Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Romi Setiawan
"Ekuitas merek merupakan nilai tambah pada sebuah merek dimana akan mempengaruhi kelangsungan produk dalam jangka panjang. Untuk membangun dan memperkuat ekuitas merek, perlu kegiatan pemasaran pendukung yang dijalankan berupa kegiatan harga, pelayanan, distribusi, iklan, dan kegiatan promosi yang diharapkan secara tepat mempengaruhi persepsi konsumen. Hal ini akan mengangkat nilai positif konsumen terhadap produk dan kemudian akan berimbas kepada kuatnya ekuitas merek. Dengan kata lain, ekuitas merek yang kuat menyatakan bahwa konsumen memiliki asosiasi yang kuat dan positif terhadap merek, mempersepsikan merek sebagai merek berkualitas tinggi dan akan setia terhadap merek.
Dalam penelitian ini, model dari Yoo, Donthu, dan Lee (2000) yang menguji kegiatan pemasaran terhadap ekuitas merek pada produk consumer-specialty goods, diuji pada produk konsumen berupa consumer-convenience goods. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegiatan pemasaran yang mempengaruhi penguatan ekuitas merek dan menganalisis pengaruh dimensi- dimensi ekuitas merek terhadap ekuitas merek. Selain itu, penelitian juga ingin mengetahui perbedaan aplikasi model Yoo, et al. (2000) pada kategori produk yang berbeda. Tiga kategori produk yang digunakan pada penelitian ini yaitu produk kategori mie instan, minuman ringan dan sabun mandi dengan metode penentuan sample non-probability sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan convenience sampling pada responden mahasiswa.
Dari hasil penelitian dan analisis diternukan bahwa citra toko, distribusi, dau iklan dapat mempengaruhi ekuitas merek secara positif. Price deal (potongan harga) akan menyebabkan melemahnya ekuitas dari sebuah merek. Namun, harga tidak berpengaruh terhadap ekuitas merek.

Brand equity is value added of brand that will effect product performance in long term. Brand equity may be developed and strengthened by manage marketing efforts such as pricing, service, distribution, advertising, and promotion that will affect on customer perceptions. Those marketing effort required to enhance customer positive value ofa product then will strengthening brand equity as well. In other word strong brand equity means strong customer association and positive toward brand perceiving high quality brand and perform brand loyalty.
In this research, the model, which formed by Yoo, Donthu, and Lee (2000) used in consumer-specialty goods, examined to consumer-convenience goods. The purpose of this research is to analyze the effect of marketing programs building strong brand equity and to analyze the eject of dimensions of brand equity to brand equity itself. And this research want to know the differentiation of the Yoo et al. (2000) model application in the different product category. The research used three product category brands such as instant noodle, beverage and bar soap and use non-probability sampling methods. The data from college student were collected using convenience sampling technique.
The result found that brand equity positively related to store image, distribution, and advertising, and negatively related to price deal. However, brand equity not related to price.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Aulia Syarief
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S9787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Janova Evi Lavita
"Skripsi ini menganalisis unsur-unsur yang mempengaruhi ekuitas merek berbasis konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi unsur ekuitas merek berbasis konsumen pada Telkomsel operator jaringan seluler di Jakarta. Elemen faktor yang diteliti adalah Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, Kepercayaan terhadap Merek, dan Loyalitas terhadap Merek.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability sampling, wilayah penelitian di Jakarta. Teknik dari pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, data yang diperoleh dari 110 responden, diolah dengan menggunakan SPPS 17,0 menggunakan metode Pearson Corellation, Cochran, Uji Asumsi Klasik, dan Regresi Berganda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kesadaran Merek, Loyalitas terhadap Merek dan Kercayaan terhadap Merek memilik dampak yang positif dalam Ekuitas Merek Berbasis Konsumen pada Telkomsel, sedangkan Asosiasi Merek dan Persepsi Kualitas tidak mempengaruhi secara positif dalam Ekuitas Merek Berbasis Konsumen pada Telkomsel.

This essay analyzes the elements that affect the consumer-based brand equity. The purpose of this study was to analyze the factors that affect the elements of consumer-based brand equity on the mobile network operator Telkomsel in Jakarta. Factor elements that researched are Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Trust, and Brand Loyalty.
This research uses research methods descriptive with technique sampling using method Non-probability sampling, territory research in Jakarta. Technique of data collection is done through the deployment questionnaires, the data obtained from the 110 respondents, processed with using the SPPS 17.0 using method Pearson Correlation, Cochran, Test Assumptions Classical, and Multiple Regression.
From the results of this study concluded that Brand Awareness, Brand Loyalty and Brand Trust in a positive effect on Consumer-Based Brand Equity on Telkomsel, while the Brand Association and Perceived Quality does not affect positively the Consumer-Based Brand Equity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Gayatri
"ABSTRAK
Semakin membaiknya kondisi perekonoman paska krisis moneter 1997, besarnya
prediksi pertumbuhan penumpang, dan keluarnya deregulasi mengenai kemudahan syarat
pendirian usaha menberi dampak pada bermunculankembalinya maskapai-maskapai
penerbangan lokal (rute domestik) yang semakin meramaikan dirgantara Indonesia dan sering
disebut-sebut sebagai ?Euphoria kedua? setelah tahun 1968.
Nama-nama maskapai penerbangan baru tersebut antara lain: ?Pelita Air Service, Lion
Mentari Airlines, Bayu Indonesian Air, Air Wagon Inlernasional, Airmark Indonesia Aviation,
dan Jatayu Gelang Samudra; Empat maskapai lain masih didalam proses perkenalan dan empat
maskapai penerbangan lainnya masih dalam proses perijinan.
Ketatnya persaingan di industri penerbangan Nusantara telah mengakibatkan sulitnya
mendiferensiasikan produk, sehingga untuk bisa dìpilih, peran merek kemudïan menjadi
dominan, artinya jika sebagian besar calon pengguna jasa penerbangan mengingat merek Merpati
sebagai nama yang pertama kali terlintas (top of mind) maka besar kemungkinan dengan
dukungan asosiasi dan perceived quality yang positif, maka Merpati akan menjadi pilihan mereka
dalam transportasi udara. Hal-hal yang masuk dalam kategori ?Brand Equity/ekuitas merek?
menurut Aaker tersebut (awareness, association, perceived quality, loyally & other propretary
assets) perlu diketahui nilainya sehingga pihak manajemen perusahaan yang besangkutan dapat
meniperoleh gambaran untuk mengambil langkah kedepan guna mengatasì atau mengantisipasi
posisi.
Ada banyak cara mengukur dan menganalisa ekuitas merek, salah satunya adalah bentuk
analisa berdasarkan persepsi customer, yang dapat diterapkan pada perusahaan penyedia jasa
seperti Merpati. Walaupun tidak diperoleh suatu angka/nilai ekuitas merek seperti jika dilakukan
perhitungan matematis berdasarkan Iaporan keuangan atau nilai saham, namun paling tidak hasil
penelitian ini dapat memberikan masukan posisi ekuitas merek dan Merpati dimata customernya
relatif terhadap pesaingnya.
Penelitian dilakukan dengan melibatkan 100 responden user/non user Merpati yang
masing-masing diberikan pertanyaan dalam bentuk kelompok utama ekuitas merek (berdasarkan
Aaker), yaitu: Brand Awareness/kesadaran akan merek, Brand Associalion/asosiasi apa yang
melekat pada Merpati, Perceived Quality/persepsi mengenai kualitas. diukur dengan menanyakan
tingkat kepentingan (importance) dan kinerja (peijormance) dari Merpati, serta Brand Loyalty/pengkajian tingkat loyalitas customer Merpati.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan;
Pertama bahwa walaupun tingkat awareness tethadap Merpati tidaklah buruk, namun Merpati
hanya menduduki urutan kedua setelah Garuda yang menempati top of mind target customernya..
Hal ini disebabkan karena alasan historis, disamping memang Garuda lebib baik kualitasnya
dibanding Merpati sesuai dengan persepsi responden dan juga alasan gencarnya promosi dan
Garuda yang mengangkat slogan?Kini Lebih Baik?, sementaia Merpati dirasa masih kurang
?greget: promosìnya kepada target customer. Mandala dan Bouraq memiliki brand awareness
dari responden yang juga cukup baik, sebingga dapat dijadikan patokan untuk mulai
memperlakukan mereka sebagai pesaing bukan lagi pengikut (follower).
Kedua, Dari 19 (sembilan belas) asosiasi yang dikaitkan dengan Merpati, hanya 5 (lima) asosiasi
yang temyata berkaitan erat dengan Merpati, yaitu: ?harga tiket murah?, ?milik BUMN?,
?jaringan domestik yang luas?, serta ?mencakup seluruh nusantara?. Lima sub brand Merpati
yang diharapkan berasosiasi kuat justu tidak ada yang masuk kedalam bagan asosiasi tersebut.
Namun demikian pada pertanyaan mengenai perusahaan diperoleh beberapa pernyataan yang
potensial untuk kembali ditanyakan melalui penelitian lebih lanjut apakah itu berkaitan dengan
Merpati, antara lain: Ukuran perusahaan, kepedulian kepada customer, popularitas, profesional
dan lain-lain.
Ketiga, Dari analisa Perceiveq QuaIity, atribut layanan yang paling perlu mendapat perhatian
karena posisinya dalam matrik performance-importance ada pada kuadran IV (Importance tinggi
sementara performance rendah) adalah: kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, kecepatan
dan ketepatan konekdi ke penerbangan selanjutnya, penanganan komplain bagasi, On Time
Performance secta staff bandara yang tanggap. Sedangkan berdasarkan analisa regresi antara
kepuasan dengan masing-masing atribut pada titik pelayanan menunjukan hasil sebagal berikut:
pada pre-flight secara keselurulian dengan signifikan berturut-turut dan yang pengaruhnya
terbesar ke yang terkecil adalah: Kemudahan booking tiket, keramahan petugas bagian reservasi
bandara, Jumlah frekwensi penerbangan, dan ketanggapan karyawan bandara. Pada In-flight
berturut-turut adalah tersedianya sarana hiburan, Ketanggapan awak kabin , Jarak yang lebar
antara kursi penumpang Pramugari/a cekatan, On time performance. Dan untuk post-flight atribut
yang berpengaruh adalah: Penanganan keluhan/komplain, Ketepatan koneksi untuk penerbangan
lanjutan, Kecepatan pengantaran bagasi ke ban berjalan, penerimaan bagasi Iengkap. Setelah
dilakukan pemisahan bagi pengguna dan non pengguna Merpati, hasilnya tidak begitu jauh
berbeda kecuali pada pre-flight. Titik pelayanan post-flight adalah titik yang nilal
Performancenya paling tinggi dibanding titik lain, dan jika dikelompokkan berdasarkan dimensi,
atribut-atrobut yang hampir seluruhnya sama dengan titik post flIght tersebut masuk kedalam
dimensi layanan reliability/ keterandalan. Kedua hasil menunjukkan intepretasi yang relatif sama
dengan analisa matriks performance importance.
Keempat atau bagian terakhir dari analisa Ekuitas merck adalah ?loyalitas merek?, terbagi
didalam lima kategori. Pada tingkatan pertama, yaitu switcher/customer yang suka berpindah
karena harga, terdapat sejumlah 27%customer yang rata-rata berpindah jika ditawarkan kurang
lebih 23% potongan harga oleh maskapai lain Tingkat kedua, habitual menjaring sejumlah
48,64% dari customer dengan makna ganda apakah mereka menggunakan Merpati karena
memang kebiasaan (baik) atau keterpaksaan (buruk). Selanjutnya 24% merasa puas
menggunakan Merpati, namun pada matriks perpindahan terlihat cukup jelas sebesar 46% dan
customer Merpati yang tidak loyal menggunakan Merpati. Angka ini cukup besar untuk sebuah
perusahaan, terutama yang bergerak dibidang jasa, sebab jika dihitung dari jumlah penumpang,
nilai teisebut cukup besar. Dalam jangka panjang akan mungkin terjadi pengikisan pasar
Merpati, sebab walaupun masih terdapat 31% customer yang merasa puas akan layanan Merpati,
namun hanya sebesar 7% yang commited/berkomitmen untuk terus menggunakan jasa
penerbangan Merpati bagi perjalanan domestik mereka.
Dari keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa Merpalti perlu berbenah diri untuk
meningkatkan citranya dimata pelanggan, sebab bukan tidak mungkin kondisi persaingan akan
semakin menajam, bukan surut seperti yang diprediksikan sebelumnya oleh manajemen Merpati,
antisipasi dini dan tindakan preventif perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi. Ekuitas merek merpati dapat dikatakan masih dibawah Garuda berdasarkan
persepsi target customernya, padahal masih berasai dari satu negara dan dìbawah naungan
kementrian yang sama, maka bagaimana kondisj jika pesaing asing bebas masuk dan beroperasi
di wilayah Indonesia.
Beberapa saran/masukan untuk merpati adalah: Meningkatkan program promosi
Perusahaan untuk menggalang kesadaran customer target lebih besar, Mengembangkan asosiasi
yang berkaitan dengan Merpati agar tercipta satu image perusahaan yang baik; menanamkan
filosofi ?total customer services? pada setiap lini organisasi sehingga peningkatan perceived
quality konsumen bisa meningkat, dan akan berdampak pada loyalitas customer terhadap
Merpati Asosiasi yang berkait cukup kuat dapat dijadikan sebagai point of dfference antara
Merpati dengan pesaingnya. Dan sebagai Iangkah awal perbaikan, berbagai atribut yang penting
untuk diperhalikan sebaiknya segera dijalankan untuk memperbaiki dan memenuhi keinginan
customer yang merupakan aset terbesar sumber penghasilan dan sebuah perusahaan layananhjasa
seperti Merpati.
"
2002
T2016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan A. Bachtiar
"ABSTRAK
Bisnis dan perang memillki kemiripan yang dekat sekali,
Kalau di dalam perang, perang terjadi di medan tempur, sementara
di dalam bisnis pertempuran berlangsung di pasar. Setiap saat di
pasar terjadi peperangan antar produk dan jasa. Terlebih lagi pada
pasar consumer goods, produk-produk yang hampir setiap saat
dikonsumsi konsumen. Seperti juga perang sesungguhnya,
kemenangan dimulai dan banyak ditentukan di belakang meja ketika
para pimpinan menyusun strategi perang yang tepat.
PT. Unilever Indonesia adalah salah satu perusahaan
besar yang bergerak di bidang manufaktur barang kebutuhan dasar
yang memproduksi barang-barang : kosmetika, sabun dan deterjen,
dan pangan.
Rinso sebagai salah satu produk andalan PT. Unilever
Indonesía telah memiliki posisi yang sangat kuat dan telah menjadi
market leader dalam kategori pasar deterjen. Merek Rinso
merupakan suatu modal, telah dikenal, memiliki asosiasi merek yang
baik, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, serta memiliki
sejumlah pelanggan yang setia.
Rinso merupakan produk dengan perceived quality yang
tinggi, artinya persepsi konsumen tentang rnutu terhadap produk
Rinso itu sendiri memiliki nilai plus. Rinso dijual dengan harga yang
lebih mahal ketimbang pesaingnya dalam segmen pasar sejenis tanpa
harus ditinggalkan pelanggannya.
Kunci keberhasilan Rinso dalam menguasai pasar adalah
tetap menjaga kualitas produk dengan tanpa mengecilkan peranan
iklan. Hal ini juga didukung dengan pentingnya peranan penelitian
dalam pengembangan produk Rinso beserta variannya yang
berkualitas.
ikian yang gencar terus dilakukan oleh Rinso dibarengi
dengan inovasi produk yang tak pernah henti untuk menutup segala
celah segmen pasar. Ternoda Bukan Aib merupakan iklan Rinso
Baru, produk Unilever yang memberi kontribusi keuntungan cukup
besar kepada perusahaan.
Pemasaran produk-produk Rinso ini didukung sepenuhnya
oleb jaringan distribusi Unilever yang sudah 62 tahun melayani
konsumen Indonesia dan telah kini memiliki 249 distributor yang
mencakup 400.000 outlet yang tersebar di berbagai pelosok
nusantara.
Karya akhir ini akan meneliti, mempelajari dan kemudian
membuat analisis tentang bagaimana perusahaan tersebut berhasil
menerapkan strategi pemasaran deterjen Rinso dengan
mengutamakan konsep customer drive, sehingga dapat mengungguli
para pesaingnya dalam segmen pasar yang sejenis."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mafrita Maria Elysabeth
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Intan Wiedasari
"Setiap orang rata-rata memiiliki satu buah telepon genggam, karenanya adopsi broadband melalui telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan smartphone akan lebih mudah untuk diteliti. Penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa pelabelan berkontribusi terhadap penerapan teknologi informasi, dimana hal tersebut berdampak pada pembelian ulang belum banyak ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi ekuitas merek dan penggunaan saat ini terhadap minat beli ulang terhadap minat beli ulang konsumen pada produk smartphone. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 220 orang responden yang pernah dan sedang menggunakan smartphone.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa elemen-elemen ekuitas merek seperti kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, serta loyalitas merek dan penggunaan saat ini memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap minat beli ulang pada smartphone. Selain itu diketahui bahwa penggunaan saat ini dapat memediasi antara dimensi-dimensi ekuitas merek dan minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang dan terus menggunakan smartphone.

As every one owns on average one mobile phone, the adoption of broadband through handphone or more popularly known as smartphone would be the natural path to take. Past literatures had suggested that branding do contribute towards the acceptance of Information Technology, however its effect on repurchase intention had been scarce. The purpose of this research is to examine relationship between brand equity dimensions and current use to repurchase intention on smartphone. the study was conducted from 220 respondents who had and still using smartphone.
The results of the study indicated that brand equity dimensions like brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty and current use have significant and positive relationship with repurchase intention on smartphone. In addition it is also proved that current use has partially mediated the relationship between brand equity dimensions and consumer's intention to repurchasing and continue to use smartphone.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Indrarini
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai seberapa penting penggunaan Komunikasi
Pemasaran Terpadu yang terdiri dari Iklan, Hubungan Masyarakat, Promosi
Penjualan, Penjualan Personal, Pemasaran Langsung dan Pemasaran Interaktif
terhadap ekuitas merek. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan
responden karyawan wanita perusahaan Femina yang berjumlah 115 orang.
Metode analisa data dilakukan dengan analisa statistik deskriptif dan regresi linear
untuk membuktikan hipotesa pada penelitian ini. Objek penelitian adalah Wardah
sebagai salah satu merek kosmetik dalam negeri yang beberapa tahun belakang ini
berhasil meningkatkan market sharenya dan menjadi market leader dalam industri
kosmetik tanah air. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi Komunikasi
Pemasaran Terpadu berpengaruh secara bersama-sama terhadap pembentukan
Ekuitas Merek. Sedangkan secara parsial diketahui hanya variabel Iklan,
Hubungan Masyarakat, dan Pemasaran Langsung yang berpengaruh signifikan
terhadap Ekuitas Merek.

ABSTRACT
This thesis discusses about the importance of Integrated Marketing
Communications, which consists of Advertising, Public Relations, Sales
Promotion, Personal Selling, Direct Marketing, and Interactive Marketing toward
Brand Equity. This research use quantitative explanatory design, respondents are
115 employee of Femina. This thesis use descriptive statistical analysis and linier
regression to prove the hypothesis in this research. The object of this research is
Wardah as one cosmetic brand in Indonesia, that in several years managed to
increase the market share and become a market leader in the local cosmetic
industry. The results showed that variables of Integrated Marketing
Communication have significant influence toward Brand Equity. While partially,
only variables Advertising, Public Relations, and Direct marketing had significant effect on Brand Equity"
2016
T45659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aranda Yogi Nugroho
"Kemajuan teknologi digital, environmental, social, and governance (ESG) telah diubah menjadi model digital environmental, social, and governance (DESG) yang dapat direalisasikan sebagai gerakan strategis yang berpotensi untuk bisnis berkelanjutan. Namun demikian, masih terdapat kekurangan penelitian mengenai bagaimana praktik DESG perusahaan berdampak pada ekuitas merek dan sikap pelanggan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh digital environmental, social, and governance (DESG) terhadap brand equiy dengan Customer attitudes sebagai variabel mediasi antar keduanya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pelanggan yang pernah membeli produk dengan merek dari PT Unilever Indonesia. Terdapat sebanyak 200 resonden terkumpul yang menggunakan purposive sampling. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Structural Equation Method (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam upaya pengembangan berkelanjutan pada lingkup sosial dan tata kelola dimediasi dengan sikap pelanggan dapat meningkatkan ekuitas suatu merek dari perusahaan. Upaya pengembangan berkelanjutan pada lingkup lingkungan dapat mempengaruhi sikap pelanggan, namun sikap pelanggan tidak dapat menjadi mediator antara upaya pengembangan berkelanjutan pada lingkup lingkungan dengan ekuitas merek.

Advances in digital, environmental, social, and governance (ESG) technology have been transformed into a digital environmental, social, and governance (DESG) model that can be realized as a strategic movement with potential for sustainable business. However, there is still a paucity of research on how companies' DESG practices impact brand equity and Customer attitudes. For this reason, this study aims to determine the effect of digital environmental, social, and governance (DESG) on brand equity with Customer attitudes as a mediating variable between the two. The sample used in this study is a Customer who has purchased a branded product from PT Unilever Indonesia. There were 200 respondents collected using purposive sampling. Then processed and analyzed using the Structural Equation Method (SEM). The results of the study show that in an effort to sustainably develop the social and governance spheres, mediated by Customer attitudes can increase the brand equity of a company. Sustainable development efforts in the environmental sphere can influence Customer attitudes, but Customer attitudes cannot mediating between sustainable development efforts in the environmental sphere and brand equity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>