Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jang Il Hwan
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan globalisasi dunia usaha dan berlakunya AFTA, pasar Indonesia pun telah menjadi pasar yang direbut banyak perusahaan. Hal ini dikarenakan pasar lndonesia menjadi pasar yang sangat potensial mengingat banyaknya penduduk dan tingkat penetrasi yang rendah di dalarn berbagai pasar kategori produk sehingga terdapat banyak perusahaan yang berasal dari Amerika, Eropa, dan Asia. Salah satu negara Asia yang sedang berusaha keras untuk mempenetrasi pasar Indonesia adalah Korea Selatan. Korea sedang bersaing dengan negara lainnya khususnya Jepang di bidang otomotif dan elektronik. Dalam pasar elektronik Indoensia, terdapat dua perusahaan asal Korea Selatan yang sedang berkembang dengan signifikan adalah Samsung dan LG Keclua perusahan tersebut telah menyadari pentingnya peran merek dan sedang berusaha untuk membangun mereknya sebagai merek global yang kuat dalam rangka memasuki pasar Indonesia dan berfondasi yang kokoh Sebagai pemain asal yang sama, walaupun mereka memiliki beberapa persamaan, tetapi mereka saling bersaing dengan ketat di bidang elektronik dan mejalankan usahanya berdasarkan strategi merek yang berbeda khususnya berdasarkan implementasi kegiatan pemasaran dalarn membangun rnerek.

Karya akhir ini rnemiliki dua tujuan utama yaitu, untuk mengetahui perbedaan strategi merek antara kedua perusahaan khususunya dalarn implementasi kegiatan pemasaran dan untuk rnengetahui perbedaan kinerja pemasaran antara Samsung dan LG sebagai hasil dari perbedaan strategi merek mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, karya akhir ini menggunakan. metodologi kombinasi antara riset eksploratori (exploratory research) dan riset deskriptif (descriptive research). Riset eksploratori merupakan penelitian pendahuluan yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data sekunder mengenai gambaran kedua perusahaan tersebut dan gambaran persaingan pasar elektronik secara umum di Indonesia. Kemudian riset deskriptif yang menggunakan metode sample survey merupakan penelitian yang bertujuan umuk mengumpulkan data-data primer yang berkait dengan persepsi konsumen terhadap merek Samsung dan LG sebagai hasil dari perbedaan strategi merek kedua perusahaan.

Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa strategi merek Samsung dan LG memiliki perbedaan di dalam implementasi kegiatan pemasaran dalam rangka membangun merek dan berdasarkan hasil survei persepsi konsumen terhadap kedua merek tersebut sesuai dengan arah kegiatan pemasaran yang dilaksanakan kedua perusahaan. Berdasarkan data-data sekunder, terdapat langkah-langkah yang berbeda antara Samsung dan LG di dalam pelaksanaan strategi merek. Seperti dilihat dari visi, misi dan arah R&D yang dipengaruhi misi dan visi, LG memposisikan merek LG sebagai merek yang dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih nyaman dan menarik sehingga LG erat berhuburngan dengan produk elektronik rumah tangga. Sedangkan Samsung memposisikan merek. Samsung sebagai merek yang dapai memimpin revolusi digital convergence. Digital convergence berarti bahwa produk yang memiliki hanya satu fungsi akan digabungkan dengan fungsi lain sehingga produk tersebut akan memiliki beberapa fungsi yang berbeda. Untuk mendukung hal tersebut Samsung lebih berfokus pada produk TI yang dapat digabungkan dengan produk yang telah ada kemudian mereka memiliki fokus komunikasi pemasaran yang berbeda. Jika melihat proporsi belanja iklan yang dikeluarkan Samsung dan LG, maka LG lebih berfokus pada produk kategori elektronik rumah tangga dan Samsung lebih berfokus pada produk multimedia dan TI. Hal ini sesuai dengan brand positioning mereka.

Walaupun kedua perusahaan menggunakan model branding yang sama yaitu, corporate branding, Samsung telah membawa efek kerberhasilan yang sama dengan efek yang menonjolkan kategori produk handphone. Hal ini juga berkait dengan sifat produk. Produk handphone itu merupakan kategori produk yang lebih dikenal dan digunakan konsumen secara lebih luas dibandingkan kategori produk elektronik lainnya. Sehingga konsumen lebih memperhatikan informasi-informasi tentang kategori produk tersebut yang diberikan perusahaan. Secara kesimpulan, kemungkinan hal ini sangat membantu dan mempengaruhi peningkatan brand awareness dan brand image Samsung. dari sub-brand sebagai silver bullet dalam family branding melalui kegiatan pemasaran.

Selain hal-hal yang di atas tersebut terdapat pula persepsi konsumen yang berbeda berdasarkan hasil survei. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa LG memiliki tingkat awareness yang lebih tinggi dibanding Samsung di dalam kategori produk rumah tangga, yaitu kulkas, mesin cuci, dan AC. Sedangkan Samsung memiliki tingkat awareness yang lebih tinggi dibanding LG di dalam kategori produk multimedia .dan.TI, yaitu andio, ponsel, DVD/VCD player, dan monitor.

Berdasarkan temuan-temuan dari hasil analisis terhadapsurvei maupun data sekunder di dalam penelitian ini, penulis telah menyarankan beberapa pertimbangan kepada Samsung, LG, dan penelitian lebih lanjut. Pertimbangan atau saran tersebut diusulkan kepada pihak tersebut karena adanya beberapa implikasi dan hal-hal yang perlu digali secara lebih mendalam.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Haris Budiman
Abstrak :
ASPIRA merupakan merek yang dikeluarkan oleh PT. Astra Komponen Indonesia, dan mencakup berbagai jenis suku cadang sepeda motor seperti: kampas rem, shock breaker, hingga oli. Merek ASPIRA sebelum bulan Februari tahun 2001, merupakan satu-satunya merek yang dicap sebagai komponen asli untuk sepeda motor merek Honda. Namun sejak bulan Februari 2001, menyusul dengan perubahan kepemilikan saham di PT. Astra Honda Motor, yang Sebelumnya saham mayoritas dimiliki oleh PT. Astra lnternasional dan sisanya dimiliki Honda Jepang, selanjutnya menjadi 50% milik :PT. Astra Internasional dan 50% milik Honda Jepang. maka pihak PT. Astra Honda Motor mulai mengeluarkan produk komponen sepeda motor merek Honda dengan menggunakan merek Honda Genuine Part. Sehingga di pasar yang dulunya hanya mengenal merek ASPIRA sebagai satu-satunya merek onderdil asli untuk sepeda motor Honda, kini dikenal pula merek Honda Genuine Part. Hal ini tentu saja mempenganihi persepsi konsumen dalam memilih onderdil asli untuk sepeda motor Honda-nya. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Mendeskripsikan tingkat kekuatan merek ASPIRA di benak konsumen, (2) Mendeskripsikan persepsi konsumen produk suku cadang sepeda motor terhadap nilai dari produk-produk merek ASPIRA, (3) Menguji seberapa besar dan kekuatan hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel pengetahuan konsumen terhadap merek tersebut dan ( 4) Memberikan rekomendasi untuk strategi pemasaran bagi merek ASPIRA dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap merek ASPIRA berdasar pengetahuan tentang hubungan-hubungan antara variabel tersebut. Obyek yang diteliti meliputi hubungan antara variabel-variabel pembangun merek ASPIRA dengan variabel-variabel pengetahuan merek konsumen (brand knowledge). Penelitian ini terutama untuk lima jenis suk.ll cadang sepeda motor yang memiliki angka penjualan tinggi untuk merek ASPIRA yaitu kampas rem, piston, gear depan/belakang, kabel, dan ring set. Model yang digunakan adalah model ekuitas merek berbasis konsumen (Customer-based brand equity). Model ini dikemukakan oleh Kevin Lane Keller dalam buk.'Unya betjudul "Strategic Brand Management" yang diterbitkan tahun 1998. Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (I) Statistik deskriptif sederhana. (2) Uji Chi-Square dan (3) Uji Korelasi kanonik. Hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok variabel unsur pembangun merek (unsur-unsur merek, stimulus pemasaran dan leverage dari perusahaan) dan kelompok variabel pengetahuan terhadap merek (brand knowledge) meliputi tingkat kekuatan dan persepsi terhadap merek. Dari hasil penelitian, tingkat kekuatan (brand recall) merek ASPIRA relatif kuat. Hal ini dapat dilihat dari jurnlah responden yang menyebutkan merek ASPIRA di urutan pertama (top of mind) lebih besar dibanding yang menyebut di urutan ke-2 atau ke-3. Kekuatan ini juga dapat dilihat relatif besar jika dibanding merek lain, merek ASPIRA menempati urutan pertama sebagai top of mind yaitu mencapai 38 orang, sedang di urutan kedua (13 orang) adalah Astra dan ututan ketiga (10 orang) yaitu Honda Genuine Part. Merek ASPIRA juga relatif dikenal luas oleh pengguna sepeda motor dari berbagai merek sepeda motor. Image merek ASPIRA relatif baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, secara keseluruhan, 85% responden memberikan penilaian positif (setuju hingga sangat setuju) terhadap persepsi niiai (perceived value) dari produk merek ASPIRA.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Teguh Wibowo
Abstrak :
Nobody's perfect only God. Sebagai seorang khalifatullah fil ardh, manusia berkewajiban menggunakan ajaran dan kaidah agama dalam setiap aspek kehidupannya untuk mewujudkan kerajaan Allah SWT di muka burni. Seperangkat ajaran agama itulah yang kemudian dalam Islam dikenal sebagai syariah, God's Laws, yang merupakan sekumpulan The do's & don'ts yang mengatur semua hal-hal yang diwajibkan, yang dibolehkan, dan yang dilarang oleh Allah SWT untuk mengatur persoalan ibadah dan muamalah. Sistem kehidupan sosial ekonorni, termasuk pula sistem keuangan dan segenap instrumentasinya, tidak luput dalam pengaturan tersebut, dan masuk ke dalam ruang lingkup shariah muamalah. Globalisasi ekonorni yang ditandai dengan bebasnya arus barang modal dan jasa, serta perdagangan antar negara, telah mengubah kondisi kehidupan menjadi individualistis dan persaingan usaha yang amat ketat. Disinilah kaidah syariah dapat berperan untuk membimbing manusia ke arah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sekaranglah saatnya menunjukkan bahwa muamalah syariah dengan filosofi utama kernitraan dan kebersamaan (sharing) dalam keuntungan (profit) dan resiko (risk) dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang lebih adil dan transparan. Sekaligus pula membuktikan bahwa sistem perbankan syariah dapat menghilangkan wabah penyakit negative spread ( selisih negatif) dari dunia perbankan. Lahirnya Undang-undang No. 10 Talmn 1998, pada bulan November 1998, sebagai penyempurnaan Undang-Undang No. 711992, lebih mengukuhkan keberadaan perbankan syariah dan memberikan ketegasan serta pel uang yang cukup besar bagi perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Perangkat bam ini selain memberikan panduan bagi Bank Umum yang menjalankan operasinya secara penuh sesuai syariah (Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri), juga memberikan kesempatan bagi industri perbankan konvensional yang ingin menjalankan operasi dengan dualbanking system, yaitu beroperasi secara konvensional dan syariah sekaligus sepanjang operasi itu dilakukan secara terpisah. Studi yang pemah dilakukan Bank Indonesia dan Universitas- Diponegoro mengenai Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, kiranya dapat memberikan gambaran bagaimana brand equity atau ekuitas merek perbankan syariah saat ini kurang kuat berada dalam benak konsumen (nasabah). Padahal kunci sukses suatu bisnis adalah memiliki atribut keunggulan bersaing yang sulit bisa ditiru oleh pesaing. Satu-satunya atribut keunggulan bersaing yang sulit bisa ditiru adalah ekuitas merek yang kuat. Mengelola brand equity bank syariah agar menjadi lebih kuat dapat meningkatkan keunggulan bersaing (competitive advantage). Karena itu satu bank syariah yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat lebih mudah merebut peluang bisnis yang ada dibandingkan bank lain yang tidak memiliki keunggulan bersaing. Ekuitas merek bank syariah yang kuat juga dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat nasabah barn atau merangkul kembali nasabah lama. Penelitian dalam Karaya Akhir ini bertujuan untuk menganalisis ekuitas merek (brand equity) Bank Syariah Mandiri melalui pengukuran komponen-komponen yang membangun ekuitas merek, antara lain: kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi (kesan) kualitas, dan loyalitas merek. Dari hasil pengukuran Kesadaran Merek, merek Bank Muamalat Indonesia (BMI) masih menjadi merek yang menempati puncak kesadaran merek (top of mind brand) bank syariah. Sementara itu Bank Syariah Mandiri (BSM) hanya menempati urutan kedua dalam hal kesadaran puncak responden terhadap merek bank syariah. Secara keseluruhan, dari hasil pengukuran asosiasi merek Bank Syariah Mandiri, agaknya manajemen BSM cukup berhasil menciptakan brand image dari merek Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, lembaga yang menjalankan bisnisnya sesuai dengan syariah Islam. Ke-7 butir asosiasi ternyata terkait dengan nilai-nilai. Syariah (baca: syariah Islam) dan kesemuanya memperkuat dan mendukung citra merek (brand image) dari merek Bank Syariah Mandiri sebagai sebuah lembaga keuangan perbankan yang sesuai syariah yang rnemiliki slogan "Lebih Adil dan Menentrmnkan". Dari hasil pengukuran Kesan kualitas, secara umum kesan kualitas yang dirasakan responden terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri memperlihatkan kesan POSITIF. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum BSM mampu memenuhi kepuasan nasabahnya. Hasil pengukuran elemen Loyalitas Merek selayaknya menjadi perhatian bagi manajemen Bank Syariah Mandiri untuk meningkatkan value-nya di hati nasabah. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem, atau sesuatu yang melibatkan emosi nasabah, sehingga para nasabahnya dapat merasakan perasaan "sangat puas" dan perasaan "sangat suka" terhadap merek Bank Syariah Mandiri yang pada akhirnya akan melahirkan nasabah yang komit (committed buyer) yang "selalu" mempromosikan BSM kepada calon nasabah lain.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunjaya Louis
Abstrak :
ABSTRAK
Konsumsi roti di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan di Negara maju, tetapi terus meningkat setiap tahun sebesar 15%. Jadi Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar. Dengan kenaikan BBM, listrik dan tarif telepon otomatis menyebabkan kenaikan dari harga roti itu sendiri. Bagaimanakah perilaku dan persepsi konsumen terhadap produk dari Sari Roti tersebut? Dengan semakin ketatnya persaingan di bisnis roti dewasa ini, maka Sari Roti harus dapat memasarkan produknya dengan lebih baik lagi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.

Tujuan dari Karya Akhir ini terdiri dari mengetahui tingkat awareness produk roti, mengetahui tingkat kepentingan terhadap atribut roti dan faktor-faktor yang terbentuk dari tingkat kepentingan atribut tersebut, mengetahui persepsi konsumen terhadap atribut produk dari Sari Roti mengetahui perilaku konsumen terhadap produk Sari Roti dan memberikan masukan terhadap manajemen Sari Roti berdasarkan temuan diatas.

Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu exploratory research dan descriptive research dengan sample size 100 respond en. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling, jenis convenience sampling. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis means score, analisis top of two boxes analisis asosiatif, analisis tingkat kepentingan atribut, analisis faktor, dan uji n sampleberhubungan dengan metode Friedman (nonparametric).

Hasil penelitian terhadap awareness berbagai merek roti menunjukkan bahwa Top of mind terbesar adalah Sari Roti 31%, diikuti Holland Bakery 30%, dan Eaton 10%. Responden mengetahui suatu merek roti terntama dari gerobak/motor/mobil keliling sebanyak 51%, diikuti teman/orangtua/saudara sebanyak 46% dan TV sebanyak 44%.

Hasil analisis terhadap kepentingan atribut-atribut roti diperoleh hasil bahwa ada 12 atribut utama yang menjadi pertimbangan responden dalam memilih produk roti, yaitu: baru-tidaknya roti (freshness), rasa roti, informasi produk (waktu kadaluarsa, bahan-bahan yang digunakan), tanpa bahan pengawet, kelembutan roti, keempukan roti, higienis, terdaftar di Departemen Kesehatan, ketersediaan jenis dan rasa yang diinginkan, tahan lama rotinya, terbuat dari bahan yang berkualitas dan kemudahan memperoleh.

Persepsi responden terhadap atribut Sari Roti yang paling menonjol adalah faktor keamanan produk. Sari Roti diinterpretasikan sangat terdaftar oleh responden. Sedangkan 12 atribut lainnya diinterpretasikan sebagai produk yang halal, informasi produknya lengkap, higienis, mudah diperoleh, enak rasa rotinya, empuk rotinya, lembut rotinya, tanpa bahan pengawet, tahan lama rotinya, proses produksi modem, terbuat dari bahan yang berkualitas dan merek terkenal. Untuk harga, aroma, iklan, kemasan, banyaknya pilihan rasa, banyaknya jenis roti, barn tidaknya roti, bentuk roti diinterpretasikan sebagai biasa saja. Dan untuk persepsi yang terburnk adalah ketersediaan jenis dan rasa yang diinginkan yang dipersepsikan sebagai tidak tersedia.

Perilaku konsumen Sari Roti dalam mengkonsumsi roti dapat dijelaskan sebagai berikut: jenis yat1g paling sering dikonsumsi oleh responden adalah roti isi (53%) dan roti tawar (39%), tempat yang paling sering dikunjungi oleh responden untuk membeli roti adalah Boutique roti (38%), gerobak/mobiVmotor keliling (33%), dan supermarket/minimarket/ hypermarket (25%). 38% responden loyal dan 62% tidak loyal. Jika jenis dan merek roti tidak tersedia, 41% menjawab bahwa mereka tetap membeli di tempat yang sama dengan merek yang lain tetapi dengan rasa dan jenis yang diinginkan, 34% tetap membeli di tempat tersebut dengan merek yang sama tetapi dengan rasa!jenis yang berbeda, 15% mejawab tidak jadi membeli dan 9% menjawab pergi ke tempat lain yang menjual jenis, rasa dan merek yang sama. Yang paling sering membeli adalah responden sendiri (63%), diikuti dengan orang tua (30%). Sumber informasi yang paling dipercaya tentang roti sebagian besar bersifat word of mouth yaitu keluarga (45%), ternan (18%) dan penjual roti (14%). Dari penelitian diketahui bahwa 28% responden yang terlibat dalam peneltian ini menggangap kenaikan harga yang terjadi pada produk Sari Roti (10%-20%) terlalu mahal sehingga mereka mencari merek roti lain yang lebih murah.

Masukan yang dapat diberikan pada pihak manajemen adalah pihak manajemen harus memperhatikan pengaruh dari word of mouth yang dapat meningkatkan dan juga dapat menurunkan volume penjualan dan juga perlu dilakukan berbagai kegiatan promosi untuk memperoleh awareness konsumen serta mempertahankan citra yang telah terbentuk. Sebaiknya pihak Sari Roti membuat suatu boutique roti dengan mencari tempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh konsumen. Sistem inventori yang ada juga harus diperbaiki sehingga roti selalu tersedia.

Hasil peneiitian yang diperoleh tidak terlepas dari limitasi penelitian seperti jumlah sampel yang hanya betjumlah 100 responden. Metode Convinence sampling serta periode waktu penelitian yang hanya dimulai dari Januari- Maret 2003 karena perilaku konsumen dari masa ke masa dapat mengalami perubahan.

Saran terhadap manajemen adalah pihak manajemen harus memperhatikan faktor rasa, kemudahan memperoleh dan harga, yang merupakan alasan konsumen loyal. Manajemen harus melakukan perhitungan ulang dengan kenaikan yang terjadi dan sedapat mungkin menurunkan harga yang terlalu tinggi sehingga dapat menarik kembali konsumen yang sudah berpindah ke merek lain.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kotler, Philip
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2006
658.827 KOT b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurman Sumantri
Abstrak :
ABSTRAK


Dewasa ini handphone sebagai salah satu piranti telekomunikasi telah berubah fungsi bukan saja sebagai alat untuk berkomunikasi, handphone juga bisa berfungsi sebagai ternan pendamping para penggunanya dalam melakukan kegiatan sehari-hari Semakin ketatnya diferensiasi produk dalam industri handphone dewasa ini telah mengarah kepada trend penggabungan aspek multimedia ke dalam fungsi handphone yang telah ada pada saat ini. Selain itu perlu adanya suatu brand/merek yang berisikan image dan asosiasi positif yang dapat membantu kinerja dari tiap kualitas dan performa produk yang ditawarkan ke dalam pasar, sehingga produk yang akan dan atau sudah ditawarkan kepada pasar dapat memiliki faktor pembeda dengan produk yang ditawarkan oleh pemain lain, meskipun secara fisik jenis, kualitas dan kemampuan produk yang ditawarkan sama.

Untuk menjawab keadaan pasar di atas, Sony dan Ericsson sebagai dua perusahaan besar dunia yang telah cukup lama berada di dalam industri handphone, sejak tanggal 1 Oktober 2001 bergabung untuk menyatukan dua kekuatannya kedalam satu buah perusahan di bawah satu merek yang sama yaitu Sony Ericsson. Alasan lain yang melatarbelakangi penggabungan di atas, dikarenakan semakin merosotnya image dan asosiasi positif serta dimensi kemampuan produk dari kedua merek Sony dan Ericsson dalam persaingan di industri handphone.

Dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun setelah proses penggabungan, temyata bukan terjadi penambahan baik dalam image dan asosiasi positif dalam merek meskipun secara kualitas produk dan kemampuan sudah terlihat mengalami peningkatan secara signifikan, melainkan merosotnya peringkat merek Sony Ericsson yang berasal dari posisi ke 3 menjadi berada pada posisi ke 4 berurutan dibawah Nokia, Siemen dan Motorola.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kemudian dilakukan penelitian untuk melihat keadaan bagaimana sebenamya brand awareness dan brand image, brand associations yang terdapat pada merek Sony Ericsson serta faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam memilih jenis handphone.

Desain penelitian berbentuk penelitian kuantitatif, dengan objek penelitian dan unit analisis adalah tentang persepsi konsumen tentang brand awareness, brand image, brand associations terhadap co-branding Sony Ericsson saat ini jika dibandingkan dengan kedua merek Sony dan Ericsson sebelum bergabung, serta faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan konsumen dalam memilih jenis handphone. Dalam pemilihan responden digunakan metode non probability sampling dan convinience sampling.

Penelitian dilakukan dengan melibatkan 120 responden pengguna handphone baik user/non user merek Sony Ericsson yang masing-masing diberikan pertanyaan dalam bentuk brand awareness, brand association apa yang melekat pada Sony Ericsson, dan tingkat pengetahuan konsumen terhadap co-branding Sony Ericsson.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan;

Pertama bahwa walaupun tingkat awareness terhadap Sony Ericsson tidaklah buruk, namun Sony Ericsson hanya menduduki urutan kedua (unaided awareness) setelah Nokia yang menempati top of mind pada konsumen pengguna handphone. Hal ini disebabkan karena sudah semakin dekat dan kuatnya hubungan yang dijalin oleh Nokia dengan konsumen pengguna handphone melalui produk-produk yang menarik dan memiliki user friendly terhadap pemakainya.

Kedua, dari 11 (sebelas) asosiasi yang dikaitkan dengan Sony Ericsson, terdapat 3 (tiga) asosiasi kuat yang menempel pada merek Sony Ericsson, yaitu: Gabungan Dua Perusahaan Besar Dunia, Nama Besar dan Teknologi Ericsson dan Multimediaphone.

Ketiga, asosiasi-asosiasi di atas telah menjadi salah satu faktor penentu dalam pertimbangan konsumen untuk memilih jenis dan handphone yang akan digunakan (dimiliki), selain karakteristik kualitas dan kemampuan dari tiap jenis handphone yang dikeluarkan oleh Sony Ericsson. Konsumen sudah cukup terpuaskan atas kinerja dan performa Sony Ericsson sampai dengan saat ini, terbukti dengan adanya nilai pembobotan yang berada di interval "agak puas" cenderung mengarah ke statement "puas".

Keempat, image yang melekat pada merek Sony Ericsson saat ini adalah: merek Sony Ericsson lebih menjanjikan, merek Sony Ericsson memiliki faktor pembeda dengan merek lain, dan merek Sony Ericsson memiliki personalitas tertentu.

Kelima, meskipun sempat mengalami penurunan dari kesuluruhan aspek merek, saat ini image dan asosiasi positif Sony Ericsson telah bertambah baik dibandingkan dengan saat kedua perusahaan tersebut sebelum waktu penggabungan pada tanggal 1 Oktober 2001.

Dari keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa Sony Ericsson telah melakukan peningkatan baik dari aspek brand management dan aspek inovasi produknya, hal ini bisa dijadikan sebagai salah satu indikator dalam penerapan strategi perusahaan pada saat yang akan datang guna mencapai goals perusahan sebagai pemain nomor satu pada industri "multimedia bergerak" dalam kurun waktu 5 tahun mendatang.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Ichsan Syafrizal
Abstrak :
Sour Sally opening has marked the trend of frozen yogurt started in May 2008. In November 2009, Yogu Buzz by Sour Sally introduced. It is an initiation to reach a new segment, the middle to lower segment by its price scheme that lower than Sour Sally. The objective of the research is to find consumers evaluation of both Sour Sally and Yogu Buzz and how Yogu Buzz affect Sour Sally as its parent brand. The analysis employed compare means, one-way ANOVA, and Paired samples t-test. Main issues Yogu Buzz has are the lack of outlet and low awareness. It is suggested that Yogu Buzz need to expand its outlets and branching out towards outer Jakarta areas can increase Yogu Buzz's visibility. Another concern is Yogu Buzz needs to set effective marketing communication. Related to its effect on Sour Sally, Yogu Buzz viewed as different brand that did not hurt the image of Sour Sally.
Hadirnya Sour Sally di Jakarta pada Mei 2008 menjadi awal trend frozen yogurt. Pada November 2009, Sour Sally meluncurkan Yogu Buzz untuk merambah segmen baru yaitu segmen menengah ke bawah, dengan skema harga yang lebih murah dibanding Sour Sally. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi konsumen terhadap Sour Sally dan Yogu Buzz serta bagaimana Yogu Buzz mempengaruhi Sour Sally sebagai parent brand. Analisis data menggunakan compare means, one-way ANOVA, dan paired samples t-test. Isu utama yang dihadapi Yogu Buzz adalah masih kurangnya gerai dan rendahnya awareness terhadapnya. Maka dianjurkan bahwa Yogu Buzz harus melakukan ekspansi gerai dan memulai di area luar Jakarta yang dapat meningkatkan visibility Yogu Buzz sendiri. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Yogu Buzz perlu mendesain program komunikasi marketing yang lebih efektif. Terkait dengan dampaknya terhadap Sour Sally, Yogu Buzz dinilai sebagai merek yang berbeda dan tidak mengganggu image Sour Sally.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28221
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mirrah Ariandini Tedja
Abstrak :
[ABSTRAK
Dynamic Capabilities Theory (DC) merupakan teori yang menjelaskan untuk mendapatkan keunggulan daya saing, perusahaan tidak hanya dengan memiliki sumber daya yang istimewa, melainkan harus disadari dengan kemampuan perusahaan dalam mengintegrasi dan menggunakan sumber daya tersebut. Salah satu kemampuan dalam Dynamic Capabilities Theorya dalah kemampuan pemasaran. Penelitian ini membahas pengaruh kemampuan pemasaran yang dilakukan pada dVisi sepeda motor PT. Suzuki IndoMobil Motor yang terdiri dari kemampuan market sensing, kemampuan customer relationship management (CRM), dan kemampuan brand management terhadap kinerja pengembangan produk baru (NPD). Dengan bantuan analisis structural equation modeling (SEM) didapatkan hasil bahwa market sensing tidak memiliki hubungan langsung yang signifikan, sedangkan kemampuan CRM dan kemampuan brand management memiliki hubungan langsung yang signifikan, selain itu kemampuan market sensing juga memoderasi CRM dan brand management terhadap kinerja pengembangan produk baru dan didapatkan hasil signifikan, dan hubungan moderasi CRM terhadap hubungan brand management terhadap kinerja pengembangan produk baru dan didapatkan hasil signifikan. Dengan demikian, Suzuki diharapkan meningkatkan kemampuan pemasarannya agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan dalam mengembangkan produk baru demi kelangsungan bisnis kedepannya.
ABSTRACT
Dynamic Capabilities Theory (DC) is a development of resource based view (RBV) theory. Although having excellent human resource may help getting significant profit and competitive advantage, a company has to understand how to integrate and empower the resource well. One of capabilities based on Dynamic Capabilities Theory is marketing capabilities. This research aimed to determine marketing capabilities on motorcycle division at PT Suzuki Indomobil Motor. This research consists of market sensing capability, customer relationship management (CRM) capability and brand management capability on performance of new product development. Analysis using structural equation modeling represent that market sensing has no significant and direct relationship to the performance of new product development, while CRM and brand management capability has significant and direct relationship to the performance of new product development, besides market sensing capability moderates relationship between CRM and brand management to performance of new product development with significant value, moderation of CRM to brand management relationship to performance of new product development has significant value. According to the result of study, Suzuki is expected to increase the company performance in developing new product by increasing marketing capabilities for future business continuity., Dynamic Capabilities Theory (DC) is a development of resource based view (RBV) theory. Although having excellent human resource may help getting significant profit and competitive advantage, a company has to understand how to integrate and empower the resource well. One of capabilities based on Dynamic Capabilities Theory is marketing capabilities. This research aimed to determine marketing capabilities on motorcycle division at PT Suzuki Indomobil Motor. This research consists of market sensing capability, customer relationship management (CRM) capability and brand management capability on performance of new product development. Analysis using structural equation modeling represent that market sensing has no significant and direct relationship to the performance of new product development, while CRM and brand management capability has significant and direct relationship to the performance of new product development, besides market sensing capability moderates relationship between CRM and brand management to performance of new product development with significant value, moderation of CRM to brand management relationship to performance of new product development has significant value. According to the result of study, Suzuki is expected to increase the company performance in developing new product by increasing marketing capabilities for future business continuity.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedung, Tilde
London: Routledge, Taylor & Francis Group, 2010
658.827 HED b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Andre Oloan R.
Abstrak :
Brand atau merek merupakan sebuah kata yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Merek adalah merupakan identitas sebuah produk yang notabene dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam kehidupan di kota-kota besar, merek bahkan seringkati sudah bertransformasi sebagi sebuah simbol kemapanan, kemewahan, bahkan status sosial yang membedakan seseorang atau ketompok. Dari semua produk yang ada di pasaran, tidak semua produk bisa dikatakan memiliki merek. Sebuah produk baru dapat dikatakan memiliki sebuah merek jika produk tersebut mempunyai persepsi khusus di benak konsumen yang disebut dengan manfaat fungsional dan emosional. The Brandmindset adalah salah satu cara yang dapat digunakan sebagai sebuah kerangka berpikir untuk mengembangkan sebuah strategi pengelolaan merek yang tepat untuk memberikan manfaat emosional dan fungsional bagi konsumennya. Konsep ini mempunyai lima variabel sebagai proses kerja, yaitu Brand Assessment, Brand promise, Brand Blueprint, Brand Culturalization, dan Brand Advantage. Kelima variabel yang merupakan proses kerja dari kerangka berpikir The Brandmindset ini mempunyai keterkaitan sinergis antara satu dengan yang lain, dimana untuk itu dibutuhkan pemahaman yang bersifat komprehensif menyangkut konsep ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan model analisa data tematik guna melihat dan mengevaluasi strategi serta implikasi dari manajemen pengelolaan merek pada harian Republika. Data dari penelitian ini diperoleh dari dua macam sumber. Yang pertama adalah informan penelitian sebagai sumber data primer, serta brosur company profile harian Republika sebagai sumber data sekunder. Sedangkan sebagai informan penelitian yaitu Bapak Radityo Gambiro dan Bapak Daniel Dhakidae masing-masing sebagai Direktur Utama dan Corporate Secretary dari PT. Abdi Bangsa Tbk. Temuan-temuan yang bisa diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah seluruh kebijakan dan implikasi dari harian Republika di dalam mengelola manajemen mereknya. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi prinsip-prinsip merek, budaya merek, janji-janji merek, kajian pasar, strategi persaingan, diferensiasi, dan aliansi. Sedangkan implikasi yang ditemukan antara lain berupa analisa tinjauan pasar, visi dan misi harian Republika, grafis atau lay out, nama merek, logo merek, Byline, Tag Line, serta aliansi-aliansi strategis merek. Kebijakan-kebijakan serta implikasi-implikasi tersebut yang akan dievaluasi oleh peneliti sebagai sebuah hasil kesimpulan dan rekomendasi dalam penelitian ini.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14281
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>