Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174996 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miranti Aulia Wicaksono
"The fashion industry surely has grown over the decade and many celebrities took a leap by launching their own fashion brand. Rihanna, a female worldwide singer and performer decided to launch her own fashion brand named Savage x Fenty focusing on lingerie collections. The Savage x Fenty’s fashion brand took people by surprise when the brand announced the fashion house joint under luxury fashion company LVMH. Fashion brands often found represent their brand with unrealistic beauty standard, while Savage x Fenty’s lingerie collection took a different path by utilize models with real body or known as ‘body positivity’ and diversity to represent their brand bests by increase the awareness of inclusivity and empowering women with realistic image as their USP. The purpose of this study case is to explore how the online audience reacts on inclusivity and the brand in the fashion market in accordance with the brand message, by utilizing Barlow’s model of communication that discovers in four steps- source, message, channel, and receiver collected from Savage x Fenty’s content. The result is that Savage x Fenty’s marketing and social media content delivers a positive message that encourages body positivity and inclusivity, which gained positive remarks from audiences.

Industri fashion telah berkembang selama satu dekade dan banyak selebriti mengambil lompatan karir dengan meluncurkan brand fashion mereka sendiri. Rihanna seorang penyanyi wanita memutuskan untuk meluncurkan brand fashion sendiri bernama Savage x Fenty yang berfokus pada koleksi pakaian dalam. Brand fashion Savage x Fenty mengejutkan orang-orang ketika merek tersebut mengumumkan rumah mode bersama di bawah perusahaan mode mewah LVMH. Sering ditemui rumah mode mewakili brand mereka dengan model mengikuti standar kecantikan yang tidak realistis, sementara koleksi pakaian dalam Savage x Fenty mengambil jalan berbeda dengan memanfaatkan model dengan tubuh asli atau dikenal sebagai 'body positivity' dan keragaman ras juga budaya untuk mewakili brand mereka dengan baik untuk meningkatkan kesadaran akan inklusivitas dan pemberdayaan sesama wanita. dengan citra realistis sebagai USP dari brand Savage x Fenty’s. Tujuan dari studi kasus ini untuk mengeksplorasi bagaimana khalayak online bereaksi terhadap inklusivitas dan brand di pasar fashion sesuai dengan pesan brand, dengan memanfaatkan model komunikasi Berlo yang ditemukan melalui empat langkah; sumber, pesan, saluran, dan penerima, dengan mengumpulkan atau menganalisa dari konten Savage x Fenty. Hasil yang didapatkan adalah bahwa pemasaran serta konten media sosial SavagexFenty mengantarkan pesan positif yang mendukung body positivity dan inklusivitas, yang menuai komentar dan respon positif dari audiens online."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cistine Almabella Sirani
"Beberapa tahun belakangan, aktivisme brand menjadi tren sebagai strategi pemasaran yang marak dilakukan oleh berbagai industri. Dengan mengambil pendirian terhadap isu sosial, bisnis-bisnis berupaya meningkatkan relevansinya dalam masyarakat dan membentuk loyalitas konsumernya. Studi-studi terdahulu cenderung berfokus untuk mengeksplorasi implikasi penerapan aktivisme brand bagi bisnis, ataupun memahami fenomena ini sebagai bentuk apropriasi korporasi terhadap nilai-nilai resistensi masyarakat. Penelitian ini akan melihat bagaimana fenomena ini bekerja dalam industri fashion menggunakan teori budaya konsumer perspektif Production of Consumption, berargumen bahwa nilai-nilai aktivisme dijadikan sebagai landasan dari mode produksi yang tidak hanya berfokus dalam penjualan komoditas, direproduksi menjadi konten budaya yang terkandung dalam produk yang dipasarkan dalam rangka menarik masyarakat untuk menjadi konsumer. Industri fashion sendiri memiliki ambivalensi dalam posisinya atas isu-isu sosial. Di satu sisi berperan dalam menyebarkan nilai-nilai aktivisme dalam masyarakat, namun di sisi lain merupakan penyebab dari beragam masalah sosial. Studi kasus akan dilakukan pada brand fashion lokal Saint York, untuk melihat bagaimana bisnis fashion terutama dalam konteks industri lokal menggunakan aktivisme brand dalam strategi pemasarannya, termasuk terkait usaha mereka dalam mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi dari proses produksi dan pemasarannya yang tidak asing kerap menyumbang beragam implikasi negatif bagi lingkungan dan kehidupan sosial-budaya, serta bagaimana penerapan aktivisme brand berdampak pada dinamika bisnisnya.

In recent years, brand activism has become a trend as a marketing strategy that is widely used by various industries. By taking a stand on social issues, businesses seek to increase their relevance in society and build consumer loyalty. Previous studies have tended to focus on exploring the implications of implementing brand activism for business, or understanding this phenomenon as a form of corporate appropriation of societal resistance values. This study will look at how this phenomenon works in the fashion industry using the theory of consumer culture in the perspective of Production of Consumption, arguing that activism values ​​are used as the basis of a production mode that is not only focused on selling commodities, but is reproduced into cultural content contained in products marketed in Indonesia. order to attract people to become consumers. The fashion industry itself has ambivalence in its position on social issues. On the one hand, it plays a role in spreading activism values ​​in society, but on the other hand it is the cause of various social problems. A case study will be conducted on local fashion brand Saint York, to see how fashion businesses the local industry, use brand activism in their marketing strategies, including their efforts to consider the consequences of their familiar production and marketing processes that often contribute to various negative implications. for the environment and socio-cultural life, as well as how the application of brand activism has an impact on the dynamics of its business."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Maharani
"Artikel ini membahas perkembangan Pasar Baru sebagai pusat pembelanjaan fashion bagi masyarakat Jakarta pada tahun 1950-an. Pasar Baru telah menjadi primadona dan tempat tujuan masyarakat kelas atas untuk berbelanja sejak zaman kolonial Belanda. Pamornya tak berhenti sejak saat itu, tetapi memulai babak baru di tahun 1950-an dengan beragamnya jenis komoditi dan multikulturalisme yang kental diantara para pedagang-pedagang terutama Cina dan India. Artikel ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah sebagai metode penulisan yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber yang digunakan pada artikel ini meliputi surat kabar, majalah, buku, jurnal dan wawancara. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa Pasar Baru di tahun 1950-an masih menjadi surga belanja masyarakat Jakarta dengan produk unggulan sepatu kulit dan tekstilnya. Selain menjadi pusat perbelanjaan fashion, Pasar Baru juga memberikan dampak ekonomi, sosial dan budaya kepada masyarakat dengan dibukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Disamping itu juga muncul toko – toko baru yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat yang lebih luas mulai dari jasa tailor sampai dengan kuliner. Pasar Baru juga menjadi ruang publik yang diminati masyarakat Jakarta.

This article discusses the development of Pasar Baru as a fashion shopping center for Jakarta citizens in the 1950s. Pasar Baru has been the greatest and top destination for the upper class to shop since the Dutch colonial era. Its prestige has not stopped since then, but started a new chapter in the 1950s with diverse commodities and the multiculturalism among traders, especially China and India. The research method used is the historical method consisting of heuristics, criticism, interpretation and historiography. The sources used in this article include newspapers, magazines, books, journals and an interview. The results obtained in this study are that Pasar Baru in the 1950s was still a shopping paradise for the people of Jakarta as well as the fashion center in their leather shoes and textile products. In addition to being a fashion shopping center, Pasar Baru also has an economic, social and cultural impact on the community surround Pasar Baru by opening up job opportunities. Furthermore, there are new shops that provide larger necessity such as tailoring to culinary. Pasar Baru also was the most interesting public space for Jakarta citizens to visit."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pelangi
"Industri fashion terus berkembang sesuai dengan peningkatan jumlah pasar, sehingga menjadikan banyak merek-merek fashion bermunculan. Karena itu, perusahaan merek fashion terus bersaing dan melaksanakan berbagai strategi pemasaran untuk mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada untuk terus meningkatkan pembelian. Penelitian ini dilakukan untuk bisa mengetahui faktor-faktor penting yang bisa menentukan passion-driven behavior konsumen terhadap merek. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh biaya iklan, sikap terhadap iklan, dan sales promotion (promosi monetary)dan (promosi non-monetary) terhadap brand prestige dan brand love, serta pengaruh brand prestige, brand love, dan brand trust terhadap passion-driven behavior. Metode penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner (online) dalam bentuk pengisian survei oleh 215 responden yang pernah melakukan pembelanjaan fashion secara offline maupun online dalam enam bulan terakhir. Hasil data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan software LISREL 8.7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand prestige dipengaruhi oleh sikap terhadap iklan dan promosi monetary. Brand love dipengaruhi oleh promosi monetary dan brand prestige. Sedangkan brand trust dipengaruhi oleh brand love. Passion-driven behavior dipengaruhi oleh brand love dan brand trust.

Fashion industry keep growing as the increasing of its market. This situation makes many fashion companies appear. These fashion companies compete each other and use varies of marketing strategies to get new customers and keep their existing costumer. This study was conducted to understand the important factors that can be the determinants of costumer's passion-driven behavior toward a brand. This study discuss about the influence of advertising spending, attitude toward advertisements, and sales promotion (monetary promotion and non-monetary promotion) to brand prestige and brand love, the influence of brand prestige, brand love, and brand trust to passion-driven behavior. The research method used by spreading the questionnaire (online) in a survey form which filled by 215 respondents who ever purchased fashion offline or online in the last six months. The collected data result was processed using LISREL 8.7 software. The findings show that brand prestige is influenced by attitude toward advertisement and monetary promotion. Brand love is influenced by monetary promotion and  brand prestige. Meanwhile, brand trust is influenced by brand love. Passion-driven behavior is influenced by brand love and brand trust."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan Syarif
"Industri fashion merupakan industri yang dinamis dan identik dengan produksi massal dengan biaya rendah yang membawa model yang selalu mengikuti tren yang berlangsung. Konsep ini memaksa konsumen untuk terus mengikuti perubahan dan mempromosikan konsumerisme, dan menambah sampah tekstil dari pakaian yang tidak layak pakai lagi. Konsep slow fashion muncul sebagai alternatif bagi konsumen yang peduli akan keberlanjutan lingkungan pada jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menguji pengaruh gaya hidup yang sehat dan pengaruhnya pada nilai dan sikap terhadap produk fashion ramah lingkungan. Penelitian ini memberikan persepsi masyarakat Indonesia tentang produk slow fashion, sehingga bisnis lokal di industri fashion dapat lebih mengerti variabel yang mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk slow fashion. Metode concevenience sampling dengan screening question digunakan pada penelitian ini. Jumlah responden sebanyak 554 responden yang lahir pada tahun 1980-2000 didapatkan melalui kuesioner daring melalui Google Form dan dianalisis dengan metode uji regresi berganda dan uji regresi sederhana menggunakan software SPSS untuk mengukur pengaruh antar variabel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gaya hidup sehat dan pengambilan keputusan berpengaruh terhadap nilai dan sikap terhadap produk slow fashion.

The fashion industry is one of the most dynamic industries that is identic with fast paced at low cost and never ending trends. This behavior promotes to consumptive behavior and adds even more textile waste. As an alternative to the fast fashion concept, slow fashion has been perfect for customers that care about the sustainability of the environment. Further analysis will see the effect of a lifestyle of health and sustainability towards the perceived value and attitude towards slow fashion. This research gives perspective on how Indonesian perceives slow fashion, so the local business can continue to improve and understands the variables that affect the purchase intention of slow fashion products. Convenience sampling with screening question is used in this research of 554 respondent that is born between 1980 2000. Respondent is required to fill Google Form and data is analyzed using multiple regression with SPSS software. The findings suggest that lifestyle of health and sustainability and consumers decision making style affect perceived value and attitude towards slow fashion."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fathimah Waqaarah
"Beberapa tahun terakhir ini industri fashion mengalami perkembangan pesat yang menyebabkan persaingan antara merek semakin ketat. Untuk menyiasati ketatnya persaingan dalam industri fashion, merek perlu menerapkan strategi tertentu. Co-branding merupakan strategi permasaran berbasis kolaboratif yang banyak digunakan oleh merek. UNIQLO merupakan salah satu merek yang berhasil dalam menerapkan strategi co-branding dengan menyasar komunitas manga dan anime. Dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif, jurnal ini menganalisis strtaegi co-branding yang telah diterapkan oleh UNIQLO dengan karakter manga dan anime terhadap spill offers effect, penurunan risiko saat peluncuran produk baru, dan peningkatan pendapatan merek.

In recent years, the fashion industry has been rapidly growing, which has led to tighter competition between brands. To address the tight competition in the fashion industry, brands need to use particular strategies. Co-branding is a collaborative-based marketing strategy that many brands use. UNIQLO is one brand that has successfully implemented a co-branding strategy by targeting the manga and anime community. Using a qualitative content analysis method, this journal analyzes the co-branding strategy that UNIQLO has implemented with manga and anime characters toward the spill offers effect, decreased risk during the launch of new products, and increased brand revenue."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Xena Aprilianti
"Brand identity refers to how a company believes it should be perceived and identified by consumers. Brand identity is essential to differentiate a brand from its competitors. A strong brand identity is critical for establishing credibility, reputability, and quality for a brand. Two core components comprise a brand's identity: personality and positioning. A brand can communicate with and promote its brand identity to consumers in a variety of ways, one of which is through social media. Instagram, in particular, is a social media platform that includes numerous features such as photo and video sharing, captions, shares, and comments. Many businesses use Instagram to promote their brands, including Rihanna's Savage X Fenty lingerie line. Savage X Fenty, Rihanna's most recent endeavor, has been actively utilizing Instagram since the brand's first launch. Savage X Fenty uses Instagram to share a variety of different types of content, one of which is to communicate their brand personality and positioning. The purpose of this research paper is to analyze how Rihanna's lingerie line, Savage X Fenty, communicates and promotes their brand positioning and personality through the use of their Instagram account.

Identitas merek mengacu pada bagaimana perusahaan percaya bagaimana mereka harus dilihat dan diidentifikasi oleh konsumen. Identitas merek sangat penting untuk membedakan merek dari pesaingnya. Identitas merek yang kuat sangat penting untuk membangun kredibilitas, reputasi, dan kualitas merek. Dua komponen inti terdiri dari identitas merek: kepribadian merek dan penentuan posisi merek. Sebuah merek dapat berkomunikasi dengan dan mempromosikan identitas mereknya kepada konsumen dengan berbagai cara, salah satunya melalui media sosial. Instagram, khususnya, adalah platform media sosial yang mencakup banyak fitur seperti berbagi foto dan video, keterangan, berbagi, dan komentar. Banyak bisnis menggunakan Instagram untuk mempromosikan merek mereka, termasuk bisnis pakaian dalam Rihanna Savage X Fenty. Savage X Fenty, usaha terbaru Rihanna, telah secara aktif memanfaatkan Instagram sejak peluncuran pertama merek tersebut. Savage X Fenty menggunakan Instagram untuk berbagi berbagai jenis konten yang berbeda, salah satunya adalah untuk mengomunikasikan kepribadian merek dan penentuan posisi merek mereka. Tujuan dari makalah penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana bisnis pakaian dalam Rihanna, Savage X Fenty, mengkomunikasikan dan mempromosikan penentuan posisi merek dan kepribadian merek mereka melalui penggunaan akun Instagram mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laretna Pranadian Rahajeng
"Kemunculan dan kesuksesan merek kosmetik Fenty Beauty yang diinisiasi oleh Rihanna pada tahun 2017 merupakan salah satu perkembangan yang signifikan di industri kosmetik Amerika dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi Rihanna dalam membangun Fenty Beauty dan bagaimana hal ini merepresentasikan pengalaman orang kulit hitam di Amerika. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi respon publik terhadap Fenty Beauty untuk melihat kontribusinya terhadap inklusi di industri kosmetik. Asosiasi Rihanna dengan Fenty Beauty dianalisis dengan menggunakan konsep celebrity entrepreneurship dan metode pendekatan studi kasus. Penelitian ini menemukan bahwa daya tarik dan kredibilitas Rihanna sebagai selebritas berpengaruh dalam membentuk karakteristik produk dan kampanye Fenty Beauty yang dikenal dan diapresiasi karena inklusivitasnya. Selain itu, langkah merek kosmetik ini dalam mengakomodir warna kulit gelap membawa arti penting bagi perempuan kulit hitam di Amerika. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa identitas Fenty Beauty dibangun dengan menekankan keterlibatan Rihanna yang signifikan dalam mendirikan dan mengelola merek kosmetik ini. Meski begitu, keterikatan antara Rihanna dan Fenty Beauty turut menunjukkan sisi negatif tersendiri dari kesuksesan kedua belah pihak. Penelitian ini juga menemukan bahwa kesuksesan Fenty Beauty dapat dibaca sebagai suatu bentuk upaya orang kulit hitam dalam menegosiasikan posisinya di Amerika. Berbagai hasil temuan ini menunjukkan adanya sisi positif maupun negatif yang muncul dari asosiasi antara selebritas dengan bisnisnya dalam sebuah celebrity entrepreneurship.

Initiated by Rihanna in 2017, the emergence and success of the cosmetic brand Fenty Beauty are one of the most significant developments in the American cosmetic industry in the last five years. This study aims to analyze Rihanna's strategy in building Fenty Beauty and how it represents the struggle of black people in America. In addition, this study also aims to analyze and evaluate the general public's response towards Fenty Beauty to examine its contribution to inclusion in the cosmetic industry. Rihanna's association with Fenty Beauty was analyzed using the concept of celebrity entrepreneurship and a case study approach. This study found that the influence of Rihanna's attractiveness and credibility as a celebrity has shaped the characteristics of Fenty Beauty's products and campaigns, which are known and applauded for their inclusiveness. In addition, Fenty Beauty's move to accommodate dark skin tones is significant for black women in America. The results of this study also show that Fenty Beauty's identity is built by emphasizing Rihanna's significant involvement in establishing and managing her cosmetic brand. However, the bond between Rihanna and Fenty Beauty also highlights the negative side of the success of both parties. This study also found that the success of Fenty Beauty is a form of black people's effort in negotiating their position in America. These findings illustrate the positive and negative effects of the association between celebrities and their businesses in celebrity entrepreneurship."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Elok Sekarini
"ABSTRAK

Fashion bagi Perancis adalah aspek penting dalam spektrum budaya dan kehidupan sosial. Industri fashion bukan hanya sekedar industri kreatif, tetapi juga sektor penting bagi Perancis. Industri Fashion sebagai salah satu bentuk identitas budaya, tidak hanya berkontribusi pada aktivitas perekonomian negara, tetapi juga memberikan pengaruh dan citra Perancis di mata internasional. Potensi pertumbuhan industri ini tetap signifikan, di tengah naik-turunnya kondisi ekonomi Perancis. Paris sebagai Ibukota Mode Dunia memiliki acara fashion tahunan yang terbesar di dunia, yaitu Paris Fashion Week. Penelitian ini akan meneliti bagaimana fashion sebagai identitas budaya Perancis dapat menghegemoni fashion di dunia, serta bagaimana stimulan ekonomi yang dihasilkan dari biannual event Paris Fashion Week terhadap perekonomian Perancis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didukung oleh data-data kuantitatif untuk menjelaskan kontribusi ekonomi yang diberikan oleh industri fashion. Penelitian ini dianalisis dengan Teori Identitas (Stuart Hall) dan Teori Hegemoni (Gramsci). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kontribusi industri fashion terhadap GDP Perancis bertambah setiap tahunnya, terutama pendapatan yang datang dari biannual event Paris Fashion Week. Acara tahunan ini memberikan stimulan ekonomi yang luar biasa setiap tahunnya, serta berkontribusi terhadap pendapatan GDP Perancis.


ABSTRACT


For France, fashion is an important aspect in the spectrum of culture and social life. The fashion industry is not just a creative industry, but also an important sector for France. The Fashion Industry as a form of cultural identity, not only contributes to the countrys economic activities, but also influences Frances image in the international perspectives. The potential growth of this industry remains significant, amid the ups and downs of the France economic conditions. Paris as the Worlds Fashion Capital has the largest annual fashion event, namely Paris Fashion Week. This study will examine how fashion as a French cultural identity can hegemony fashion in the world, and how the economic stimulants generated from the bianuual event Paris Fashion Week towards France economy. This study uses qualitative methods supported by quantitative data to explain the economic contributions from fashion industry. This research analyzed with Identity Theory (Stuart Hall) and Hegemony Theory (Gramsci). The results of this study indicate that the contribution of the fashion industry to the France GDP increases each year, especially comes from the biannual event Paris Fashion Week revenue. This annual event provides a tremendous economic stimulant annually, as well as contributing to the France GDP income.

 

"
2020
T55032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Ruth Olivia Laima Natalia Boru
"Fashion telah menjadi sebuah fenomena dimana masyarakat terkalsifikasi berdasarkan selera. Setiap kelas dalm masyarakat memiliki seleranya masing – masing yang dibentuk oleh kompetensi kultural. Perbedaan kompetensi kultural menciptakan perbedaan selera yang hierarkis antara kelas dominan dan kelas terdominasi. Kelas dominan memiliki akses yang lebih baik terhadap fashion dan mampu melegitimasi selera mereka dan menjadi panutan bagi kelas sosial lainnya. Namun, era New Media telah membawa masyarakat memasuki era dengan akses lebih luas terhadap informasi terkait fashion yang mambuat masyarakat dapat memiliki kompetensi kultural untuk dapat memproduksi selera mereka sendiri. Penelitian ini mencoba untuk menemukan bagaimana produksi selera dilakukan di dalam era New Media melalui penggunaan Instagram oleh generasi muda perempuan sebagai kelompok usia yang menjadi agen perubahan di dalam produksi selera melalui fashion.

Fashion has been a phenomena where society have been classified by their taste. Each classes of the society has their own taste that shaped by their cultural competence. Different cultural competence hence creating different hierarchy of tastes between The Dominant Class and The Dominated Class. However the Dominant Class has better access to fashion and legitimate their taste and becomes the role model for other social classes. However the age of New Media has brought society to the era of greater access to the information related to fashion which makes society has better cultural competence to produce their own tase. This research is trying to find out how the production of taste occurred in the age of New Media through the use of Instagram by female Youth as group of people who are the game-changer  of the taste  production through fashion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>