Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bunga Kasih Samtesamka1
Abstrak :
Slash fiction bukan lagi menjadi fenomena baru di dunia fandom. Hingga saat ini, mayoritas produksi serta konsumsinya masih didominasi oleh perempuan. Slash fiction banyak ditemukan tersebar di internet, dan Twitter telah menjadi salah satu pilihan penggemar untuk mengakses slash fiction karena tidak membutuhkan rentang perhatian yang tinggi. Tulisan ini merupakan studi kualitatif dengan metode netnografi dan analisis tematik untuk mengeksplorasi bentuk textual poaching kekuasaan penggemar perempuan dalam memproduksi kembali teks menjadi slash fiction pada fandom My Hero Academia di Twitter. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa penggemar memiliki kuasa untuk menginterpretasikan karakter dalam narasi asli menjadi homoseksual, yang kemudian menjadi landasan untuk menulis slash fiction. Lebih jauh lagi, kegiatan menulis slash fiction bagi penggemar perempuan dapat berperan sebagai subversif terhadap budaya resmi yang ada serta menantang dominasi heteronormatif karena kemampuannya untuk menciptakan dunia cerita sendiri. ......Slash fiction is no longer a new phenomenon in the fandom world. Until now, women still dominate the majority of the production and consumption of slash fiction. On the internet, Slash fiction is everywhere, and Twitter has become one of the choices for fans to access slash fiction because it does not require a high attention span. This paper is a qualitative study using netnographic methods and thematic analysis to explore the form of textual poaching of female fans' power in reproducing text into slash fiction in the My Hero Academia fandom on Twitter. The findings of this study show that fans can interpret the characters in the original narrative to be homosexual, which then becomes the basis for writing slash fiction. Furthermore, writing slash fiction for female fans is subversive to the existing official culture and challenge heteronormative domination because of fans' ability to create their own story world.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Soultan Ariq Rachman
Abstrak :
One popular domain on social media is fandom activity, where people gather to enthuse their favourite idol. One of the most famous fandoms belongs to Kpop stans, where they include members from many diverse countries and continents. Kpop fandom Twitter gained popularity after attempting drowning racist hashtags by posting Kpop contents during #BlackLivesMatter movement. Kpop fans seem to utilise hashtags and mention other Twitter users in their Tweets that contain worldwide trends. An example is #APOLOGIZETOJISOOTcCandler hashtag that was made popular to support Blackpink's oldest member, Kim Jisoo. This research explores how Kpop stan Twitter utilises hashtag and hashtag hijacking on Twitter to endorse their idols. Using theory from Rauschnabel, Sheldon, & Herzfeldt regarding the ten motivations for users to use a hashtag. In addition to that, theory from Xanthopoulos, Panagopoulos, Bakamitsos & Freudmann regarding three motivations for users di hijack a hashtag will be implemented as well. Through primary research method using netnography, an online research method to understand social interaction in digital communications contexts, it is found that Blackpink's fandom hashtag was driven by five motivations. Also, it is found that the hashtag hijacking was utilised to endorse different idol.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherrish Serafinna Tanudirdjo
Abstrak :
Inovasi telah membawa peradaban melalui berbagai perubahan. Di antara banyaknya perubahan yang ada, globalisasi memiliki dampak yang paling besar, terutama dalam hal hubungan sosial dan struktur. Globalisasi telah memicu budaya-budaya yang berbeda untuk saling bersinggungan, menyebabkan adanya hibridisasi antar budaya. Glokalisasi muncul saat budaya local berpadu dengan budaya popular. Melihat komik digital, makalah ini bertujuan untuk menganalisis adaptasi manhwa Korea dalam Webtoon sebagai bagian dari glokalisasi dalam komik digital Indonesia berjudul 7 Wonders. Makalah ini menggunakan konten analisis kualitatif untuk pengumpulan data dan menggunakan paradigma interpretif. Unsur glokalisasi dalam serial Webtoon “7 Wonders” dapat dilihat dari penggunaan budaya lokal Indonesia di dalam konten dari serial tersebut. Sementara itu, layout dan gaya menggambar mengikuti budaya popular Korea. Berdasarkan penemuan, serial Webtoon “7 Wonders” mengandung unsur glokalisasi seperti terlihat dalam penggabungan budaya Indonesia dan Korea di dalamnya. Serial tersebut mengambil gaya dan layout dari manhwa Korea popular dan memperkayanya dengan konten budaya lokal. ......Innovations have led humanity to numerous changes. Amongst the many shifts and changes, globalisation was deemed to have the most consequential impact in human history, especially in social relationships and structures. As globalisation leads to different cultures intersecting, some cultures may start to create a hybrid. Glocalisation exists when a local culture is mixed with a popular culture. Looking at webcomics, this paper aims to analyse the adaptation of Korean manhwa in Webtoon as a part of glocalisation in an Indonesian webcomics titled “7 Wonders”. This research paper will use qualitative content analysis for data collection and adopts an interpretive paradigm. The presence of glocalisation in the Webtoon series “7 Wonders” can be identified in the usage of local Indonesian culture as the content of the series. Meanwhile, the layout and style largely adopts that of the popular Korean culture. Based on the findings, the presence of glocalisation can be seen in the Webtoon series “7 Wonders” through the mixture of Indonesian and Korean culture within the series. The series adopts the style and layout of popular Korean manhwa, while enriching the content with local culture.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurahman Isfiuno
Abstrak :
ABSTRAK
Fenomena LGBT di dunia sudah kental terasa, banyak dari Negara besar sudah membebaskan warganya untuk menikah dengan sesama jenis. Indonesia sendiri berada diperingkat 3 terendah sebagai Negara yang toleran terhadap kaum LGBT, banyak kaum LGBT di Indonesia yang akhirnya terpaksa menikah dengan lawan jenis, hal tersebut mereka lakukan karena faktor lingkungan dan stereotipe yang ada di Indonesia akan LGBT, banyak masyarakat yang melihat dari kacamata agama dan mengatakan bahwa mereka adalah pendosa. Beberapa dari mereka ada yang takut untuk mengungkapkan namun beberapa berani atau yang biasa disebut fase coming out, dimana mereka telah jujur terhadap orientasi seksualnya dan telah membeberkannya ke publik, salah satunya adalah Dena Rachman yang merupakan seorang transgender. Dena dianggap berhasil dalam mem-branding dirinya sehingga membuat komentar negatif yang berada di kolom komen menjadi berkurang serta meningkatkan komen positif, bahkan beberapa dari netizen membela Dena saat banyak komen negatif di kolom komentarnya. Tulisan ini akan melihat fenomena yang dialami Dena Rachman sebagai salah satu kaum LGBT dalam sudut pandang ilmu komunikasi, khususnya teori personal branding dengan menggunakan konten-konten yang diunggah Dena Rachman pada media sosialnya sebagai medium acuan.
ABSTRACT
LGBT is one of phenomenon that has lots of controversials. Few countries have legalized same sex mariage. One of the greatest researcher in this world said that Indonesia is in the bottom three for tolerance of LGBT, there is a few negative stereotipe of LGBT in Indonesia, people seems very judgemental when they are talking about LGBT, they think that LGBT are the worst sin that history ever made. Some of LGBT in Indonesia are scared for telling the truth about their sexual orientation, but some of them are brave enough to tell to the public the truth about their sexual orientation, one of part of LGBT is Dena Rachman as known as a successful transgender. Dena Rachman considered as a succesful public figure in his social media, he has 216k followers on Instagram, he makes people who writes negative comments decreasing and increasing positive comments on his Instagram. This paper analyze the phenomenon experienced by Dena Rachman in communication theory point of view, personal branding theory in particular, using the uploaded content by Dena Rachman himself on his social media as the medium of reference.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Khansa
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah iklan yang digunakan untuk membangun kembali reputasi perusahaan setelah mengalami krisis apakah sudah memenuhi prinsip dan unsur storytelling dengan baik. Konsep yang dipakai adalah rasionalitas naratif dari Walter Fisher dan unsur storytelling dari Ffion Lindsay. Rasionalitas naratif terdiri dari dua prinsi yaitu koherensi (coherence) dan keterapan (fidelity). Sedangkan unsur storytelling terdiri dari tujuh poin yakni emosi (emotion), alur (plot), struktur (structure), suara (voice), hero, villain, dan konflik (conflict). Metode penelitian yang digunakan yaitu riset evaluasi. Iklan yang dievaluasi yakni iklan Blue Bird Berbenah untuk Berubah milik PT. Blue Bird Tbk. Hasil penelitian memperlihatkan secara keseluruhan iklan Blue Bird Berbenah untuk Berubah telah memenuhi prinsip dan unsur storytelling dengan baik.
ABSTRACT
The purpose of this study is to assess whether the advertisement used to rebuild the company s reputation after experiencing a crisis has met the principles and elements of storytelling well. The concept used is narrative rationality from Walter Fisher and storytelling elements from Ffion Lindsay. Narrative rationality consists of two principles, namely coherence and fidelity. While the storytelling element consists of seven points namely emotion, plot, structure, sound, hero, villain, and conflict. The research method used is evaluation research. The evaluated ad is the advertisement called Blue Bird Berbenah untuk Berubah owned by PT. Blue Bird Tbk. The results showed that overall the advertisement Blue Bird Berbenah untuk Berubah had met the principles and elements of storytelling well.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Arindya Laksmidewi Marghaputra
Abstrak :
Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk menjaga jarak menjadi tantangan bagi industri hiburan musik. Konser tur antar negara, temu penggemar dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh brand industri musik untuk membentuk pengalaman audiens terpaksa harus ditiadakan. Dalam menghadapi kondisi ini, para pemasar industri hiburan musik memanfaatkan teknologi dan membuat konser virtual sebagai bentuk strategi experiential marketing. Tulisan ini akan menganalisis apakah konser virtual telah memenuhi pilar keberhasilan strategi experiential marketing dibandingkan dengan konser offline. Terdapat sebelas pilar keberhasilan experiential marketing yakni remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable dan believable. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus komparatif dengan membandingkan satu variabel pada dua sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda. Dalam pengaplikasiannya, konser virtual maupun konser offline memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Teknologi augmented reality dan grafis 3D dalam konser virtual menciptakan pengalaman unik melalui efek panggung seolah-olah visual tersebut nyata, sehingga tercipta pengalaman mendalam yang dimana secara psikologis audiens merasa menjadi bagian dari lingkungan virtual tersebut sehingga timbul perasaan nyata ‘berada disana’. Namun, teknologi tidak dapat menggantikan pengalaman yang didapat melalui interaksi tatap muka. Teknologi justru menciptakan cara interaksi baru dan pengalaman unik yang berbeda dari interaksi langsung. ......Covid-19 pandemic forces us to practice physical distancing. This condition leads to a new challenge, especially for the music entertainment industry. Many activities that build the audience's experience such as world tour concerts and fan meetings had to be eliminated. In facing this challenge, music industry marketers take advantage of technology and create virtual concerts as a form of experiential marketing strategy. This study aims to analyze whether virtual concerts have met the pillars of successful experiential marketing strategy compared to offline concerts. There are eleven pillars of experiential marketing such as remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable, and believable. The research method used is a comparative case study, comparing one variable in two different samples or at different times. Study results revealed that both virtual concerts and offline concerts have their respective advantages and disadvantages. Augmented reality technology and 3D graphics used in virtual concerts create a unique experience through stage effects as if the visuals are real, this visualization creating an immersive experience where the audience psychologically become one with the virtual environment and a sense of "being there" arises. However, technology cannot replace the experiences gained through face-to-face interactions. Instead, technology creates a new way of interacting and a unique audience experience.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Maria Alga Palla
Abstrak :
Munculnya influencer media sosial yang membagikan berbagai aspek kehidupan pribadi mereka menunjukkan perubahan dalam mekanisme influencer endorsement di platform media sosial. Influencer memberikan pengikutnya banyak informasi tentang kehidupan pribadi mereka. Biasanya mereka merekomendasikan produk yang mereka pakai sehari-hari. Pola seperti ini digunakan influencer secara strategis agar bisa menyajikan realita pada pengikut mereka. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana online self-disclosure dalam konteks influencer endorsement berdasarkan lima dimensi self-disclosure, yaitu amount, valence, honesty, intent, dan depth. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus kualitatif dengan single case design atau studi kasus tunggal dengan menggunakan dokumen dan observasi konten influencer yang melakukan endorsement secara online atau non participant observation. Self-disclosure seorang influencer di Instagram memiliki peran penting dalam membangun intimasi dengan audiens dan menarik perhatian mereka terhadap pesan endorsement produk. Penting bagi para influencer dan pemasar untuk memperhatikan dimensi self-disclosure seperti amount, depth, honesty, intent, dan valence dalam strategi pemasaran mereka untuk mencapai hasil yang lebih efektif. ......The emergence of social media influencers who share various aspects of their personal lives demonstrates a shift in the mechanism of influencer endorsement on social media platforms. Influencers provide their followers with a lot of information about their personal lives, often recommending products they use in their daily lives. This pattern is strategically used by influencers to present a sense of reality to their followers. The purpose of this study is to analyze online self-disclosure in the context of influencer endorsement based on five dimensions of self-disclosure: amount, valence, honesty, intent, and depth. The method employed in this study is a qualitative single case design approach, utilizing literature review and non-participant observation of influencer content endorsing products online. The self-disclosure of an influencer on Instagram plays a crucial role in building intimacy with the audience and capturing their attention towards product endorsement messages. It is important for influencers and marketers to consider dimensions of self-disclosure such as amount, depth, honesty, intent, and valence in their marketing strategies to achieve more effective results.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jemimah Michelle Wylie
Abstrak :

Teori transfer kepercayaan merupakan teori yang menyatakan bagaimana kepercayaan dapat berpindah dari suatu entitas ke entitas lain. Dalam beberapa tahun ke belakang, terdapat peningkatan penelitian teori ini atas fenomena e-commerce dan s-commerce yang kian berkembang. Hal tersebut disebabkan karena dalam ranah bisnis maupun pemasaran, transfer kepercayaan menjadi elemen penting dalam menjelaskan bagaimana kepercayaan konsumen dapat terbangun atau terbentuk. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan transfer kepercayaan dalam e-commerce dan s-commerce, pihak dan variabel yang terlibat dalam proses transfer, dan bagaimana penelitian dilakukan pada studi terdahulu. Penelitian dilakukan dengan kajian literatur atas 6 artikel jurnal yang membahas transfer kepercayaan dalam e-commerce dan s-commerce serta dipublikasikan dalam rentang tahun 2016 hingga 2022. Hasil kajian menunjukkan bahwa transfer kepercayaan terbukti secara konsisten ditemukan dalam semua penelitian. Pihak trustor yang diteliti adalah pengguna platform sementara target transfer yang paling banyak diteliti adalah platform s-commerce. Ditemukan pula beberapa keterbatasan dari penelitian terdahulu terkait dengan metode penelitian, pengumpulan data, dan perincian variabel yang diteliti. ......Trust transfer theory is a theory that states how trust can be transferred from one entity to another. In recent years, there has been an increase in research on this theory due to the growing phenomenon of e-commerce and s-commerce. This is due to the fact that in the realm of business and marketing, trust transfer is an important element in defining how consumer trust can be built or formed. This paper aims to identify the existence of trust transfer in e-commerce and s-commerce, the parties or variables involved in the transfer process, and how the research was conducted in previous studies. This research is conducted with a literature review of 6 journal articles that discuss trust transfer in e-commerce and s-commerce and were published between the time range of 2016 to 2022. The results showed that trust transfer was consistently found in all previous studies. The trustor studied is the platform user while the most studied transfer target is the s-commerce platform itself. Some limitations of the previous studies were also found related to the research method, data collection, and details of the variables studied.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Timion Melinda
Abstrak :
Dalam masyarakat yang masih heteronormatif, bentuk ekspresi androgini masih belum umum. Namun beauty influencer @yudhistirawr mengkespresikan sifat androgininya sebagai bentuk identitasnya di media sosial. Penulis ingin memahami bagaimana Yudhistira menegosiasikan identitas gendernya dengan merek yang ia wakili dalam konten endorsement-nya dengan menggunakan konsep performativitas gender. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data diperoleh melalui studi pustaka dan observasi terhadap akun Instagram @yudhistirawr. Konten yang dianalisis terdiri dari dua konten non-endorsement dan dua konten endorsement paling populer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yudhistira berhasil mengekspresikan sifat androgini sebagai identitasnya melalui konten-konten Instagram, termasuk konten endorsement bersama merek yang bekerja sama dengannya. ......In a heteronormative society, androgynous forms of expression are still not common. However, beauty influencer @yudhistirawr expresses her androgynous characteristics as a form of identity on social media. The author wants to understand how Yudhistira negotiates his gender identity with the brand he represents in his endorsement content using the concept of gender performativity. This research uses a qualitative approach with a case study method. Data was obtained through literature study and observation of @yudhistirawr's Instagram account. The analyzed content consists of two most popular non-endorsement contents and two most popular endorsement contents. The results showed that Yudhistira managed to express his androgynous nature as his identity through Instagram content, including endorsement content with the brands he works with.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Aziza Zabidi
Abstrak :
Teori strength of weak ties merupakan teori yang mengatakan bahwa ikatan lemah (weak ties) pada jaringan sosial dapat lebih menguntungkan dibanding hubungan dengan ikatan kuat pada kondisi tertentu yang mana sering digunakan untuk mencari peluang pekerjaan (Granovetter, 1973). Perkembangan teknologi komunikasi menciptakan cara baru dalam memanfaatkan ikatan lemah pada jaringan sosial. Dalam beberapa tahun ke belakang, teori ini digunakan untuk melihat fenomena berjejaring di situs jejaring sosial. Makalah ini bertujuan mengidentifikasi perkembangan pemanfaatan teori strength of weak ties pada konteks pencarian pekerjaan melalui situs jejaring sosial Linkedin. Penelitian dilakukan dengan kajian literatur dari 4 artikel penelitian dalam jangka publikasi 2003-2023 yang membahas Linkedin sebagai medium pencarian pekerjaan dengan pandangan kekuatan ikatan lemah. Hasil kajian menunjukkan bahwa Linkedin memudahkan penggunanya untuk memelihara dan memanfaatkan hubungan ikatan lemah dalam perluasan jaringan saat mencari pekerjaan. Hal ini secara konsisten ditemukan pada semua penelitian yang ditinjau. Terdapat keterbatasan penelitian terkait dengan perbedaan metode penelitian yang digunakan pada penelitian terkait berbeda-beda. Keterbatasan ini membuat signifikansi dari kajian bersifat umum. ......Strength of weak ties theory stated that weak ties in social networks can be more beneficial than relationships with strong bonds under certain conditions which are often used to find job opportunities (Granovetter, 1973). Developments in communications technology create new ways of exploiting weak bonds in social networks. In the past few years, this theory has been used to look at networking phenomena on social networking sites. This paper aims to identify the development of the use of the theory of strength of weak ties in the context of job search through social networking site LinkedIn. Data was gathered by literature review from 4 research articles within 2003-2023 publication which discusses LinkedIn as a job search medium with weak ties viewpoint. Result shows that LinkedIn helps user to maintain and utilize weak ties in network expansion in job search. The result is consistently found in all studies reviewed. There are research limitations related to different research methods used. This limitation makes this paper have general significance.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>