Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Nabila
Abstrak :
ABSTRACT
Pembahasan dalam skripsi ini adalah, bagaimana hubungan place branding yang dapat diidentifikasi dengan identitas tempat dan aspek. Hubungan antara place branding dan aspek pariwisata memengaruhi image keseluruhan dari kampung yang membawa dampak positif. Kampung ini memiliki aspek pembentuk image pariwisata dengan adanya potensi kampung yang bersinggungan dengan teori aspek pariwisata. Identitas tempat ditentukan dengan kondisi fisik dan kondisi non-fisik kampung. Studi kasus dilakukan di Kampung Krapu, Tongkol, dan Lodan yang berlokasi di Jakarta Utara. Kampung ini berdekatan dengan area wisata Kota Tua. Kampung Tongkol sudah mulai berkembang dari kampung lainnya, namun kampung ini kurang terekspos, kegiatan pariwisata yang jelas, dan kurangnya perawatan terhadap gudang bersejarah. Pembahasan ini dilakukan dengan mengelaborasikan dan menyimpulkan kajian teori, survei lapangan, dokumentasi, dan wawancara terhadap masyarakat kampung dan peserta Eco City 2018. Kesimpulan dari skripsi ini adalah, studi place branding menunjukkan bahwa pihak eksternal dan masyarakat harus bekerjasama dalam mengembangkan dan merencanakan kampung untuk meningkatkan Kampung Tongkol sebagai tujuan wisata.
ABSTRACT
This thesis aims to discuss the relation between place branding and tourism aspects. The relation between place branding and tourism, affect the whole image of kampung which has giving the positive impact. This kampung has some potentials that create tourism image of the kampung which intersect with tourism theory. Place identity determined by physical and non physical condition. A case study was taken in Kampung Krapu, Tongkol, and Lodan or it can be shortened to Kampung Tongkol in North Jakarta, Indonesia. This kampung located near the tourism area called Jakarta Old City Kota Tua which known as a historical tourism area. Kampung Tongkol is already developing compared to others but does not have much exposure, clean tourism activities, and lack of care of the historical site. Data were collected by using field surveys, documentation, and interviews with kampung rsquo s communities. This study finds out that Kampung Tongkol has the distinctive and authentic identity that make it suitable to do place branding as a tourism destination. Based on findings, this study suggests that authorities should develop appropriate kampung tourism products as a planning threshold to boost Kampung Tongkol as a tourism destination.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiana Arianne Raisa
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan kota, branding tempat memainkan peran penting dalam membentuk identitas kota. Namun, seringkali kota perlu mengambil langkah rebranding untuk secara akurat mewakili nilai kota seiring dengan perubahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak perubahan logo untuk rebranding Kota Melbourne pada tahun 2009 terhadap orang-orang yang tinggal di Melbourne dengan menggunakan studi literature dan menggabungkannya dengan data dari survey yang dilakukan agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai tanggapan warga Melbourne terhadap rebranding. Melalui penelitian ini kita dapat lebih memahami pentingnya logo di branding kota dan bagaimana itu dapat benar-benar meningkatkan kualitas hidup warga negara. p.p1 margin: 0.0px 0.0px 5.0px 0.0px; text-align: justify; line-height: 18.0px; font: 12.0px Times; color: 000000; -webkit-text-stroke: 000000 span.s1 font-kerning: none ...... With the development of cities, place branding plays an important role in shaping the identity of the city. However, oftentimes the city needs to take the step of rebranding in order to accurately represent the city rsquo;s value throughout its changes. The objective of this research is to see the impact of logo change for City of Melbourne rebranding in 2009 towards the people living in Melbourne by using study literature and combine it with in-depth survey data in order to get a better understanding about the Melbourne citizen rsquo;s response of the rebranding. Through this research we can better understand the importance of logo in city branding and how it can actually improve the living quality of the citizen. p.p1 margin: 0.0px 0.0px 5.0px 0.0px; text-align: justify; line-height: 18.0px; font: 12.0px Times; color: 000000; -webkit-text-stroke: 000000 span.s1 font-kerning: none
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Fajrin
Abstrak :
Place branding merupakan konsep yang menjadi bagian dari komunikasi pemasaran. Pada prakteknya, place branding merupakan upaya untuk menciptakan merek yang membedakan satu tempat dengan tempat lainnya melalui nilai-nilai yang diusungnya. Place branding dilakukan berdasarkan lima tahapan yakni Research, Deliberation, Consultation, Action dan Communication yang kesemuanya dikaji dalam penelitian ini. Studi ini berfokus pada strategi komunikasi pemasaran Sarinah yang merupakan landmark dan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. Di tengah menjamurnya pusat perbelanjaan di Jakarta, bisnis Sarinah mulai surut dengan berkurangnya kunjungan dan jumlah tenant yang menyewa tempat. Studi ini menyorot usaha manajemen Sarinah dalam langkah transformasi untuk melakukan reposisi dan rebranding menjadi Panggung Karya Indonesia. Studi ini menggunakan paradigma post positivis dengan pendekatan kualitatif, dan strategi penelitian kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan Direktur Utama, Konsultan Place Making/Place Branding dan Konsultan Komunikasi dan Brand PT Sarinah dan juga studi dokumen. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Sarinah melakukan serangkaian tahapan place (re)branding dengan melibatkan konsultan place making/place branding dan konsultan komunikasi. Dalam melaksanakan rebrandingnya dengan konsep baru sebagai community mall, Sarinah diketahui menjalankan elemen-elemen rebranding, mulai dari repositioning, renaming, redesigning dan relaunching. Dalam mengkomunikasikan place (re)branding-nya, Sarinah menjalankan strategi komunikasi pemasaran yang efektif dengan memanfaatkan aktivitas kehumasan, terutama word of mouth dari event-event yang terselenggara. ......Place branding is a concept in marketing communications. In practice, place branding is an effort to create a brand that differentiates one place from another through the values it carries. Place branding is carried out based on five stages, namely Research, Deliberation, Consultation, Action and Communication, all of which are studied in this research. This study focuses on the marketing communication strategy of Sarinah, which is a landmark in Indonesia and the first shopping center in Indonesia. In the midst of the proliferation of shopping centers in Jakarta, Sarinah's business began to decline with reduced visits and the number of tenants renting space. This study highlights Sarinah management's efforts in transformation steps to reposition and rebrand to become Panggung Karya Indonesia. This study uses a post-positivist paradigm with a qualitative approach and a descriptive qualitative research strategy. Data was collected through interviews with the President Director, Place Making/Place Branding Consultant and Communication and Brand Consultant of PT Sarinah as well as document studies. The interview results show that Sarinah carried out a series of place (re)branding stages involving place making/place branding consultants and communications consultants. In carrying out its rebranding with a new concept as a community mall, Sarinah is known to have carried out rebranding elements, starting from repositioning, renaming, redesigning and relaunching. In communicating its place (re)branding, Sarinah carries out an effective marketing communication strategy by utilizing public relations activities, especially word of mouth from the events held.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pradana Ghalib Ramadhan
Abstrak :
Kawasan wisata Pantai Padang mengalami revitalisasi di beberapa titik sehingga mengalami perubahan dari tahun 2016. Kawasan wisata ini juga termasuk ke dalam salah satu kawasan wisata terpadu (KWT) yang direncanakan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Padang. Pembangunan yang terjadi di kawasan wisata Pantai Padang ini antara lain disebabkan oleh pandangan negatif pengunjung saat berkunjung ke pantai ini. Ditambah lagi, pantai ini dikenal dengan payung atau tenda ceper sebagai tempat kegiatan negatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepekaan pengunjung terhadap kawasan wisata Pantai Padang dan kaitannya dengan branding tempat yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah pada kawasan wisata ini. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap informan yang telah ditentukan dan observasi lapangan. Proses analisis dilakukan dengan memetakan tempat yang bernilai bagi pengunjung dan verbatim hasil wawancara. Data yang digunakan berasal dari data primer yaitu saat langsung di lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kawasan wisata Pantai Padang memiliki 3 tempat yang bernilai bagi pengunjung, Tempat tersebut antara lain Monumen Merpati Perdamaian, Tugu IORA, dan Masjid Al-Hakim. Ketiga tempat ini dapat disebut sebagai landmark Pantai Padang yang membedakan pantai ini dengan yang lain. Fungsi atau nilai tempat tersebut berbeda, seperti Masjid Al-Hakim yang memiliki identitas tempat spiritual. Berkaitan dengan branding yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah yaitu LUCINDA dan Padang Halal Tourism, Pantai Padang memiliki kesesuaian ciri dengan tujuan dari branding tersebut. Namun, dari perspektif pengunjung masih belum mengenal kedua branding ini. Branding ini diterapkan untuk mengubah citra dari Pantai Padang sekaligus mengenalkan kawasan wisata pantai yang berbeda. Hal ini selaras dengan tujuan Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang tahun 2019-2024 untuk meningkatkan potensi wisata dan mengenalkan Padang Halal Tourism. ......Padang Beach tourist area has undergone revitalization at several points so that it has changed from 2016. This tourist area is also included in one of the integrated tourism areas (KWT) planned by the Padang City Culture and Tourism Office. The development that occurred in the Padang Beach tourist area was partly due to the negative views of visitors when visiting this beach. In addition, the beach is known for its umbrella or flat tents as a place for negative activities. This research was conducted to find out the sensitivity of visitors to the Padang Beach tourist area and its relation to the place branding that has been determined by the Regional Government in this tourist area. Data collection was carried out by interviewing predetermined informants and field observations. The analysis process was carried out by mapping places that are valuable to visitors and verbatim interview results. The data used comes from primary data, namely directly in the field. The results of the analysis show that the Padang Beach tourist area has 3 places that are valuable to visitors, these places include the Peace Dove Monument, the IORA Monument, and the Al-Hakim Mosque. These three places can be referred to as landmarks of Padang Beach that distinguish this beach from others. The function or value of the place is different, such as Al-Hakim Mosque which has the identity of a spiritual place. In relation to the branding applied by the Local Government, namely LUCINDA and Padang Halal Tourism, Padang Beach has the characteristics in accordance with the purpose of the branding. However, from the visitors' perspective, they still do not recognize these two branding. This branding is applied to change the image of Padang Beach while introducing a different beach tourism area. This is in line with the objectives of the Governor of West Sumatra Province and the Strategic Plan of the Tourism and Culture Office of Padang City in 2019-2024 to increase tourism potential and introduce Padang Halal Tourism.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Rahayu
Abstrak :
“Depok Friendly City” merupakan branding Kota Depok yang dicanangkan sejak 2016 sebagai bentuk implementasi masterplan Kota Depok menjadi Kota Cerdas (Smart City). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari place branding yang telah dilakukan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi literatur, wawancara, dan observasi yang kemudian dianalisis secara spasial dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identitas tempat pada Jalan Margonda Raya berdasarkan fitur tempat yang tersedia paling banyak tersebar di segmen utara dan selatan dengan setiap segmen telah ditandai dengan kesesuaian keberadaan landmark berdasarkan fungsi aktivitas utamanya. Pemerintah berusaha membangun citra futuristik dan instagramable dari Jalan Margonda Raya kepada para pejalan kaki. Citra tempat yang terbentuk pada pejalan kaki menilai karakteristik fisik tempat pada Jalan Margonda Raya sudah cukup aman dan nyaman, serta aksesibilitas pada transportasi publik mudah dengan kondisi cuaca, lingkungan, dan ketersediaan fasilitas pendukung masih terbilang kurang. Persepsi tempat yang terbentuk oleh sebagian besar informan terhadap Jalan Margonda Raya adalah macet yang dalam hal ini tidak memiliki korelasi spesifik bagi aktivitas mereka sebagai pejalan kaki. Place branding “Depok Friendly City” bagi pejalan kaki hanya efektif untuk merepresentasikan segmen utara dan segmen selatan. ......"Depok Friendly City" is Depok City branding which was proclaimed since 2016 as a form of implementation of the Depok City master plan to become a Smart City. This study aims to analyze the effectiveness of the place branding that has been done. Methods of data collection in this study using literature studies, interviews, and observations which were then analyzed spatially and descriptively. The results of this study indicate that the identity of places on Jalan Margonda Raya based on available space features is most widely spread in the north and south segments with each segment having been marked with the suitability of the presence of landmarks based on its main activity function. The government is trying to build a futuristic and instagramable image of Jalan Margonda Raya for pedestrians. The image of the place formed by pedestrians assesses the physical characteristics of the place on Jalan Margonda Raya as safe and comfortable enough, and accessibility to public transportation is easy with weather conditions, the environment, and the availability of supporting facilities is still lacking. The place perception formed by most of the informants towards Jalan Margonda Raya is traffic jam which in this case has no specific correlation to their activities as pedestrians. Place branding “Depok Friendly City” for pedestrians is only effective for representing the north and south segments.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Nugraha
Abstrak :
Place branding adalah suatu perencanaan pembangunan wilayah dengan cara memperkuat identitas tempat dan membangun suatu diferensiasi dengan tempat lainnya. Kegiatan pariwisata di Kepulauan Seribu belum mempunyai brand yang kuat sehingga akan lebih mudah tersaingi oleh objek wisata sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan brand pariwisata di Kepulauan Seribu dengan cara mengetahui ruang identitas pariwisata di sana dan bagaimana kaitan citra para wisatawan terhadap identitas tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan analisis spasial. Hasil dari penelitian ini terdapat empat identitas pariwisata di Kepulauan Seribu yaitu: (1) “Peninggalan sejarah”, (2) “Pantai yang indah”, (3) ”Fasilitas dan konservasi alam”, (4) “Eksotisme dan privasi pulau”. Hasil nilai citra wisatawan terhadap identitas tersebut menunjukkan bahwa identitas pariwisata yang memiliki diferensiasi sebagai bentuk wisata aktualisasi diri, direkomendasikan lebih besar. Jumlah kedatangan wisatawan di Kepulauan Seribu saat ini lebih besar dipengaruhi oleh faktor jarak pulau dari dermaga keberangkatan, bukan berdasarkan besarnya nilai identitas pariwisata. ......Place branding is one of planning method by which it builds distinctive identity for places. Tourism in Kepulauan Seribu has not had strong brand of place. So that it will be surpased easily by another more attractive tourism place. This research aims to evaluate implementation of tourism branding in Kepulauan Seribu by determine the areas of tourism identity and how they interact each other in order to influence place image for tourist. This research conducted qualitative method with spatial analysis approach. Research finding showed that there are four tourism identities in Kepulauan Seribu: (1) “Inheritance”, (2) “Attractive beach”, (3) “Facilities and natural resources conservation”, (4) “Exotic island and its privacy”. The result from tourist image toward identity shows that tourism identity which has distinction as a tourism for self-actualization is more recommended. The number of tourists in Kepulauan Seribu today is more depended on distance from harbour rather than the significace of tourism identity value.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Kristie
Abstrak :
Pariwisata merupakan sektor yang berperan penting dalam pembentukkan citra dan reputasi Korea Selatan. Namun pandemi Covid-19 menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada sektor pariwisata Korea Selatan. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2020, Pemerintah Korea Selatan bersama Korea Tourism Organization (KTO) mulai menggencarkan strategi nation branding daring yang mengedepankan sektor pariwisata. Salah satu caranya adalah melalui video musik Feel the Rhythm of Korea yang ditayangkan di YouTube. Penelitian ini ingin menganalisis pelaksanaan strategi branding negara Korea Selatan melalui seri video musik Feel the Rhythm of Korea (Season 1 dan 2, serta ITZY version) sebagai bagian dari brand pariwisata untuk meningkatkan sektor pariwisata Korea Selatan setelah pandemi Covid-19. Metode pada penulisan ini adalah analisis isi menggunakan analisis Semiotika Barthes berdasarkan empat elemen dari konsep nation branding serta konsep place branding: tourism branding. Hasil temuan dan analisis menunjukkan bahwa keempat elemen utama nation branding serta konsep place branding: tourism branding berhasil teridentifikasi dan terimplementasi dalam sepuluh video musik Feel the Rhythm of Korea yang dipilih. Oleh karena itu, strategi nation branding Korea Selatan melalui seri video musik Feel the Rhythm of Korea (Season 1 dan 2, serta ITZY version) sebagai bagian dari brand pariwisata Imagine Your Korea telah dilaksanakan dengan cukup baik. ......Tourism is a sector that plays essential role in shaping the image and reputation of South Korea. However, the Covid-19 pandemic has had a significant impact on the South Korean tourism sector. To overcome this, in 2020, the South Korean Government and the Korea Tourism Organization (KTO) began to intensify an online nation branding strategy that prioritizes the tourism sector. One way is through Feel the Rhythm of Korea, music video series which is aired on YouTube. This study wants to analyze the implementation of South Korean nation branding strategy through the music video series Feel the Rhythm of Korea (Season 1 and 2, and ITZY version) as part of the tourism brand to improve South Korea's tourism sector after the Covid-19 pandemic. The method used in this study is content analysis using Barthes Semiotics analysis based on four main elements of the concept of nation branding and the concept of place branding: tourism branding. The findings and analysis show that the four main elements of nation branding and the concept of place branding: tourism branding have been identified and implemented in ten selected Feel the Rhythm of Korea music videos. Therefore, South Korea's nation branding strategy through the music video series Feel the Rhythm of Korea (Season 1 and 2, and ITZY version) as part of the Imagine Your Korea tourism brand has been implemented quite well.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Auryn Adhwa Tertia
Abstrak :
Artikel ini mengeksplorasi bagaimana film Disney Encanto berfungsi sebagai metode inovatif untuk strategi pencitraan tempat guna meningkatkan citra negara Kolombia. Selama berabad-abad, Kolombia digambarkan oleh media sebagai negara yang terkait dengan perdagangan narkoba dan perang gerilya. Pertimbangan etis dalam menggambarkan sesuatu negara atau budaya sangatlah penting, karena representasi tersebut membentuk persepsi penonton, terutama bagi mereka yang belum pernah berinteraksi atau mengunjungi negara tersebut secara langsung. Representasi yang salah dapat berdampak negatif terhadap reputasi suatu negara dan memperkuat stereotip. Encanto memberikan gambaran inovatif dengan menampilkan sisi keajaiban dan semaraknya negara Kolombia. Dengan memanfaatkan kerangka pencitraan tempat oleh Kavaratzis (2004), artikel ini menunjukkan bagaimana Encanto mengintegrasikan berbagai elemen komunikasi dalam film, sehingga memperkuat upaya komunikasi yang lebih luas yang secara positif memengaruhi citra Kolombia. Melalui tinjauan literatur dan observasi, penelitian ini mengungkapkan bahwa Encanto berhasil menjadi alat komunikasi sekunder yang inovatif dan berhasil meningkatkan citra Kolombia dengan menghadirkan komunikasi utama negara tersebut secara autentik. Meskipun kehilangan beberapa elemen komunikasi utama, Encanto berhasil melampaui kerangka tersebut, dimana mereka menekankan kekayaan kultural negara tersebut. Visual, karakteristik, cerita, dan detail rumit dari film ini menggambarkan bagaimana film seperti Encanto dapat meningkatkan reputasi suatu negara secara efektif, menyelaraskan dan melampaui kerangka branding tempat Kavaratzis. ......This article explores how the Disney movie Encanto serves as an innovative tool for a place branding strategy to enhance Colombia's image. For centuries, Colombia has been depicted by the media as a country associated with drug trafficking and guerilla warfare. Ethical considerations in portraying a country or culture are crucial, as these representations shape the audience's perceptions, particularly for those who have not directly interacted with or visited the country. Misrepresentations can negatively impact a country's reputation and reinforce stereotypes. Encanto provides a groundbreaking portrayal by showcasing Colombia's magical and vibrant aspects. Utilising Kavaratzis' Place Branding framework (2004), this article demonstrates how Encanto integrates various communication elements within the movie, thereby bolstering broader communication efforts that positively influence Colombia's image. Through literature review and observation, this study reveals that Encanto successfully became an advanced secondary communication tool that improves Colombia's image by authentically presenting the country's primary communication. Despite missing some primary communication elements, Encanto has interestingly managed to go beyond the framework where it highlights the country's cultural richness. The movie's visuals, characteristics, story, and intricate details illustrate how films like Encanto can effectively enhance a nation's reputation, aligning with and surpassing Kavaratzis' place branding framework.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Rahmawati
Abstrak :
Aktivitas pemasaran tidak hanya dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produk yang mereka tawarkan. Saat ini pemerintah kota juga melakukan aktivitas pemasaran dan city branding untuk mempromosikan kota mereka dengan tujuan tertentu. Dalam menentukan strategi city branding, pemerintah kota harus mengetahui atribut-atribut yang dimiliki oleh kota dan menjadikan atribut tersebut sebagai fitur dari kota tersebut. Dalam penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang menjadi city brand image kota Jakarta beserta atribut yang ada di dalamnya yang dipersepsikan oleh tiga stakeholder kota Jakarta yaitu penduduk, wisatawan domestik, dan wisatawan mancanegara. Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat survey. Kuisioner yang disebarkan terdiri dari dua tipe kuisioner, yaitu pertanyaan terbuka untuk menanyakan atribut kota Jakarta yang ada di dalam benak responden, dan kuisioner tertutup yang menguji atribut kota Jakarta yang telah didapatkan dari hasil pertanyaan terbuka dan studi literatur. Penelitian ini menggunakan metode exploratory factor analysis untuk mencari faktor-faktor yang menjadi city brand image kota Jakarta berdasarkan persepsi penduduk, wisatawan domestik, dan wisatawan mancanegara, serta city brand attribute yang menjadi komponen di dalam faktor-faktor yang telah terbentuk. Penelitian ini dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengevaluasi aktivitas city branding yang telah dilaksanakan dan menyusun strategi city branding untuk masa yang akan datang.
Marketing activity is not only done by companies to promote its products. City governments are also doing marketing activity and city branding to promote their city for some diverse goals. To determine city branding strategy, government of the city must knows the attributes that the city has and make it as city features. This research identifies the attributes of Jakarta and factors that will be the city brand image of Jakarta that perceived by three stakeholders of Jakarta, the citizens, domestic tourist, and foreign tourist. This research uses two types questionnaire as survey tools. First questionnaire is open ended questionnaire which used to ask the Jakarta's attributes as perceived by the respondents, and the second questionnaire is closed questionnaire which used to test the attributes of Jakarta obtained through the result of literature study and the result of first questionnaire. This research use exploratory factor analysis (EFA) to analyzing factors that will be the city brand image of Jakarta as perceived by those three stakeholders, and city brand attribute which become components of developed factors. This research may used by Tourism Department of Jakarta City Government to evaluate city branding that has been done, whether the city brand image and city brand attributes that perceived by citizens, domestic tourist, and foreign tourist as it expected, and make the city branding strategies for the future.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>