Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157761 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Claudia Nila Widiwisheni
"Saat ini anemia menjadi masalah gizi utama pada remaja di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja merupakan faktor yang memengaruhi kejadian anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang dengan kejadian anemia pada remaja putri. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 208 responden yang dipilih secara simple random sampling. Dari hasil uji Mann Whitney untuk variabel pengetahuan gizi seimbang menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, perilaku gizi seimbang dengan kejadian anemia (p value >0.05). Tetapi ditemukan adanya hubungan bermakna antara kejadian anemia dengan penghasilan orang tua. Penelitian ini merekomendasikan kerjasama sekolah dengan orang tua dan pelayanan kesehatan untuk memantau dan meningkatkan gizi remaja putri, edukasi gizi seimbang dan anemia serta monitoring pencegahan anemia.

Anaemia is currently a major nutritional problem among adolescents in Indonesia. Knowledge, attitude and behaviour of adolescents are factors that influence the incidence of anaemia. This study aims to determine the relationship between knowledge, attitude and behaviour towards a balanced diet and the incidence of anaemia in adolescent girls. The study used a cross-sectional design with a total sample of 208 respondents selected by simple random sampling. The results of the Mann-Whitney test for the variable knowledge of balanced diet showed no relationship between knowledge, attitude and behaviour of balanced diet with the incidence of anaemia (p-value>0.05). However, there was a relationship between the incidence of anaemia and parental income. This study recommends school collaboration with parents and health services to monitor and improve adolescent girls' nutrition, education on balanced diet and anaemia, and monitoring of anaemia prevention. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Ayu Ningrum
"Anemia merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia, dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia pada anak usia sekolah 37%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP N 1 Gatak, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain study cross sectional.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prevalensi anemia pada siswi putri di SMP N 1 Gatak sebesar 32%. Berdasarkan uji statistik didapatkan ratarata kadar Hb 12,8 g/dl, pengukuran Hb menggunakan alat Hemocue kit. Pengetahuan anemia adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian anemia setelah dikontrol oleh variabel pendidikan ibu, variabel pekerjaan ibu, variabel pantangan terhadap makanan dan variabel pengetahuan TTD.

Anemia is the most prevalent nutritional problem in the world, and affects more than 600 million people. The prevalence of anemia in school-age children 37%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls at SMP N 1 Gatak, District Gatak, Sukoharjo regency, Central Java Province. This research is quantitative by using a cross-sectional study design.
Results of this study declare that the prevalence of anemia in young girls at SMP N 1 Gatak is 32%. Based on statistical tests obtained an average hemoglobin level of 12.8 g / dl, HemoCue Hb measurements using the tool kit. Knowledge anemia is the most dominant variables associated with the incidence of anemia after controlled by variable maternal education, maternal employment variables, variables and variable food dietary restrictions against and TTD knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isati
"Remaja putri pada masa pubertas cenderung mengalami anemia karena kebiasaan salah, faktor keluarga dan faktor lain. Penelitian dengan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 22 Kota Jambi tahun 2013. Pengambilan sampel secara total sampling.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar remaja putri (78,7%) mengalami anemia. Hasil uji statistik menunjukkan beberapa faktor berhubungan signifikan dengan kejadian anemia remaja putri, yaitu pekerjaan ayah/kepala keluarga p=0,000 (OR= 4,788 95% CI= 2,125-10,790), frekuensi makan p=0,024 (OR=2,588 95% CI=1,201-5,575), kebiasaan konsumsi teh/kopi p=0,044 (OR 2,342 CI: 1,079-5,082), dan kebiasaan konsumsi sumber vitamin C p=0,009 (OR=2,749 95% CI =1,342-5,630). Diharapkan untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam mencegah anemia remaja putri dan meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai gizi seimbang.

Adolescent girls in puberty tend to have anemia due to wrong habits, family factors, and other factors. With a cross-sectional study design aimed to determine the relationship between the factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in SMP Negeri 22 Jambi City in 2013. Sampling metode is Total sampling.
Based on the survey results revealed the majority of girls (78.7%) had anemia. Statistical test results showed some significant factors associated with anemia adolescent girls, the work of the father / head of the family p = 0.000 (OR= 4,788 95% CI= 2,125-10,790), frequency of meals p = 0.024 (OR= 2,588 95% CI=1,201-5,575), the consumption habits of tea / coffee p=0.044 (OR 2,342 CI: 1,079-5,082), and a source of vitamin C consumption habits p = 0.009 (OR=2,749 95% CI =1,342-5,630). Expected to increase cross-sector cooperation in preventing anemia female adolescent improve their knowledge about balanced nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Bisyaroh
"ABSTRAK
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap tubuh
tergantung konsentrasi yang dicapai. Karena kadar tertinggi dicapai pada waktu
diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan
dengan organ lain. Dosis fatal boraks antara 0,1-0,5 g/kg berat badan. Banyak
laporan kasus mengenai bahaya keracunan boraks. Insidens keracunan terjadi
dimana saja diakibatkan menelan pangan yang tidak aman. Boraks harus dicegah
karena kandungan toksitasnya. Penjelasan dan kesadaran tentang bahaya boraks
sangat diperlukan karena sangat mudahnya konsumen terpapar boraks melalui
makanan.
Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku penggunaan boraks pada pedagang bakso di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain case control
dengan jumlah sampel sebanyak 150 penjual yang memproduksi bakso sendiri.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2016
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara
faktor predipsosisi dengan perilaku penggunaan boraks, yaitu P value pelatihan
sebesar 0,960, P value pengetahuan = 0.539, dan P value sikap = 0.464. Faktor
penguat yang berhubungan dengan perilaku penggunaan boraks adalah
pembinaan, P= karena nilai P= 0.045, Odd Ratio (OR) = 2.528 (95% CI : 1.091-
5.858). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan pembinaan,
2.528 kali lebih untuk tidak menggunakan boraks dibandingkan dengan
responden yang tidak mendapatkan pembinaan. Dari hasil analisis multivariat
secara keseluruhan, maka penggunaan boraks pada responden dapat diperkirakan
dengan ketersediaan boraks dan pembinaan. Pembinaan akan menurunkan
penggunaan boraks sebesar 2.198.
Saran yang dapat diberikan yaitu, perlu dilakukan peningkatan pembinaan
dan pemerintah mengawasi lebih ketat peredaran bahan makanan terlarang
terutama boraks.

ABSTRACT
Borax is toxic to all cells. The effect on the body depends on the
concentration achieved. Because the highest levels achieved on time excreted the
kidney is the organ most affected compared to other organs. Borax fatal dose of
between 0.1-0.5 g / kg body weight. Many case reports of poisoning hazard borax.
The incidence of poisoning occur anywhere due to swallowing food insecure.
Borax must be prevented because the content of toxcity. Explanation and
awareness about the dangers of borax is indispensable because it is so easy
consumer exposure through food contain borax
The main purpose of research is to determine the factors that affect the
behavior of the use of borax from meatballs traders in South Tangerang City Year
2016. This study used a case control design with a sample size of 150 sellers who
produce their own meatballs. This study was conducted in April-June, 2016.
The results of this study showed no statistically significant association
between the use of behavioral factors predipose with borax, namely the training
variable has P value = 0,960, P value of knowledge = 0539, and P value of
attitudes = 0.464. Reinforcing factors relating to the behavior of the use of borax
is coaching, P value = 0.045, odds ratio (OR) = 2,528 (95% CI: 1091-5858). This
indicates that respondents who receive coaching, 2,528 times more for not using
borax compared with respondents who did not receive coaching. Multivariate
analysis as a whole, then the use of borax in the respondent can be predicted by
the availability of borax and coaching. Coaching will reduce the use of borax by
2.198. Advice can be given that, there should be an increase in guidance and
tougher of government to monitor illicit circulation of foodstuffs especially borax"
2016
T46111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Awaliya Fitri
"Anemia merupakan kondisi konsentrasi hemoglobin (hb) darah lebih rendah dari
normal, dan telah memengaruhi berbagai populasi termasuk remaja putri. Remaja putri
usia 10-14 tahun memiliki risiko tinggi untuk mengalami anemia yang dapat
memengaruhi perkembangan kognitif dan motorik seperti gangguan kapasitas fisik dan
kinerja dalam belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia
dan faktor-faktor yang berhubungan berdasarkan status menstruasi, perilaku konsumsi
makanan hewani, perilaku konsumsi makanan berlemak, status gizi, perilaku konsumsi
tablet tambah darah, status pendidikan, status pekerjaan ayah, dan daerah tempat tinggal
pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia
sebesar 25,4%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian anemia pada penelitian ini
adalah status menstruasi (p value= 0,035) dan konsumsi makanan hewani (p value=
0,002). Perlu adanya program edukasi dan konseling remaja putri mengenai kesehatan
seperti gizi seimbang dan anemia agar remaja putri lebih sadar akan kesehatannya.

Anemia is a condition of hemoglobin (hb) concentration lower than normal, and
has affected various populations including adolescent girls. Adolescent girls ages 10-14
years have a high risk for anemia which can affect cognitive and motoric development
such as impaired physical capacity and work performance. This study aims to determine
the prevalence of anemia and related factors based on menstrual status, consumption of
animal foods behavior, consumption of fatty food behavior, nutritional status, iron
supplements consumption behavior, education status, father's employment status, and
area of residence in adolescents girls ages 10-14 years in Indonesia. This study uses
secondary data obtained from Riskesdas 2018 with a cross sectional study design. The
results of the study stated that the prevalence of anemia in adolescent girls ages 10-14
years in Indonesia was 25.4%. Variables that have a significant relationship with the
incidence of anemia in this study are menstrual status (p value = 0.035) and consumption
of animal foods (p value = 0.002). It needs educational programs and counseling on health
for adolescent girls such as balanced nutrition and anemia, so they can aware for their
health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinantika Nur Dewanti
"Latar Belakang: Masalah anemia gizi besi pada remaja akan berpengaruh pada kondisi kesehatan dimasa yang akan datang jika tidak ditangani sedini mungkin. Anemia juga akan berpengaruh pada kualitas generasi muda yang seharusnya aktif dan berprestasi.Tujuan: Gerakan Ayo BERSERI merupakan inovasi yang diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk memaksimalkan penanganan anemia gizi besi pada remaja putri. Metode: Pelaksanaan Gerakan Ayo BERSERI menggunakan pendekatan keperawatan komunitas dengan populasi remaja usia sekolah menengah kejuruan di SMK wilayah kelurahan Jatijajar kota Depok. Besar sampel sebanyak 87 orang yang dipilih menggunakan total sampling. Hasil menunjukkan ada perbedaan yang signigikan antara pengetahuan,sikap dan tindakan (p value 0,000) sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Selain itu juga terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian anemia sebelum dan sesudah intervensi (p value 0,000). Gerakan Ayo BERSERI dapat meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan berpengaruh pada kejadian anemia pada remaja putri. Simpulan: Pelaksanaan Gerakan Ayo BERSERI dapat terintegrasi dengan program PKPR di puskesmas dan PMR di sekolah sehingga remaja dapat mendapatkan pelayanan yang optimal dan berkelanjutan.

Background: The problem of iron nutritional anemia in adolescents will affect health conditions in the future if not treated as early as possible. Anemia will also affect the quality of the younger generation who should be active and accomplished. Purpose: The Ayo BERSERI movement is an innovation that is expected to be one of the efforts to maximize the treatment of iron nutritional anemia in adolescent girls. Method: The implementation of the Ayo BERSERI Movement uses a community nursing approach with a population of vocational high school-age adolescents in SMK Jatijajar sub-district, Depok city. The sample size is 87 people selected using total sampling. Results : There was a significant difference between knowledge, attitudes and actions (p value 0.000) before and after the intervention. In addition, there was also a significant difference between the incidence of anemia before and after the intervention (p value 0.000). The Ayo BERSERI movement can improve behavior (knowledge, attitudes and actions) and affect the incidence of anemia in adolescent girls. Conclusion: The implementation of the Ayo BERSERI Movement can be integrated with the PKPR program in health centers and PMR in schools so that youth can get optimal and sustainable services. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amirania Alita Paramayra Firmanauda
"Anemia adalah suatu kondisi ketika konsentrasi hemoglobin dalam darah berada di bawah titik batas normal, dan rentan dialami oleh remaja putri karena rematri sedang dalam proses pertumbuhan yang pesat. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa kejadian anemia di Indonesia termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat tingkat sedang (26,8%) sementara kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri sangatlah rendah (1,4%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi konsumsi TTD dan anemia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi TTD dan anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun di Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun di Nusa Tenggara Timur sebesar 13,9%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada konsumsi TTD berdasarkan usia (p value = 0,000), tingkat pendidikan (p value = 0,030), dan tempat tinggal (p value = 0,000). Sementara itu, variabel yang berhubungan dengan anemia pada penelitian ini adalah konsumsi TTD (p value = 0,030). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan pemantauan konsumsi TTD, pengecekan kadar Hb, dan edukasi gizi pada remaja putri untuk dioptimalkan.

Anemia is a condition in which the haemoglobin (Hb) concentration in the blood is lower than normal cut-off values, which young women are prone to experience it because they are experiencing a process of rapid growth. The results of Riskesdas 2018 show that the incidence of anemia in Indonesia is a moderate public health problem (26.8%), while the compliance with iron supplement consumption in adolescent girls is very low (1,4%). The purpose of this study was to determine the prevalence of iron supplement consumption and anemia, and the factors associated with iron supplement consumption and anemia in young women aged 10-18 years in East Nusa Tenggara. This study used secondary data from the Riskesdas 2018 with a cross-sectional study design. The results of this study indicate that the prevalence of anemia in young women aged 10-18 years in East Nusa Tenggara is 13,9%. The results of the statistical tests showed that there were significant differences in the consumption of iron tablets by age (p value = 0,000), level of education (p value = 0,000), and place of residence (p value = 0,000). Meanwhile, the variable associated with anemia in this study was the consumption of iron tablets. From the study result, the writer suggests to optimizes iron supplement consumption monitoring, Hb levels checking, and nutrition education for adolescent girls."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenri Yamin
"Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan zat gizi (energy, protein dan zat besi) dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Kab. Kepulauan Selayar.
Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 173 orang dipilih secara sistematik random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI di masing-masing SMA. Data asupan zat gizi diperoleh dengan kuesioner food recall, pola menstruasi melalui kuesioner terstruktur, dan kadar hemoglobin dengan Hb Sahli. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p=0,000), asupan energi (p=0,023), asupan protein (p=0,003), dan zat besi (p=0,049), pekerjaan ayah (p=022), pekerjaan ibu (p=0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,025), tingkat pendidikan ibu (p=0,032) dengan kejadian anemia. Tidak terdapat hubungan menstruasi (p=0,930), siklus menstruasi (p=513), lama menstruasi (p=0,076), volume menstruasi (p=1,000) dengan kejadian anemia.

Anemia is one of the nutritional problems, which needs to be highly concerned. Adolescent girls are included to a group which is susceptible to anaemia because of their monthly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine the relationship of knowledge, nutrient intake (energy, protein and iron) and other factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in the school district. Selayar Islands.
The design of this study was cross sectional. The amount of the sample was 173 people selected by systematic random sampling of the entire X and XI grade student at each high school. Nutrient intake data obtained with the food recall questionnaire, menstrual patterns through structured questionnaires, and levels of hemoglobin by Sahli hemoglobin. Data were analyzed with univariate and Bivariate Chi Square.
The results showed no relationship of knowledge (p = 0.000), energy intake (p = 0.046), protein intake (p = 0.005), and iron (p = 0.000), father's work (p = 022), maternal employment ( p = 0.001), father's education level (p = 0.025), maternal education level (p = 0.032) with the incidence of anemia. There is no menstrual relationship (p = 0.930), menstrual cycle (p = 513), long periods (p = 0.076), menstrual volume (p = 1.000) with the incidence of anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rochmah
"Anemia merupakan masalah gizi yang banyak diderita oleh remaja putri karena usia remaja berada pada masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi yang berdampak pada kesehatan. Penyebab anemia adalah defisiensi zat gizi, kondisi non gizi dan kelainan genetik (herediter). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status anemia.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMAN 13 Kota Tangerang. Jumlah sampel 261 orang. Data diambil menggunakan kuesioner, antropometri berat badan dan tinggi badan, sedangkan untuk pemeriksaan kadar Hb, responden diambil sampel darahnya kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium klinik. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan chi square.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan anemia (p-value 0,04) dan status gizi (p-value 0,02) dengan status anemia. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan status anemia adalah pengetahuan Tablet Tambah Darah (TTD), sikap, pola menstruasi, lama menstruasi, riwayat penyakit infeksi/kronis, pendidikan ayah, pendidikan ibu, status bekerja ayah, status bekerja ibu, pendapatan orangtua dan konsumsi TTD.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah remaja putri yang menderita anemia bersama keluarga disarankan memilih mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dalam jumlah cukup dan menghindari mengonsumsi makanan yang dapat menghambat absorbsi zat besi, mengonsumsi TTD sesuai pedoman, saling memotivasi untuk mau memeriksakan kadar Hb secara rutin dan berkala.

Anemia is a nutritional problem that affects many young women because their teens are at puberty is characterized by menstruation which affect health. the cause of anemia are deficiency of nutrients, non-nutrient conditions and genetic disorders (hereditary). The purpose of this research is to study the factors that influence anemia status.
This study usea descriptive cross-sectional approach. The population in this study are women student from SMAN 13 Tangerang City. Number of samples 261 people. The data were taken using a questionnaire, anthropometric body weight and height, whereas for hemoglobin examination, a blood samplewas taken from respondents then examined in clinical laboratories. The analysis used is the univariate and bivariate analysis using chi square.
These results indicatea significant association between knowledge of anemia (p-value 0.04) andnutritional status (p-value 0.02)with anemia status. While the factors that are not related to the status of anemia isknowledge of TTD, attitude, menstrual pattern, time periods, history of infectious disease/chronic, nutritional status, father's education, maternal education, father's work status, maternal work status, parental incomeand consumption of TTD.
Recommendations from this research is that young women suffer from anemia as a couple should choose to consume foods that contain lots of iron in sufficient quantities and avoid foods that can inhibit iron absorption, consume TTD as per guidelines, motivate each other to check Hb regularly and periodically.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najiah Meirina Anwar
"COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2. Hingga saat ini kasus COVID-19 semakin bertambah. Meskipun kasus sembuh mencapai angka 96%, hal tersebut harus tetap diwaspadai karena sebagai penyintas masih dapat mengalami gejala yang menetap atau biasa disebut Long COVID. Long Coronavirus Disease (Long COVID) atau Post Acute COVID adalah kondisi pasca infeksi COVID-19 yang berkepanjangan setelah 4 minggu timbulnya gejala awal. Long COVID menjadi ancaman serius bagi para penyintas COVID-19 karena gejala yang menetap dapat membawa dampak buruk dan menganggu aktivitas penderitanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor yang memengaruhi kejadian Long COVID pada penyintas COVID-19 di Kota Sukabumi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online. Penelitian ini diikuti oleh 267 rseponden dengan kriteria inklusi sudah sembuh dari COVID-19, berdomisili di Kota Sukabumi, dan usia minimal 18 tahun. Hasil penelitian menunjukan proporsi kejadian Long COVID sebesar 47% dengan gejala yang paling sering adalah mudah Lelah (30,7%), sulit berkonsentrasi (14,98%), dan mudah lupa (13,86%). Analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubugan antara tingkat gejala (P value = 0,001), jenis perawatan (P value = 0,002), dan perokok pasif (P value = 0,020) dengan kejadian Long COVID. Lalu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik sosiodemografi, status vaksinasi, status merokok, derajat rokok, dan kondisi penyerta.

COVID-19 is an infectious disease caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2. Until now, COVID-19 cases are increasing. Although the number of recovered cases reached 96%, this must still be watched out for because survivors can still experience persistent symptoms or commonly known as Long COVID. Long Coronavirus Disease (Long COVID) or Post Acute COVID is defined as persisten symptoms and/or delayed or long term complications beyond 4 weeks from the onset of symptoms. Long COVID is a serious condition to COVID-19 survivors because persistent symptoms can have a negative impact and disrupt the sufferer's activities. The purpose of this study was to determine the factors that affecting the incidence of Long COVID in COVID-19 survivors in Sukabumi City. This study used a cross-sectional study. Data collection was carried out by distributing online questionnaires. This study was conducted by 267 respondents with inclusion criteria are having recovered from COVID-19, domiciled in Sukabumi City, and a minimum age of 18 years. The results showed the proportion of the incidence of Long COVID was 47% with the most frequent symptoms are tiredness or fatigue (30.7%), difficulty concentrating (14.98%), and forgetful (13.86%). Bivariate analysis showed that there was a relationship between symptom level (P value = 0.001), type of treatment (P value = 0.002), and passive smoking (P value = 0.020) with the incidence of Long COVID. There is no significant relationship between sociodemographic characteristics, vaccination status, smoking status, smoking degree, and comorbidity,"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>