Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190378 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muqsita Salmi
"Fenomena budaya asal Korea Selatan atau disebut Korean Wave, memberikan pengaruh bagi kaum muda di Asia, termasuk Indonesia. Musik K-Pop menyebar luas ke seluruh dunia lewat berbagai situs dan media sosial lainnya. Dengan mendunianya K-Pop ini, membuka peluang para pemasar untuk melihat perilaku konsumen penggemar Budaya Korea Selatan ini. Penelitian ini merujuk pada fenomena tersebut yang bertujuan untuk memahami motivasi yang mendasari penggemar K-Pop dalam melakukan penggunaan replika pakaian dan aksesoris artis K-Pop. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, paradigma konstruktivis, dan bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan metode wawancara mendalam untuk memperoleh gambaran mendalam dan menyeluruh mengenai motivasi penggemar K-Pop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi pembelian dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menunjukkan identitas sebagai penggemar K-Pop.

The cultural phenomenon of South Korea or Korean Wave, gives an impact to the young generation of Asia, including Indonesia. The K-Pop music is going worldwide through various sites and social media. With K-Pop music is going global opens the opportunity for marketers to observe the consumer behaviour of fans of the South Korea Culture. This study is based on this phenomenon which objective is to understand the motivations underlying K-Pop fans in making use of clothing and accessories replica of K-Pop artist. This study used a qualitative approach, the constructivist paradigm, and is descriptive. The data was collected in-depth interview method to obtain a thorough picture of the motivation of K-Pop fans. The results suggest that purchase motivation motivated by the need to show the identity of the K-Pop fans."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Audita Nurul Safitri
"Keberadaan Notaris/PPAT ini sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Karena Notaris/PPAT memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik yang dibutuhkan dalam aktivitas masyarakat baik dalam hal ekonomi, sosial atau politik. Dan untuk membuat akta otentik inilah dibutuhkan jasa dari Notaris/PPAT, sehingga akta otentik tersebut dapat diterima oleh semua pihak yang bersangkutan serta dapat memiliki kepastian hukum. Akta merupakan suatu tulisan yang dengan sengaja dibuat untuk dapat dijadikan bukti bila terjadi suatu peristiwa dan ditandatangani. Dari bukti tulisan tersebut, ada bagian yang berharga untuk dilakukan pembuktian yaitu pembuktian tentang akta. Dimana suatu akta merupakan tulisan yang dibuat untuk dijadikan sebagai alat bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani secukupnya. Sangat disayangkan bilamana terdapat akta-akta Notaris/PPAT yang isinya dipermasalahkan, diragukan kebenarannya, dianggap bertentangan dengan hukum dan keadilan serta dirasakan merugikan kliennya karena ketidaksengajaan atau karena kurang menguasai dalam melaksanakan tugas dan jabatannya serta bertentangan dengan etika profesi Notaris/PPAT. Notaris/PPAT dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya dalam membuat akta autentik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau dilakukan secara melawan hukum.

The existence of Notary / PPAT is very important in people's lives. Because Notary / PPAT guarantees legal certainty to the community regarding the making of authentic deeds needed in community activities both in economic, social or political terms. And to make this authentic deed is needed services from Notary / PPAT, so that the authentic deed can be accepted by all parties concerned and can have legal certainty. Deed is a writing that is intentionally made to be used as evidence if an event occurs and is signed. From the written evidence, there is a valuable part of proof that is proof of the deed. Where a deed is a writing that is made to be used as evidence of an event and is sufficiently signed. It is very unfortunate when there are Notary / PPAT deeds whose content is disputed, doubtful, deemed contrary to law and justice and perceived to be detrimental to his client due to accident or lack of mastery in carrying out his duties and positions and contrary to Notary / PPAT professional ethics. The Notary / PPAT can be liable for his actions in making authentic deeds that are not in accordance with the provisions that apply or are carried out against the law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T52229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Ardirachmaputri
"Visualisasi yang estetis menjadi salah satu daya tarik bagi penggemar musik Korean Pop (K-Pop). Ketertarikan penggemar ditunjukkan melalui keinginan untuk menirukan gaya busana artis K-Pop dengan menggunakan pakaian dan aksesori yang mirip dengan mode busana yang dikenakan idolanya. Artis K-Pop menggunakan produk dari merek terkemuka serta mengeluarkan official merchandise dengan warna, bentuk, dan logo yang mencirikan identitasnya. Penggunaan produk replika menjadi cara alternatif bagi penggemar untuk dapat melakukan peniruan mode busana dengan harga terjangkau. Penggemar mengunggah foto diri menggunakan pakaian dan aksesori replika pada media sosial sebagai bentuk penguatan identitas diri sebagai penggemar. Jurnal ini menggunakan metode studi literatur untuk mengulas bentuk identitas yang ditampilkan penggemar ketika menggunakan pakaian dan aksesori replika K-Pop. Penulis menemukan bahwa penggunaan pakaian dan aksesori replika bertujuan untuk memenuhi tujuan spesifik produk yang berkaitan dengan kepuasan yang didapatkan individu secara emosional. Penggemar menggunakan pakaian dan aksesori K-Pop untuk menunjukkan identitas dirinya sebagai penggemar K-Pop di lingkungannya. Dengan demikian, produk replika K-Pop digunakan untuk menunjukkan atribut yang dapat memperkuat identitas diri sebagai penggemar dalam lingkungannya.
Aesthetic visualization is one of the attractions for Korean Pop (K-Pop) fans. Fans try to mimic the fashion style by using clothes and accessories that are similar to their idol fashion. K-Pop artists use products from luxury brands and release official merchandise with colors, shapes, and logos that characterize their identities. This makes the use of counterfeit products an alternative way to imitate K-Pop artists fashion at affordable prices. Fans upload photos of themselves using K-Pop products on social media to strengthening their identity as fans. This journal uses the literature study method to review the form of identity displayed by fans when using K-Pop counterfeit products. The writer found that the use of K-Pop counterfeit products aims to meet the specific objectives of the product, which is to get emotional satisfaction. Fans use K-Pop products to show their identity as K-Pop fans in their neighborhood. Thus, K-Pop counterfeit products are used to show attributes that can strengthen self-identity as fans in their environment."
2019: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Widyasari
"Perlindungan hukum bagi pemegang hak atas merek secara umum telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Namun dalam praktiknya perlindungan tersebut belum digunakan dengan maksimal apalagi saat ini marak penjualan barang bermerek palsu secara online di marketplace di Indonesia. Perlindungan bagi pemegang hak atas merek kini lebih rumit dikarenakan tanggung jawab marketplace terhadap penjualan barang bermerek palsu di platformnya menjadi permasalahan baru. Dalam skripsi ini Penulis akan meneliti mengenai tanggung jawab hukum marketplace sebagai penyedia layanan perdagangan melalui sistem elektronik terhadap penjualan barang bermerek palsu serta upaya hukum yang dapat dilakukan pemegang hak atas merek yaitu gugatan kepada marketplace dengan penurunan konten sebagai dasar gugatannya. Penulis akan mengaitkan permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian di salah satu marketplace ternama di Indonesia yaitu Marketplace X untuk meneliti kebijakan platform tersebut dalam kasus penjualan barang bermerek palsu. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian normatif yaitu penelitian mengenai norma, konsep, prinsip, hak dan kewajiban, dan sistem hukum. Kesimpulan yang penulis dapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa marketplace tidak bertanggung jawab terhadap penjualan barang bermerek palsu di platformnya yang merupakan kesalahan/kelalaian penjual. Penurunan konten yang dilakukan pihak marketplace dapat dijadikan dasar gugatan karena marketplace telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum dengan menjadikan bukti penurunan konten sebagai alat bukti elektronik

Legal protection for trademark holder has generally been regulated in Law Number 20 of 2016 concerning Trademarks and Geographical Indications. However, in practice, this protection has not been used to its full potential, especially now that there are rampant sales of counterfeit trademark goods in online marketplace in Indonesia. Protection for trademark holder is now more complicated, as the online marketplace’s responsibility for selling counterfeit trademark goods on its platform is a new problem. In this thesis, the author will examine the legal responsibilities of a marketplace as a provider of trading services through an electronic system against the sale of counterfeit trademark goods and legal remedies that can be taken by the trademark holder, namely a lawsuit to the marketplace with take-down content as the basis for the lawsuit. The author will relate these issues by conducting research in a famous marketplace in Indonesia, Marketplace X, to examine the platform’s policies against the sale of counterfeit trademark goods. The research method used is normative research which research on norms, concepts, principles, rights and obligations, and the legal system. The conclusion is that the marketplace is not responsible for counterfeit trademark goods trade on its platforms if it seller’s fault/negligence. The take-down content can be used as the basis for a lawsuit, as the marketplace has committed an unlawful act. The take-down content evidence can be used as electronic evidence."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Cahyadi
"Penelitian ini membahas tentang bagaimana interaksi parasosial berperan terhadap partisipasi penggemar K-pop dalam kegiatan sonminsu. Sonminsu (손민수) merupakan istilah baru yang dipakai ketika seseorang membeli barang yang sama dengan yang dimiliki oleh artis kesukaannya. Semakin lama, arti sonminsu ini semakin meluas penggunaannya menjadi segala aktivitas atau bentuk perilaku “mengikuti” atau “meniru” seseorang. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan peran interaksi antara penggemar dan idola kesukaannya dalam memengaruhi fenomena sonminsu di dalam fandom K-pop. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan datanya melalui wawancara dan observasi terhadap penikmat K-pop. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi parasosial yang dilakukan oleh idola K-pop di media sosial mendorong dilaksanakannya kegiatan sonminsu oleh penggemar. Interaksi parasosial ini dijalin melalui platform resmi dan pribadi milik idola K-pop, seperti Twitter, Instagram, dan Youtube, serta online fan community, seperti Vlive, Lysn, dan Weverse.

This paper discusses how parasocial interaction plays a role at K-pop fandom participation in sonminsu activities. Sonminsu is a new term used when someone buys the same item as their favorite celebrity’s. Over time, the meaning of sonminsu has widen and can be used to describe all activities or behavior of “following” or “imitating” someone. The purpose of this study is to explain the role of interaction between fans and their idols in influencing sonminsu activities within K-pop fandom. This study uses descriptive qualitative methods and the data collection is done through interviews and observation of K-pop fandom. The result of this study shows that parasocial interaction between K-pop idols and their fans in social media encourage fans to do sonminsu activities. This interaction is done through official and personal platforms of K-pop idols, such as Twitter, Instagram, and Youtube, also online fan communities, such as Vlive, Lysn, and Weverse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angellita Buulolo
"Selama beberapa tahun terakhir, penelitian terkait dengan perilaku konsumen menjadi topik yang hangat. Salah satu yang menjadi perhatian penelitian dalam beberapa tahun terakhir adalah faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya compulsive buying behavior. Dalam penelitian ini akan membahas faktor baik secara eksternal seperti materialisme, dan internal seperti mindset dan consumer anxiety. Penelitian ini mengambil sudut pandang kelompok penggema dari dua grup K-POP besar Super Junior (E.L.F) dan NCT (NCTzen) di Indonesia berusia dewasa muda, yang melakukan pembelian produk terkait K-POP dalam sebulan terakhir. Metode yang dilakukan untuk penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM). Hasil penemuan dari penelitian ini sendiri menunjukkan jika faktor eksternal seperti materialisme masih menjadi faktor terkuat terbentuknya compulsive buying behavior dengan faktor yang memengaruhi materialisme seperti celebrity endorsement, peer group, dan television advertisement. Selain itu terdapat penemuan jika mindset tidak dapat berpengaruh langsung terhadap compulsive buying behavior.

Several studies have been conducted in recent years to investigate consumer behavior. One of the research topics that researchers are interested in is the factors that can influence the development of compulsive buying behavior. This study will look at external factors like materialism as well as internal factors like mindset and consumer anxiety. This study focuses on fans of the two major K-POP groups Super Junior (E.L.F) and NCT (NCTzen) in Indonesia, as well as young people who purchased K-POP-related merchandise in the previous month. This study was carried out using the Structural Equation Model (SEM). According to the findings of this study, external factors such as materialism, as well as variables that influence materialism such as celebrity endorsements, peer groups, and television advertisement, are still the most significant indicators in the establishment of compulsive buying behavior. Furthermore, it was discovered that mindset has no direct influence on compulsive buying behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemuning Senja Ramadana
"Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT adalah pejabat yang oleh undang-undang diberikan kewenangan untuk membuat akta otentik. Akta Otentik adalah alat bukti yang memiliki kekuatan sempurna, oleh karena itu sudah selayaknya pejabat yang berwenang untuk membuat akta tersebut harus menjaga produk yang dihasilkannya. Adanya unsur kesalahan dalam pembuatan akta otentik dapat mengakibatkan Notaris dan PPAT patut diduga melakukan tindak pidana, lalu bagaimana tanggungjawab Notaris dan PPAT dalam membuat akta otentik yang mengandung unsur pemalsuan surat, dan bagaimana kedudukan akta otentik yang terbukti mengandung unsur pemalsuan surat, dalam menjawab permasalahan tersebut tesis ini menggunakan metoda yuridis normatif, dengan menganalisis masalah tersebut melalui bahan hukum sekunder yaitu bahan literatur kepustakaan dan peraturan perundang-undangan. Maka PPAT/Notaris dan dapat dimintai pertanggungjawabannya secara pidana, apabila terbukti ada unsur kesalahan dalam pembuatan akta otentik, dan akta otentik yang terbukti ada unsur pemalsuan di dalamnya dapat menjadikan akta otentik menjadi akta di bawah tangan.

Notary and Land Deed Official PPAT is an officer who by law are authorized to create an authentic deed. An authentic deed is evidence that the strength of perfect, therefore it is proper authorities to make such deed must keep the products it produces. The element of error in making authentic act can result Notary and PPAT reasonably suspected of committing a crime, then how responsibilities Notary and PPAT in making authentic act containing elements of forgery, and how to position the authentic act is proven to contain elements of forgery, in addressing these problems this thesis using normative juridical method, by analyzing the problem through secondary law which is material literature literature and legislation. Notary and PPAT then be held criminally accountable, if it is proven there is an element of error in making authentic deed and authentic act that proved there was an element of forgery in it can make authentic deed into a deed under hand."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T47330
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa Shabrina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumsi penggemar atas brand kecantikan lokal yang menggandeng brand ambassador K-Pop. Studi terdahulu seputar konsumsi penggemar dan relasi idola-penggemar telah dikaji dengan mengukur pengaruhnya terhadap perilaku konsumsi serta dianalisis menggunakan konsep consumer society, hiperrealitas, dan representasi identitas. Namun, studi terdahulu belum banyak membahas perilaku konsumsi penggemar yang spesifik terkait konsumsinya atas brand kecantikan lokal yang menggandeng brand ambassador K-Pop menggunakan ketiga teori tersebut secara bersamaan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menjawab terkait bagaimana perilaku konsumsi penggemar atas brand kecantikan lokal yang menggunakan brand ambassador K-Pop menggunakan ketiga teori tersebut dengan pendekatan kualitatif dan studi kasus kolaborasi Somethinc x NCT Dream. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi penggemar atas produk kolaborasi Somethinc x NCT Dream didasarkan atas konsumsinya terhadap tanda yang ditawarkan dan melekat pada kolaborasi tersebut, yakni NCT Dream sebagai brand ambassador beserta atribut kolaborasi lainnnya (hadiah photocard dan kode unik) dan penggunaan ‘konsep melokal’. Perilaku konsumsi penggemar atas kolaborasi ini menjadi wujud hiperrealitas yang meliputi proses simulasi hingga simulacra dengan adanya kedekatan semu yang dipertontonkan dan dikonsumsi penggemar. Berdasarkan hal itu, hasil penelitian ini melihat bahwa perilaku konsumsi penggemar melibatkan relasi penggemar dan idolanya sehingga mendorong konsumsi penggemar sebagai bentuk loyalitas dan dukungan mereka terhadap idola. Hal ini kemudian menjadi wujud hiperrealitas karena penggemar sulit mengidentifikasi kebenaran terkait kebutuhan mereka dan hubungannya dengan idola. Selain itu, perilaku konsumsi penggemar atas produk kolaborasi Somethinc x NCT Dream juga dapat merepresentasikan identitas penggemar (NCTzen) sekaligus menjadi motif konsumsi itu sendiri melalui interaksinya dan pertukaran tanda dengan sesama kelompok penggemar atau lainnya.

The aim of this study is that to examine fan consumption behavior of local beauty brands which collaborate with K-Pop brand ambassadors. Furthermore, previous research on fan consumption and idol-fan relations had been studied by measuring its influence on consumption behavior and it was analyzed by using the concepts of consumer society, hyperreality, and identity representation. However, they have not discussed the fan consumption behavior specifically related to their consumption of local beauty brands which collaborates with K-Pop brand ambassadors by using these theories simultaneously. Therefore, this study intends to answer how fan consumption behavior of local beauty brands which collaborate with K-Pop brand ambassadors by using these theories with a qualitative approach and the Somethinc x NCT Dream collaboration case study. The result of this study shows that fan consumption of the Something X NCT Dream collaboration product is based on their consumption of the sign which is offered and attached to the collaboration that is NCT Dream as the brand ambassador along with other collaboration attributes (photocard benefit and unique codes) and the use of ‘local concepts’. Moreover, the fan consumption behavior of this collaboration become a form of hyperreality which includes a process of simulation to simulacra with a pseudo-closeness which is presented and consumed by fans. Therefore, the results of this study show that fan consumption behavior involves the relationship between fans and their idols so that it can encourage fan consumption as a form of their loyalty and support for their idols. It becomes a form of hyperreality since fans find it difficult to identify the truth regards to their needs and their relationship with their idol. In addition, fan consumption behavior of Somethinc x NCT Dream collaboration product can represent fan identity (NCTzen) as well as a consumption motive through its interaction and exchange of signs with fellow fan groups or others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swara Hati Nurani
"Ketenaran K-pop yang sedang menguasai dunia menciptakan pintu terbuka yang luar biasa bagi merek-merek untuk bekerja sama dengan selebriti K-pop dalam upaya promosi mereka. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat menjangkau penggemar mereka yang terkenal sangat setia sebagai segmen pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan celebrity worship penggemar K-pop terhadap dengan Advertisement Attitude, Brand Attitude, dan Repurchase Intention. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Celebrity Attitude Scale (CAS) pada sampel yaitu 480 penggemar K-pop yang sebelumnya telah membeli produk K-pop dari merek yang didukung selebriti K-pop. Penelitian dilakukan melalui kuesioner daring menggunakan teknik snowball sampling melalui media sosial dan komunitas penggemar daring. Data dianalisis menggunakan PLS-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dimensi celebrity worship memiliki hubungan positif dengan Advertisement Attitude, Brand Attitude, dan Repurchase Intention. Dimensi Entertainment-Social dari pemujaan selebriti ditemukan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan niat pembelian kembali. Namun, jika dimediasi oleh sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan, semua dimensi celebrity worship ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan niat pembelian ulang. Hasil tesebut menunjukan bahwa menggunakan selebriti K-pop dalam usaha pemasaran adalah hal yang tepat, dan penting untuk membangun Advertisement Attitude dan Brand Attitude penggemar K-pop terlebih dahulu sehingga mereka dapat memiliki Repurchase Intention. Oleh karena itu, strategi pemasaran yang berbeda harus dipertimbangkan untuk menarik perhatian para penggemar K-pop dengan apa pun tingkat pemujaan selebriti yang mereka miliki. Temuan dalam penelitian ini akan memberikan pengetahuan kepada manajer pemasaran untuk membantu mereka memutuskan strategi promosi terbaik yang akan digunakan untuk penggemar selebriti K-pop sebagai target pasar.

K-pop's reigning worldwide fame creates a tremendous open door for brands to work with K-pop celebrities in their promotional efforts. This is done with the hope of reaching their fans who are known to be very loyal as a market segment. This study aims to determine the relationship between celebrity worship of K-pop fans with Advertisement Attitude, Brand Attitude, and Repurchase Intention. The test was conducted using the Celebrity Attitude Scale (CAS) on a sample of 480 K-pop fans who had previously purchased K-pop products from brands endorsed by K-pop celebrities. The research was conducted through an online questionnaire using a snowball sampling technique through online fan communities and social media. Data were analyzed using PLS-SEM. The results showed that the majority of celebrity worship dimensions have a positive relationship with Advertisement Attitude, Brand Attitude, and Repurchase Intention. The Entertainment-Social dimension of celebrity worship was found to have no significant relationship with Repurchase Intention. However, if mediated by attitude towards brand and attitude towards advertising, all dimensions of celebrity worship were found to have a significant relationship with Repurchase Intention. These results show that using K-pop celebrities in marketing efforts is the right thing and indicates that in order for K-pop fans to have a Repurchase Intention, it's critical to first develop their opinions toward the brand and commercials. Therefore, different marketing strategies should be considered to attract the attention of K-pop fans regardless of their level of celebrity worship. The findings in this study will provide marketing managers with knowledge to help them decide the best promotion strategy to use for K-pop celebrity fans as a target market."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irnasya Shafira
"ABSTRACT
Peredaran obat palsu merupakan suatu bentuk kejahatan transnasional terorganisir yang telah terjadi di Indonesia selama lebih dari 20 tahun dan dewasa ini, peredaran obat palsu mengalami perkembangan ruang dengan adanya media Internet. Perkembangan ruang ini kemudian menyebabkan suatu keadaan dysnomie dalam dunia maya yang kemudian berujung kepada keadaan lsquo;tanpa hukum rsquo; yang menjadi faktor kriminogenik pemicu beredarnya obat palsu secara online di Indonesia. Negara memiliki kewajiban untuk mencegah dan menangani fenomena peredaran obat palsu di Indonesia. Namun hasil penelitian menemukan bahwa negara secara tidak langsung telah berperan dalam memfasilitasi terjadinya peredaran obat palsu akibat kegagalannya dalam menciptakan regulasi peredaran obat secara online. Ketidakadaan regulasi kemudian menjadi salah satu faktor kegagalan negara dalam menangani peredaran obat palsu secara online.

ABSTRACT
Online trade of counterfeit drugs is a form of transnational organized crime that has been happening in Indonesia for more than 20 years and now, counterfeit drugs trade experiences development of space with the existence of Internet. This development of space then causes a condition of dysnomie in cyberspace that leads to a state of lsquo lawlessness rsquo which becomes a criminogenic factor that triggers online trade of counterfeit drugs in Indonesia. The State has duties to prevent and handle the online trade of counterfeit drugs in Indonesia, but research shows that the State has indirectly took a role in facilitating the online trade of counterfeit drugs through its failure regulate online trade of drugs. This absence of regulation then becomes one of the many factors that causes the State to fail in handling online trade of counterfeit drugs."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>