Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stephanie Mayadewi Agung
"Laporan Magang ini membahas mengenai prosedur pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan ini secara spesifik menyajikan informasi mengenai penyusunan dokumen untuk keperluan Bahan Penyusunan SPT Masa PPh 21 pada BPK, yaitu sebagian dari Daftar Rincian Pemotongan PPh Pasal 21 dan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dalam bentuk dokumen excel. Data yang digunakan dalam laporan ini berasal dari pengumpulan data selama kerja praktik pada Biro Keuangan BPK. Evaluasi terhadap prosedur pelaporan SPT PPh Pasal 21 pada BPK RI dilakukan dengan membandingkan penyusunan Daftar Rincian Pemotongan PPh Pasal 21 dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2018 tentang Prosedur Operasional Standar (POS) Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Badan Pemeriksa Keuangan, serta membandingkan penyusunan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 14 Tahun 2013 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26. Berdasarkan hasil evaluasi, ditemukan bahwa penyusunan dokumen Daftar Rincian Pemotongan PPh Pasal 21 telah sesuai dengan prosedur operasional standar yang berlaku, dan penyusunan dokumen Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa dokumen untuk keperluan Bahan Penyusunan SPT Masa PPh 21 pada BPK telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
...... This internship Report discusses the procedure for reporting Income Tax Return (SPT) Article 21 at the Supreme Audit Agency (BPK). This report specifically presents information regarding the preparation of documents for the purposes of preparation of SPT Period PPh 21 at the BPK, namely part of the Detailed List of Article 21 Withholding Income Tax and Proof of Withholding Income Tax Article 21 in the form of an excel document. The data used in this report comes from data collection during practical work at the BPK Finance Bureau. Evaluation of the SPT PPh Article 21 reporting procedure at BPK RI is carried out by comparing the preparation of the Detailed List of Article 21 Income Tax Withholding with the Regulation of the Secretary General of the Supreme Audit Agency of the Republic of Indonesia Number 27 of 2018 concerning Standard Operating Procedures (POS) for Reporting Periodic Income Tax Returns Article 21 on The Supreme Audit Agency, as well as comparing the preparation of the Withholding Proof of Income Tax Article 21 with the Regulation of the Director General of Taxes Number 14 of 2013 concerning the Form, Content, and Procedure for Filling and Submission of Income Tax Returns Article 21 and/or Article 26 and the Form of Evidence of Income Tax Withholding Article 21 and/or Article 26. Based on the results of the evaluation, it was found that the preparation of the Detailed List of Article 21 Withholding Tax documents was in accordance with the applicable standard operating procedures, and the preparation of the Article 21 Withholding Proof of Income Tax documents was in accordance with the applicable regulations. Thus, it can be concluded that the documents for the purposes of preparation of the SPT Period PPh 21 at the BPK are in accordance with applicable procedures and regulations."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Andrianto
"Tesis ini membahas mengenai dampak penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain (outsourcing) terutama yang terdapat pada instansi pemerintah. Adapun tujuan penulisan tesis adalah untuk mengetahui hubungan kerja dengan sistem outsourcing pada instansi pemerintah khususnya pada Direktorat jenderal Anggaran. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang dilakukan terhadap asas-asas hukum dan sistematika hukum. Ketentuan peraturan yang berlaku bagi outsourcing di Indonesia diatur dalam UU Ketenagakerjaan yang terdapat dalam Pasal 64, 65, dan 66. Sebagai pelaksanaan dari Undang Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003, maka dikeluarkanlah Keputusan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep 100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Kep. 101/Men/VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh dan Kep. 220/Men/X/2004 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebahagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Karena dilaksanakan pada instansi pemerintah, maka penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya tersebut dilaksanakan melalui pengadaan barang dan jasa pemerintah. Aturan hukum dalam lapangan publik yang menjadi payung bagi pemerintah dalam membuat kontrak pengadaan barang/jasa terutama adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU No. 17/2003) dan Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (UU No. 1/2004). Sedangkan mekanisme pemilihan perusahaan pemborongan pekerjaan di instansi pemerintah saat ini dilaksanakan dengan mekanisme yang terdapat dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Hubungan yang terjadi antara PT Daya Sgracipta Bersih dengan pekerjanya adalah hubungan kerja. Terhadap hasil penelitian tersebut, maka disarankan perlu adanya peninjauan kembali terhadap ketentuan mengenai outsourcing, disamping perlunya terobosan penggunaan kontrak multi years pada kontrak Penyerahan Sebahagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.
......
This thesis examines impact of partial assignment of the work implementation to other company (outsourcing) particularly in government institutions. The purpose of this thesis is to identify the employment relations with outsourcing system in government institutions particularly at Directorate General of Budget. The research methodology used is normative law and is based on the principles of law and the legal system. Provisions of law applied for outsourcing in Indonesia is stipulated in Employment Law as stipulated in Articles 64, 65 and 6. As the implementation from Employment Law Year 2003, then Decree of Minister of Labor and Transmigration of Republic of Indonesia Number 100/Men/VI/2004 was issued concerning Provisions of Seasonal Work Agreement, Kep. 101/Men/VI/2004 concerning Procedures to Obtain Worker/Labor Service Supplier Company Permit and Kep. 220/Men/X/2004 concerning Requirements for Partial Assignment of Work Implementation to other Company. As it is implemented in government institutions, then partial assignment of work implementation to other company is conducted through procurement of government's goods and service. Legal provisions in public domain becomes an umbrella for government in entering a goods/service procurement contract particularly Law No. 17 Year 2003 concerning State's Finance (Law No. 17/2003) and Law No. 1 Year 2004 concerning State Treasury (Law No. 1/2004). While mechanism for work contract company selection in government institutions currently is conducted with mechanism as stipulated in Presidential Decision Number 80 Year 2003 concerning Guideline on Government's Goods and Service Procurement Implementation. The work relation is entered between PT Daya Sgracipta Bersih with its work is work relations. The Relationship between PT Daya Sgracipta Bersih is a employment relations with their employees. To the results of the research, then it is suggested for a review toward provisions concerning outsourcing, in addition it requires a breakthrough in multi years contract application at contract of Partial Assignment of Work Implementation to other Companies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T37059
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abet Sukoco Prasetyo
"ABSTRAK
Latar Belakang:Insomnia dapat terjadi pada pegawai perkantoran baik yang swasta maupun pemerintah. Instansi pemerintah pusat mempunyai peranan penting terhadap hal teknis, administrasi, dan analisis urusan pemerintah seperti hal aset negara dan inventarisasinya, dokumen-dokumen penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gejala insomnia dan faktor ndash;faktor yang mempunyai hubungan dengan gejala insomnia pada pegawai perkantoran instansi pemerintah pusat di Jakarta. Metode:Desain penelitian menggunakan desain potong lintang dengan 224 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner Insomnia Rating Scale IRS untuk mengetahui gejala insomnia. Instrumen lain yang digunakan adalah kuesioner karakteristik responden, Survey Diagnostic Stress SDS , Self Reporting Questionnaire 20 SRQ-20 , dan Pemeriksaan Heart Rate Variability HRV dengan mengunakan HRV analyzer SA 3000P. Hasil:Prevalensi gejala insomnia pada pegawai perkantoran instansi pemerintahan pusat mencapai 50 , dimana gejala insomnia ringan 44,2 dan gejala insomnia sedang 5,8 . Pada penelitian ini didapatkan faktor yang memiliki hubungan bermakna untuk terjadinya gejala insomnia adalah jabatan struktural OR 0,64; 95 CI 0,41 ndash; 0,98 , stressor beban kerja berlebih kualitatif sedang-berat OR 2,50; 95 CI 1,02 ndash; 6,10 dan gangguan mental emosional / positif OR 2,76; 95 CI 1,20 ndash; 6,36 . Kesimpulan dan Saran:Penelitian ini menemukan bahwa prevalensi gejala insomnia pada pegawai instansi pemerintah pusat di Jakarta cukup tinggi. Didapatkan 3 faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan gejala insomnia. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan gejala insomnia pada pegawai instansi atau perkantoran. Kata kunci : gejala insomnia, prevalensi, instansi pemerintah pusat.

ABSTRACT
Background Insomnia can be occurred by employees in both private and government. Central government agencies have an important role to the technical, administrative, and analysis of government affairs such as national assets and important documents. The purpose of this study was to determine the prevalence of insomnia symptoms and the factors that have significant relationship of employee rsquo s central government agencies in Jakarta. Method The study design was cross sectional involving 224 respondents. Retrieving data using questionnaires Insomnia Rating Scale IRS . Other instrument used was a questionnaire characteristics of the respondents, Stress Diagnostic Survey SDS , Self Reporting Questionnaire 20 SRQ 20 , and Heart Rate Variability HRV analyzer SA 3000P. Result The prevalence insomnia symptoms of the employee rsquo s central government agencies reached 50 , which 44.2 mild insomnia symptoms and moderate insomnia symptoms were 5.8 . In this study the factors that have significant relationship are structural position OR 0,64 95 CI 0,41 ndash 0,98 , stressor qualitative work overload medium heavy OR 2,50 95 CI 1,02 ndash 6,10 and emotional mental disorders positive OR 2,76 95 CI 1,20 ndash 6,36 . Conclusions and Recommendations The study found that the prevalence of insomnia symptoms at the office employees of central government agencies in Jakarta is quite high. The work environment of this study is quite comfortable for the respondents to work. This study found three factors that have significant relationship with insomnia symptoms. Hope there rsquo ll be another study or research about other factors that have significant relationship of employee rsquo s agencies or office. Keywords insomnia symptoms, prevalence, central government agencies."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauzi Azmi
"ABSTRAK
Penerapan e-government di Indonesia masih jauh dari harapan dan tujuan Instruksi Presiden "Kebijakan tentang E-Government". Hal ini berdasarkan hasil asesmen PBB tahun 2016 yang memberikan Indonesia indeks e-government 0,4478 dari 1 dan indeks e-participation 0,3729 dari 1. Media sosial digunakan sebagai alat untuk meningkatkan indeks e-government dan e-participation. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana penggunaan media sosial mempengaruhi tingkat keterlibatan audiensnya dengan menganalisa penggunaan Facebook dan Instagram yang digunakan oleh instansi pemerintah di Indonesia terutama pesan yang di-posting di akunnya pada tahun 2016. Pesan yang dianalisa adalah bentuk, nada dan bentuk responnya. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat keterlibatan masyarakat pada Facebook dan Instagram milik pemerintah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial di instansi pemerintah belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya indeks penggunaan media sosial yang diperoleh. Indeks paling tinggi diperoleh Kementerian Pariwisata dengan nilai 4,617 (dari 100). Hasil analisa tingkat keterlibatan penggemar pada Facebook dan Instagram milik pemerintah menunjukkan bahwa partisipasi yang tinggi adalah pesan yang di-posting pada hari rabu, jumat dan minggu dengan bentuk pesan video. Instansi dengan tingkat keterlibatan tertinggi adalah Kemendikbud. Analisa menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan pada partisipasi adalah frekuensi posting-an pada Instagram, sentimen positif terhadap instansi dan integrasi antara website instansi dengan media sosialnya. Sedangkan yang tidak berpengaruh adalah frekuensi posting-an pada Facebook dan variasi bentuk pesan pada kedua media sosial.

ABSTRACT
E-government implementation in Indonesia does not meet the objectives of presidential regulation on "E-government Policy". Based on the report of the United Nations in 2016, Indonesia obtained 0.4478 out of 1 for e-government and 0.3729 out of 1 for e-participation. Social media is used as a tool to increase the index of e-government and e-participation. This study aims to identify the extent to which social media affect the level of its audience by analyzing the use of Facebook and Instagram by government agencies in Indonesia, particularly messages posted on social media profile in 2016. The message analyzed is the terms of form, tone and form of response. Additionally, the study aims at measuring the level of citizen engagement on government's Facebook and Instagram. The results showed that the use of social media in government agencies is not optimal. This is because of the low index of social media usage. The highest index is Ministry of Tourism (4.617 out of 100). The results of the analysis of engagement showed that post that attracts high participation is a message posted in Wednesday, Friday and Sunday, while the form of the message is video. Kemendikbud is the institution with the highest engagement rates. The analysis revealed that the factors do have significant influence on citizen participation is the frequency of posting on Instagram, positive sentiment toward the government agency and integration between government website and their social media. Meanwhile that does not have a influence is the frequency of posting on Facebook and the various forms of messages on both social media."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
T50222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Yuni Susanti
"Penggunaan TI di lingkungan Setjen DPR RI memiliki peran dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI sehingga perlu untuk dikelola dengan baik agar menjadi pemungkin enabler bagi organisasi dalam rangka mencapai tujuan Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi proses tata kelola TI di lingkungan Setjen DPR RI menggunakan kerangka kerja COBIT 5 untuk mendapatkan tingkat kapabilitas yang dicapai organisasi dan rekomendasi perbaikan proses untuk mencapai target kapabilitas yang diharapkan Data primer yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui FGD dan penyebaran kuesioner Data sekunder didapatkan dari studi dokumen organisasi dan studi literatur terkait dengan penelitian yang relevan Rata rata hasil pencapaian kapabilitas proses tata kelola TI di Setjen DPR RI saat ini adalah 1 1 performed yang berarti telah melaksanakan proses TI dan mencapai tujuan prosesnya Rekomendasi perbaikan proses dilaksanakan berdasarkan prioritas dengan memperhatikan tingkat kepentingan kriteria dukungan stakeholder SDM TI dan waktu pencapaian target Tiga proses yang menjadi prioritas yakni APO13 BAI01 dan EDM01 yang dianggap sangat diperlukan dalam penyelenggaraan layanan TI di Setjen DPR RI untuk dapat mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI
The use of Information Technology IT within Secretariat General of The House of Representatives of the Republic of Indonesia has important role to support the Member of Parliament rsquo s MPs duty and function needs to be well managed to become enabler to achieve the business goals This research aims to evaluate the process of IT governance at Secretariat General of The House of Representatives of the Republic of Indonesia using COBIT 5 framework to obtain the current capabilities level and recommendations Primary data used in this research were collected through FGD and questionnaire Secondary data were obtained from organizational documents and related relevant research The average value capabilities achieved of IT governance process of Secretariat General of The House of Representatives of the Republic of Indonesia was 1 1 performed means that IT processes have been implemented and achieved those purpose Process improvement recommendations conducted based on priorities of criteria that have stakeholder rsquo s support IT human resources and the achievement target time Three processes that become priorities namely APO13 BAI01 and EDM01 are very needed in organizing IT services of Secretariat General of The House of Representatives of the Republic of Indonesia to support the MPs duties and functions"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tjetje Djumhana
"ABSTRAK
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang pedoman pemanfaatan media sosial Instansi Pemerintah, salah satu tugas humas pemerintah adalah menyebarluaskan infromasi kepada publik, menampung dan mengolah aspirasi masyarakat melalui media, baik media tradisional, media konvensional, ataupun media baru. Komunikasi dengan menggunakan media baru dapat menjangkau langsung dan cepat kepada masyarakat. Salah satu media baru berbasis internet yang booming beberapa tahun belakangan ini adalah media sosial. beberapa permasalahan yag dihadapi oleh Pranata Humas pemerintah adalah pemilihan media sosial, meraih follower (pengikut) sebanyak-banyaknya, serta mengelola media sosial yang telah dibuat tersebut. Diperlukan upaya-upaya kreatif fan persuasif untuk melaksanakan misi tersebut. Tulisan ini berisi pengalaman peulis dalam usaha meningkatkan jumlah follower bagia media sosial yang ada dipuslitbang Teknolologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), yaitu melalui kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh sekolah atau universitas. Usaha ini ternyata mampu tidak hanya menambah jumlah follower media sosial namun juga mampu menambah hits counter jurnal yang ada di tekMIRA."
Jakarta : BPSDMP Kominfo , 2018
384 KOMAS 14:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
El Khaidir Natakusumah
"ABSTRAK
Rekrutmen tenaga honorer masih tetap dilakukan oleh instansi pemerintah walaupun larangan rekrut sudah dikeluarkan melalui PP Nomor 48 Tahun 2005. Adanya moratorium penerimaan CPNS juga semakin menyuburkan praktik rekrutmen tenaga honorer. Status tenaga honorer menjadi tidak jelas ketika UU Nomor 5 Tahun 2014 menghapus keberadaan tenaga honorer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal hubungan kerja yang terjadi terhadap tenaga honorer dan penerapan ketentuan PKWT bagi tenaga honorer. Metode penelitian yang dipergunakan adalah yuridis normatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa hubungan hukum yang terjadi terhadap tenaga honorer memenuhi unsur pekerjaan, perintah, upah dan waktu sebagai unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam hubungan kerja. Penerapan ketentuan PKWT terhadap tenaga honorer dapat diberlakukan dengan mengangkat tenaga honorer sebagai Calon PNS sesuai ketentuan PP Nomor 48 Tahun 2005, sedangkan bagi tenaga honorer yang direkrut setelah tahun 2005 akan berstatus sebagai tenaga kontrak biasa yang tunduk pada hukum perdata. Ketiadaan pengaturan mengenai tenaga honorer menyebabkan sulitnya dilakukan perlindungan bagi tenaga honorer yang berpotensi konflik di kemudian hari.

ABSTRACT
Recruitment of non staff employee is still done by the government institution although the prohibition of recruit has been issued through Government Regulation Number 48 Year 2005. The existence of moratorium on acceptance Civil Servant Candidates also increasingly nurtures the practice of recruitment of non staff employee. The status of non staff employee becomes unclear when Law Number 5 of 2014 removes the existence of non staff employee. The purpose of this study is to find out the employment relationship to Non Staff employee and application of the provisions of PKWT Temporary Work Agreement for non staff employee. The research method used is juridical normative. The results of the research showed that the legal relationship that occurs to the non staff employee has covered the elements of work which are order, job, wages and time condition that must be met in a working relationship. The implementation of PKWT 39 s provision to non staff employee can be applied by appointing non staff employee as Candidate of Civil Servant in accordance with Government Regulation Number 48 Year 2005, while for non staff employee recruited after 2005 will be applied as a regular contract subject to private law. The absence of regulation regarding non staff employee causes a difficulty of providing protection for non staff employee and potentially conflict in the future."
2017
T48381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yunita Amelia Purwanti
"ABSTRAK
Komitmen organisasi adalah sikap yang merefleksikan loyalitas pegawai kepada
organisasi dan merupakan suatu proses berkelanjutan ketika anggota organisasi
mengungkapkan perhatian mereka terhadap organisasi, keberhasilan organisasi
serta kemajuan yang berkelanjutan (Luthans, 2007). Zhou (2006, dalam Irawanto,
2009) berpendapat bahwa ada beberapa karakteristik gaya kepemimpinan di Asia,
yaitu otoritarianisme, kebajikan, dan moralitas. Ketiga karakteristik tersebut
menjadi dimensi dari kepemimpinan paternalistik. Penelitian dilakukan kepada
264 responden di KPP Jakarta Khusus dan WP Besar. Alat ukur yang digunakan
untuk kepemimpinan paternalistik adalah kuesioner pengembangan dari Cheng et
al. (2004) yang sudah disesuaikan oleh Irawanto (2011) untuk konteks di
Indonesia, dan untuk komitmen organisasi menggunakan kuesioner Allen &
Meyer (1997) yang telah dikembangkan oleh Jaros (2007). Dimensi
kepemimpinan paternalistik yang memiliki pengaruh terhadap komitmen
organisasi di KPP Jakarta Khusus dan WP Besar adalah kepemimpinan moral
yang mempengaruhi komitmen afektif dan kepemimpinan kebajikan yang
mempengaruhi komitmen normatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemimpin
yang memiliki gaya kepemimpinan kebajikan dapat meningkatkan perasaan
kewajiban untuk bertahan di organisasi. Kemudian, hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan moral yang
bersifat berani membela bawahan, kemurahan hati, tidak korupsi, bertanggung
jawab, adil, dan memimpin dengan contoh dapat meningkatkan perasaan memiliki
terhadap organisasi. Kantor Pusat DJP perlu meningkatkan efektifitas pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai organisasi, terutama nilai integritas dan sinergi agar lebih
tercermin dalam gaya kepemimpinan moral serta menerapkan kegiatan mentoring
untuk AR dan fungsional yang dilakukan oleh Kepala Seksi dan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak.

ABSTRACT
Organizational commitment is an attitude that reflects employee’s loyalty towards
organization and is an ongoing process when members of the organization
express their interest towards organization, organizational success and
continuous organizational improvement (Luthans, 2007). Zhou (2006, in
Irawanto, 2009) argues that there are some characteristic of leadership style in
Asia, namely authoritarianism, benevolent, and morality. These three
characteristics form a dimension of paternalistic leadership. This research was
conducted to 264 respondents at KPP Jakarta Khusus and Large Tax Office. The
measurement used for paternalistic leadership is the questionnaire that has been
developed from Cheng et al. (2004) and has been adapted by Irawanto (2011) to
Indonesian’s context and organizational commitment used a questionnaire from
Allen & Meyer (1997) that has been developed by Jaros (2007). Paternalistic
leadership dimensions that have an influence on organizational commitment are
morality leadership that influences the affective commitment and benevolent
leadership that affects normative commitment. It shows that a leader who have the
benevolent leadership can increase feelings of obligation to stay in the
organization. Then, the results also show that a leader who have a moral
leadership style that is courageous, magnanimity, incorruption, responsible,
impartial, and lead by example can improve the feeling of belonging to the
organization. DJP needs to improve the effectiveness of internalization of
organizational values, especially the value of integrity and synergy to be more
reflected in moral leadership styles and apply the mentoring activities for AR and
functional conducted by Head of Unit and Head of the Tax Office."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windraya Adikara
"Innovative behavior diyakini sebagai salah satu prediktor yang dapat mempengaruhi pegawai untuk melakukan perbaikan dan peningkatan cara kerja. Instansi pemerintah diharapkan memiliki innovative behavior agar mencapai hasil yang diinginkan seperti peningkatan efisiensi dan kualitas layanan yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa pengaruh leader-member exchange dan psychological capital terhadap job crafting dan pegawai innovative behavior, serta menginvestigasi efek mediasi dari job crafting. Data dari 105 jumlah responden dihimpun melalui survei online dan diolah menggunakan PLS-SEM, menunjukan bahwa psychological capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap job crafting dan innovative behavior. Namun leader-member exchange tidak berpengaruh signifikan terhadap job crafting dan innovative behavior. Kemudian job crafting tidak memperlihatkan efek sebagai mediasi.
......Innovative behavior believed as predictor for employees correcting errors in service delivery and redesigning work process. Public sector is expected to has innovative behavior to achieves desirable outcome such as improved efficiency and higher public sevice quality. The purpose of this paper is to examine the effect of leader-member exchange and psychological capital on job crafting and employees’ innovative behavior, the mediation effects of job crafting also investigated. Data from 105 participants were collected using an online survey and analyzed using PLS-SEM, shows that psychological capital has a positive and significant effect on job crafting and innovative behavior. Leader-member exchange however does not significantly affect both job crafting and innovative behavior. Moreover, the result demonstrates non-significant mediation of job crafting."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>