yang harus diperhatikan adalah keadaan keuangan, kebijaksanaan pemerintah, serta media. Keadaan pesaing juga harus dianalisis kekuatan maupun kelemahannya baik pesaing utama maupun pesaing potensial. Setelah menganalisis situasi baik eksternal maupun internal, langkah selanjutnya adalah menentukan target pasar dan menemukan masalah dan peluang. Tujuan,target pemasaran dan strategi pemasaran adalah langkah berikutnya yang barus dianalisis.

Kendala kendala yang dihadapi dalain pembuataia perencanaan pemasaran adalah kurangnya inforinasi yang lengkap, baik daii internal maupun eksternal. Dukungan data dan informasi daii pihak yang berkepentingan sangat membantu sekali, tenitania untuk data eksternaiPereflcaflaafl pemasaran untuk area South West Pacific yang ttlah dibuat dihrapkan dapat dijadikan acuan dalam membuat perencanaan pemasaran untuk area area lainnya.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Poerwodihardjo
Abstrak :
ABSTRAK
Tantangan bagi Garuda Indonesia di dalam menghadapi persaingan bisnis di dalam industri airline baik di pasar domestik maupun internasional pada tahun-tahun mendatang akan semakin berat. Hal tersebut dipengaruhi oleh cepatnya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada industri airline dewasa ini, terutama disebabkan karena industri airline di hadapkan pada issue-issue penting seperti deregulasi, liberalisasi, privatisasi, multirateral agreement dan strategi aliansi yang telah mendorong munculnya mega carrier yang berskala global.

Bagi Garuda Indonesia, prospek usaha pada dunia bisnis penerbangan yang dihadapai saat ini dan di masa yang akan datang, mempunyai potensi yang besar untuk berkembang. Pasar yang ada di berbagai kawasan masih dapat ditumbuh kembangkan lebih lanjut, diperkirakan pasar Garuda Indonesia tumbuh sebesar +/- 5.7% pertahun. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat baik di dalam negeri maupun di kawasan Asia Pasifik. Namun demikian, tanpa persiapan yang matang serta penetapan strategi korporasi yang terpadu secara menyeluruh, maka Garuda Indonesia bisa tenggelam justru ditengah maraknya industri penerbangan dalam masa recovery setelah masa perang teluk dewasa ini.

Meskipun kemungkinannya masih akan ada proteksi pemerintah yang dilakukan untuk melindungi airline domestik termasuk Garuda Indonesia, akan tetapi di masa yang akan datang tampaknya hal tersebut akan segera dilepaskan, mengingat adanya desakan ?open sky? baik melalui multilateral agrrement seperti GATT maupun bilateral agreement yang semakin kuat, serta pertimbangan ekonomi bahwa sumbangan dunia bisnis penerbangan kurang lebih hanya sebesar 7% dan perekonomian secara keseluruhan. Sebagai contoh pembebasan proteksi tersebut adalah dengan dikeluarkannya PP-20 baru-baru ini, yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi swasta asing (PMA) untuk mendirikan perusahaan airline di Indonesia, serta adanya kerjasama antara Pemerinlah Indonesia dengan Pemerintah Singapura di bidang pariwisata, yang telah membuka jalur penerbangan langsung di beberapa kota di Indonesia dengan Singapura, baik oleh Singapore Airline maupun carrier di Indonesia dan pemberian fifth freedom kepada Singapore Airline untuk penerbangan ke Australia.

Oleh karena itu jalan satu-satunya bagi Garuda Indonesia adalah mempersiapkan diri melalaui penetapan strategi secara menyeluruh dan terpadu termasuk penetapan strategi di bidang keuangan seperti ?Cost Leadership? misalnya. Salah satu cara untuk unggul di bidang cost leadership adalah dengan menekan alternatif investasi yang tepat dan berbiaya rendah. Untuk itu dipenlukan satu strategi keuangan yang menyeluruh dan terkait dengan strategi korporasi, disamping diperlukan juga cara perhitungan keuangan yang matang untuk setiap investasi yang akan di lakukan dengan menggunakan model analisis dan proyeksi keuangan atas dasar ?Fleet Plan? yang telah disepakati. Kendala utama yang di hadapi adalah justru dalam pembuatan ?Fleet Plan? ¡tu sendiri yang masih banyak terpenganik path faktor-faktor eksternal. Namun dernikian, path akhirnya kembali kepada komitmen top manajemen Garuda yang alcan memutuskan bagaimanakah bentuk ?Fleet Plan? yang tepat.

Model analisis dan proyeksi keuangan yang di terapkan dalam karya akhir (thesis) ini menggunakan analisis makro, yang di namakan ?Macro Spreadsheet Methodology Diagram?. Model dimaksud merupakan penjabaran danipada model umum analisis pada airline yang kompleks dan komprehensif kedalam bentuk diagram spreadsheet dengan menggunakan bantuan software komputer Lotus for Window 4.01. Tehnik-tehnik yang digunakan di dalam analisis tersebut, juga menggunakan tehnik ?capital budgeting? dan metode easiblliçy study? yang sesuai dengan kriteria umum seperti ?Net Present Value?, ?Rate of Return? dan sebagainya khususnya yang cocok untuk airline.

Dari hasil perhitungan dengan model analisis dan proyeksi keuangan Garuda Indonesia atas ?Fleet PIan? tahun 1994 - 2004, yang meliputi investasi pembeian 2 (dua) pesawat 1.3747-400 dan 7 (tujuh) pesawat B737-400, 3er14 pcnycwaaan pcsawat (leasing) yang dilakukan cperti pesawat Airbus300-600 dan MD-il, diperoleh hasil proyeksi keuangan yang menyeluruh, baik berupa proyekai anis kas, proyeksi rugi laba, proyeksi neraca dan proyeksi rasio keuangan. Di dalam proyeksi keuangan tersebut bila di ukur dati evaluasi proyck dengan mcnggunakan Net Present Value, diperoich angka yang positif sebesar USS 2472,749.OOE sehingga dapat dikatakan bahwa ?Fleet Plan? Garuda Indonesia tahun 1994 - 2004 cukup byak dan feasible

Akan tetapi bila diukur dengan menggunakan analisis tasio, posisi keuangan Garuda Indonesia pada tahun-tahun awal sarnpai dengan tahun 1999 dalam tingkat yang kurang menguntungkan, hal tersebut disebabkan karena beban bunga dan depresiasi yang cukup tinggi. Tingginya beban bunga dan depresiasi tersebut disebabkan karena tingginya biaya investasi untuk pembeian sembilan buah pesawat baru yang mencapal USS 650 juta Meskipun demikian, Dan segi financial exposure peneiimaan Garuda Indonesia yang multi currency cukup membantu memperkuat posisi keuangan perusahaan, terutama didalam rangka memenuhi kewajiban keungan kepada pihak-pihak lender di luar negeri.

Keuntungan lain dengan penerapan model analisis dan proyeksi keuangan ini adalah, dapat diketahui pula mengenai proyeksi statistik produksi dan operasi Garuda Indonesia, yang dapat di gunakan sebagal pedoman dalam penyusunan budgetlanggaran tahunan selama periode proyeksi tersebut. Disamping itu dengan penerapan model analisis dan proyeksi keuangan seperti ini, akan dapat di adakan simulasi terlebih dahulu sebingga diperoich alasan yang kual untuk memilih ?Fleet Plan? dengan kondisi yang paling baik dengan komposisi fleet yang menguntungkan.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ayu Indira
Abstrak :
ABSTRAK
PT Garuda Indonesia diketahui sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang mengemban misi sebagai perusahaan penerbangan nasional penbawa bendera negara (flag carrier). Konsekuensinya PT Garuda Indonesia dituntut untuk menjadi perusahaan yang menguntungkan dengan mengindahkan kaidah kaidah dunia usaha yang berlaku umum, mulai dari cara pengelolaannya sampai kepada memenangkan persaingan di pasaran bebas.


Persaingan antar perusahaan penerbangan domestik maupun internasional kini semakin tajam dan ketat. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, antara lain globalisasi dan resesi ekonomi yang berkepanjangan. Ketatnya persaingan ditandai dengan masuknya maskapai penerbangan dalam suatu sektor penerbangan yang dimungkinkan melalui agreement antar negara, modernisasi armada, pemberian pelayanan yang sangat beragam dan penyediaan fasilitas yang super canggih.


Kondisi persaingan ini juga berdampak pada Garuda Indonesia. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tahun 1993 tercatat sebagai tahun yang kurang menguntungkan bagi Garuda. Pada tahun tersebut, pasar wisata Indonesia, khususnya Jepang, menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sekalipun dalam persentasi yang kecil. Masalah masalah yang terkait dengan fenomena ini antara lain : penurunan jumlah penumpang, load factor dan revenue.


Faktor-faktor yang disinyalir melatarbelakangi masalah tersebut diatas adalah resesi yang menghinggapi dunia - khususnya Jepang, krisis Teluk Parsi yang berawal sejak tahun 1991, globalisasi dalan segala aspek kehidupan dan masuknya JAL sebagai kompetitor kuat dalam rute penerbangan langsung Tokyo-Jakarta.


Dalam situasi seperti ini tentu saja Garuda perlu memiliki manajemen operasional yang efisien dan efektif agar dapat unggul dalam persaingan. Salah satu strategi dalam kerangka manajemen operasional adalah perencanaan dan pendisainan produk yang handal guna mengantisipasi gejolak dan perubahan dalam era globalisasi ini, dengan memperhatikan resources perusahaan dan kebutuhan/keinginan pasar maupun reaksi pesaing. Perencanaan dan pendisainan mencakup keseluruhan aspek/feature yang melengkapi produk secara keseluruhan baik fisik maupun service.


Dengan strategi ini diharapkan Garuda dapat membawa diri menjadi maskapai penerbangan internasional yang berorientadi pada kepuasan penumpang.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrulloh Hakiem
Abstrak :
ABSTRAK
Garuda Indonosla adalah flag carrier BUMN dengan aset Rp 10 triliun dengan masalah keuangan yanq dlhadapi adalah kemampuan mempertahankan laba operasi dan arus kas Secara berkeIanjutan. Domestik memberi kontribusi yang signifikan pada keuangan, namun Penurunan kurs rupiah dan masuknya pesaing baru menjadi ancaman.

Kekuatan merek Garuda dibanding pesaing adalah skala ekonomi dan experience curve, sehlngga strategi harga adalah diferensiasi dan bukan mengikuti perang harga. Untuk meningkatkan nilai tambah, customization harga perlu dilakukan untuk menjaring pelanggan baik dari segmen yang kurang sensitif maupun sensitif harga. Customization mempunyal dampak strategis terhadap persaingan yaltu mengurangi intensitas persaingan harga pada pasar premium sekaigus menjaring segmen sensitif-harga dan mempertahankan dominasi. Rute Jakarta-Surabaya dipilih karena memberi kontribusi terbesar di domestik cian persaingan yang dinamis. Untuk merancang implementasi, customization didasari oleh pengendali-nilai (value driver) yaitu fleksibilitas, kenyamanan dan penghargaan. Inovasi diperlukan untuk membangun pagar pembatas antar kelompok pelanggan. Namun demikian overcustomization dihindari karena bíaya yang tidak sebanding dengan tambahan nilai yang diporoleh, dan menurunnya goodwill konsumen.

Tantangan Customization adalah rasa keadilan, arbitrase dan peraturan batas-atas harga. Komunikasi ke pelanggan melalui media dan agen perlu dilakukan untuk memberikan kejelasan bahwa perbedaan harga dan batasan tempat-duduk memenuhi rasa keadilan. Arbitrase dihinclari dengan pembuatan penyekat antar kelompok pelanggan secara efekiif, Garuda juga perlu mempengaruhi pemerintah untuk menghilangkan batas-batas dan membiarkan harga tersebuJt berdasar mekanisme pasar. Untuk menghindari penyalahgunaan kekuatan monopoli atau oligopoli secara berlebihan. pemerintah perlu memberi keleluasaan perijinan untuk mendirikan perusahaan penerbangan baru, bukan dengan pembatasan harga
2002
T2811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handrito Hardjono
Abstrak :
ABSTRAK
Perusahaan penerbangan dewasa ini menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dengan adanya deregulasi di bidang penerbargan, kenaikan harga mínyak, serta bayangan resesi menambah tingkat persaingan untuk bekerja dengan lebih effisien lagi. Perusahaan penerbangan yang tidak dapat bekerja dengan effisien akan tertinggal dalam percaturan penerbangan internasional.

Pesawat udara merupakan asset yang paling berharga yang dimiliki oleh sebuah perusahaan penerbangan. Harganya yang mahal dan perawatannya yang tidak mudah menuntut pengelolaan yang sangat serius dari asset ini. Penanganan yang salah akan dapat menyebabkan kerugian yang tidak kecil pada perusahaan.

Route penerbangan merupakan satu hal yang sangat vital bagi perusahaan penerbangan karena dari jaringan tersebutlah datangnya revenue perusahaan, sehingga menuntut penanganan yang sangat serius terutama dalain hal pemilihan penggunaan jenis pesawat udara. Penentuan yang kurang tepat dalam suatu jalur penerbangan akan dapat sangat merugikan perusahaan. Sebagai contoh adalah pemilihan jenis pesawat yang terlampau kecil ataupun terlampau besar dalam suatu jalur penerbangan akan merugikan perusahaan sehingga perlu ditetapkan secara tepat. Di lain pihak banyak sekali variabel yang berpengaruh dalam pemilihan jenis pesawat yang harus melayani suatu jalur, sehingga pemilihannya tidaklah selalu mudah. Atas dasar masalah dan variabel-vaniabel diatas, maka dalam karya akhir ini dicoba suatu model matematis linear programming yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah diatas.

Objective function yang dipilih dalam model ini adalah untuk memperoleh minimum cost dalam menghitung total operating cost dan ke-enam jenis pesawat yang dimiliki P.T Garuda Indonesia. Decision vaniabel adalah jumlah frekwensi Penerbangan per tahun dan suatu route tertentu. Konstrain ditentukan oleh keterbatasan )umlah pesawat, jumlah penumpang yang banus diangkut dan satu tujuan ke tujuan lainnya, load faktor yang harus dipenuhi, dan keterbatasan daya jangkau dari satu jenis pesawat.

Route yang dipilih untuk model ini adalah route penerbangan P.T Garuda Indonesia domestik, regional serta satu tujuan internasional sebagai model awal untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

Dari model linear programming yang disusun kemudian dicari optimasinya menggunakan program komputer LINDO, yang memberikan suatu alternatif pemilihan jenis pesawat udara dan frekwensinya dalam menerbangi suatu route dengan operating cost yang paling minimal. Hal tersebutlah yang kemudian diperbandingkan dengan jenis pesawat udara yang digunakan sekarang dan membandingkan operating cost yang diperlukan. Dari hasil tersebut terlihat adanya penghematan yang cukup besar apabila menggunakan jenis pesawat udara yang disarankan oleh LINDO. Tentunya alternatif pemilihan jenis pesawat udara yang diperoleh dan LINDO harus dipelajari kembali dengan memasukkan unsur pemasaran dan preferens dan pelanggan sebelum diputuskan penggunaannya.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>