Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sodikin
"Penilitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui variabel faktor intrinsik yang dimiliki oleh kaum pria metroseksual di Jakarta yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif (impulsive buying behavior) yang mereka lakukan. Faktor-faktor intrinsik tersebut adalah kepribadian (personality), budaya (culture), materialisme (materialism), shopping enjoyment tendency, dan impulsive buying tendency. Penelitian ini menggunakan metode analisis data yaitu distribusi frekuensi, uji relibilitas, analisis faktor, dan analisis pengaruh/regresi. Pengolahan seluruh data menggunakan alat bantu yaitu IBM SPSS Statistics 20. Hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini ternyata dari lima dimensi kepribadian, hanya dua dimensi yaitu extraversion dan openness yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif kaum pria metroseksual di Jakarta dalam berbelanja produk fashion. Perilaku pembelian impulsif para kaum ini pun dipengaruhi positif dan signifikan oleh variabel shopping enjoyment tendency dan implsive buying tendency. Saran dari penelitian ini adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang fashion harus memperhatikan faktor-faktor intrinsik yang telah disebutkan di atas dalam melakukan strategi bisnisnya. Hal ini akan berdampak positif bagi perusahaan karena kaum pria metroseksual termasuk target pasar yang potensial.

The research was conducted to find out which variables as intrinsic factors of metrosexual men in Jakarta have a positive impact and significant impact on impulsive buying behavior that they did. Intrinsic factors include personality, culture, materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. Data analysis methods used were frequency distribution, reliability test, factor analysis, and regression analysis. This research used IBM SPSS Statistics 20 as a research tool. This Research found the results that there are two variables of personality which are extraversion and openness positively affecting on impulsive buying behavior that metrosexual men did on shopping fashion items. In addition, impulsive buying behavior is positively influenced by materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. This research recommends that every fashion organization or firms have to give more attention on intrinsic factors above in decision making that related with business strategies. That will positively affect a sales growth because metrosexual men are the potential targets.;The research was conducted to find out which variables as intrinsic factors of metrosexual men in Jakarta have a positive impact and significant impact on impulsive buying behavior that they did. Intrinsic factors include personality, culture, materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. Data analysis methods used were frequency distribution, reliability test, factor analysis, and regression analysis. This research used IBM SPSS Statistics 20 as a research tool. This Research found the results that there are two variables of personality which are extraversion and openness positively affecting on impulsive buying behavior that metrosexual men did on shopping fashion items. In addition, impulsive buying behavior is positively influenced by materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. This research recommends that every fashion organization or firms have to give more attention on intrinsic factors above in decision making that related with business strategies. That will positively affect a sales growth because metrosexual men are the potential targets."
2015
S60008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Pangestu
"Live streaming telah menjadi salah satu strategi pemasaran yang populer digunakan oleh para pemasar untuk memperkenalkan produk kepada konsumen secara real-time. Para pemasar aktif mengeksplorasi faktor-faktor eksternal yang dapat merangsang intensitas pembelian, terutama dalam konteks perilaku pembelian impulsif di kalangan konsumen. Meskipun penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi intensitas pembelian, belum banyak penelitian yang mengeksplorasi penggabungan stimulus eksternal psikologis dengan strategi pemasaran berkelanjutan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan tersebut dengan menyelidiki munculnya intensitas yang dihasilkan dari stimulus eksternal psikologis dan strategi pemasaran berkelanjutan sebagai faktor eksternal. Dengan menggunakan kerangka kerja Stimulus-Organisme-Respons (SOR), penelitian ini mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor eksternal seperti Demand, Interactivity, E-commerce anchor attributes, Playfulness, Perceived scarcity, Immersion dan Convenience, yang kemudian mempengaruhi perceived enjoyment serta involvement dalam perilaku pembelian impulsif dalam lanskap e-commerce di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 393 responden yang telah mengalami dan menikmati fitur belanja live streaming dan melakukan pembelian di platform e-commerce. Analisis dilakukan menggunakan SmartPLS 4.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Atribut E-commerce, Kesenangan, Persepsi kelangkaan, Imersi, dan Kenyamanan berpengaruh positif terhadap kenikmatan yang dirasakan dan interaktivitas, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Namun, Permintaan dan Kenyamanan tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang perilaku konsumen dalam lanskap ecommerce yang berkembang, serta peran host live streaming dalam mempengaruhi keputusan pembelian, dan untuk mengatasi kesenjangan penelitian sebelumnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor eksternal dan hubungan mereka.

Live streaming features have become a popular marketing strategy used by marketers to introduce their products in real time. Marketers are actively exploring external factors that may induce purchase intensity, particularly in the context of impulsive buying behavior among consumers. Previous studies have identified several isolated external factors that are examined further and seen to have an influence on increasing purchase intensity. However, none have proposed a combination that would allow for the examination of psychological external stimuli with the addition of sustainability marketing strategies. This study aims to fill this gap by exploring the emergence of intensity using psychological external stimuli and sustainability marketing strategies as external factors. Utilizing the Stimulus Organism Response (SOR) framework, this research explores how external factors such as Demand, Interactivity, Ecommerce Anchor Attributes, Playfulness, Perceived Scarcity, Immersion, and Convenience influence perceived enjoyment and involvement in impulsive buying behavior in e-commerce in Indonesia. A total of 393 respondents who have experienced and enjoyed live streaming shopping features and made purchases on one e-commerce platform were used. Analysis was conducted using SmartPLS 4.0. The results show that E-commerce Anchor Attributes, Playfulness, Perceived Scarcity, Immersion, and Convenience have a positive influence on perceived enjoyment and interactivity, which in turn positively affect impulsive buying behavior. However, one variable of demand and both convenience variables were found to have no positive influence. This study aims to provide a deeper understanding of consumer behavior in the evolving e-commerce context, as well as the role of live streaming hosts in directing purchase decisions, and fills a gap in previous research that only used one external factor and placed only one organism relationship."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Ardiningrum
"Perkembangan teknologi di Indonesia tengah mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu kemajuan teknologi yang sedang marak adalah munculnya situs atau aplikasi jual beli. Kemunculan ini mampu membuat masyarakat dengan mudah berbelanja maupun berjualan hanya dengan mengakses situs ataupun aplikasi jual beli melalui perangkat pintar. Namun, kemudahan yang didapatkan juga memiliki sisi negatif, yaitu dapat menyebabkan masyarakat cenderung berperilaku impulsif saat berbelanja. Konsumen yang memiliki perilaku ini membeli suatu barang atau jasa dengan spontan tanpa pertimbangan. Perilaku online impulsive buying dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor intrinsik konsumen. Selain itu, individu yang cenderung berperilaku impulsif saat berbelanja umumnya berusia 18 sampai dengan 39 tahun, yang mana termasuk dalam fase dewasa awal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor intrinsik yang dapat memengaruhi perilaku pembelian impulsif pada individu yang telah memasuki usia dewasa awal. Pengambilan sampel dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa FMIPA UI menggunakan metode purposive sampling dan terdapat 396 sampel berdasarkan the 10-times rule. Peneliti menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dan Multi-Group Analysis Partial Least Square (MGA-PLS) dalam penyelesaian masalah penelitian, serta bootstrap untuk mengevaluasi inner model. Hasil penelitian menunjukkan kepribadian neuroticism, materialism, shopping enjoymet tendency, dan impusive buying tendency berpengaruh secara signifikan terhadap online impulsive buying behavior. Selain itu, tidak terdapat perbedaan pengaruh diantara setiap kategori dalam variabel demografi jenis kelamin, domisili, dan pendapatan mahasiswa.

Technological developments in Indonesia are currently experiencing rapid progress. One of the technological advances that is currently popular in Indonesia is the emergence of buying and selling sites or applications. This emergence makes it easier for people to shop or sell by simply accessing buying and selling sites or applications through smart phone. However, this convenience also has a negative side, which can cause people tend to behave impulsively when shopping. Consumers who have this behavior buy an item or service spontaneously without consideration. Online impulsive buying behavior can be affected by various factors, one of which is the consumer's intrinsic factor, that is big five personality traits, culture, materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. Individuals who tend to behave impulsively when shopping are usually aged 18 to 39 years, which is in the early adult phase. Therefore, this study will examine further about the intrinsic factors that can influence impulsive buying behavior in individuals who have entered early adulthood. Sampling was carried out at the Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia by distributing questionnaires to students who fit the required criteria using a purposive sampling method and there are 396 samples whose number is determined by the 10-times rule. Researchers use Partial Least Square and Multi-Group Analysis methods to solve this research problem, and bootstrap to evaluate the inner model. The results showed that the personality of neuroticism, materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency had a significant effect on online impulsive buying behavior. There is no difference in the influence between each category in the demographic variables of gender, domicile, and student income."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Pitaloka
"ABSTRAK
Tepung tapioka adalah salah satu contoh produk olahan pertanian yang memiliki
kontribusi yang besar dalam barang-barang consumers seperti roti, biskuit, makanan
ringan (snack), míe instant, dan industri chips. Selain ¡tu kontribusinya juga dibutuhkan
oleh oleh non-food indusiries seperti plywood, kertas, tekstil, dan industri pakan.
PT. Advindo Gitasejahtera adalah produsen tepung tapioka jemur yang
melakukan distribusi sendiri di Jakarta, dalam memasarkan tepung di Jakarta, digunakan
sistem pemasaran Iangsung. Untuk mengetahui tingkat efektifitas sistim ini diperlukan
analisa strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan selama ini, sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat dalam memilih alternatif strategi agar perusahaan dapat survive.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah 1).
Menganalisa kondisi internal dan eksternal perusahaan, untuk mengctahui alternatif
strategi yang dapat menguntungkan perusahaan, 2). Mengetahui posisi perusahaan saat
¡ni sehingga dapat diketahui tindakan strategis yang seharusnya dilakukan perusahaan,
dan 3). Membuat Strategi pemasaran yang terbaik untuk perusahaan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan penelitian, maka penulis melakukan
beberapa cara dalam mengumpulkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
menganalisa permasalahan yang dihadapi. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
Setelah dilakukan analisa system pemasaran Iangsung yang dilakukan oleh PT
Advindo Gitasejahtera, maka didapat beberapa hasil penelitian yang ditemukan adalah
perusahaan telah melakukan segmentasi pasar dengan balk yaitu berdasarkan faktor
geografi, demografi, dan prilaku pembelian. Berdasarkan faktor demografi dipilih daerah
Jakarta, Bogor. Tanggerang, dan Bekasi.
Berdasarkan faktor demografi dipilih perusahaan yang sehat, jumlah karyawan
minimal 100 Orang, dan kebutuhan tapioka minimal 5 ton/bulan. Sedangkan berdasarkan
perilaku pembelian. tiap-tiap segmen pasar (tepung bumbu, basio, kerupuk, mie, dan
wafer) mempunyal karakteristik sendiri terutama dalam hal pengambilan keputusan,
kebutuhan tepung baik itu dalam hal kualitas dan kuantitas.
Strategi target pasar yang dilakukan pada tiap-tiap segmen berbeda sesuai
dengan kebutuhan dan masing-masing segmen. Produk yang menuntut kualitas baik,
seperti tepung bumbu, baso ¡kan, kerupuk mutu 1, dan mie instant alcan membutuhkan
jenis tepung kelas 1.
Untuk produk makanan dengan harga yang cukup ekonomis namun mutunya
lebih rendah sedikit, seperti baso sapi, wafer, kerupuk mutu 2, dan mie instant akan
membutuhkan tepung kelas IL Sedangkan tepung kelas III ditujukan untuk makanan
yang tidak terlalu membutuhkan kandungan pali terlalu tinggi seperti kerupuk asinan dan
baso. Dengan melihat perbedaan konsumsi pada tiap-tiap segmen maka perusahaan telah
melakukan diversifikasi pada beberapa segmen pasar dengan produk yang berbeda pada
tiap segmen. Dalam melakukan penawaran, PT Advindo telah melakukan prosedur
penawaran dengan baik.
Dari hasil analisa industri tepung tapioka menggunakan matrix EFE, matrix WE,
dan matrix profil persaingan, maka didapat hasil perhitungan untuk matrix EFE adalah
3.10 , hasi; matrix EFE adalah 2.65, hasil matrix CPM adalah 1.40. Dari hasil matrix IE,
didapat posisi perusahaan (3.1 ;2.65) pada saat ini berada pada masa pertumbuhan dan
perkembangan schingga strategi yang sebaiknya adalah strategi intensif untuk
meningkatkan kekuatan internal perusahaan dengan melakukan perbaikan / improvement
produk dan jasa pada saat ini.
Berdasarkan hasil TOWS matrix dihasilkan beberapa strategi yang perlu
dilakukan Perusahaan adalah strategi WO dan WT. Strategi WO, yaitu 1). Memperkuat
sistim Direct Marketing dalam hal database pemasaran dan 2). Menyempurnakan sistim
distribusi fisik, terutama dalam hal transportasi. Strategi WT, yaltu 1). Mencari investor
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tepung tapioka, 2). Memasarkan tepung
melalul perantara atau distributor, dan 3). Memasang internet untuk kebutuhan informasi
dan kelancaran pemasaran tepung.
Sedangkan strategi yang tetap dipertahankan adakah strategi SO, yaltu 1).
Melakukan penjualan tepung path segmen pasar domestik yang memenuhi kapasitas dan
kualitas tepung SR, dan 2). Meningkatkan barga tepung SR mengikuti tren pasar tepung
saat ini. Kern udian strategi ST, yaltu: 1). Melakukan penyesuaìan kebijakan pembayaran
kredit, dan 2). Meningkatkan pelayanan pelanggan sehingga mereka tetap setia
menggunakan tepung SR
"
2001
T5927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Durianto
"Dalam kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia terlihat peningkatan kegiatan investasi yang pesat, khususnya di Jakarta sebagai kota metropolitan, tempat berpusatnya seluruh sektor usaha negara kita. Sejalan, dengan pertumbuhan investasi, jumlah tenaga asing yang masukpun meningkat pula. Untuk itu, dibutuhkan penyediaan sarana tempat hunian yang berkualitas internasional dan berlokasi stratejik. Dan apartemen sebagai salah satu produk real estate berbentuk bangunan yang meliputi sejumlah unit hunian, yang ditempati berbagai penghuni yang berbeda dengan membayar sejurnlah sewa kepada pemiliknya, merupakan suatu alternatif pilihan utama.
Hal tersebut menyebabkan bisnis apartemen menjanjikan prospek yang menguntungkan di mata para pengusaha. Dan sebagaimana umumnya terjadi, rnerebaknya suatu peluang usaha selain menjanjikan prospek, juga menimbulkan permasalahan seperti makin intensifnya persaingan.
Situasi bisnis apartemen dewasa ini ditandai pertumbuhan sekitar 35.4 % pertahun dari 1985 hingga sekarang, dengan jumlah 22 apartemen di Jakarta yang beroperasi dengan tirigkat hunian rata?rata 97 % . Potensi permintaan, tahun mendatang diperkirakan akan meningkat sekitar 25 % pertahun hingga mencapaj 3750 unit pada tahun 1995. Akan tetapi penawaranpun melonjak tajam, sehingga diperkirakan pada akhir tahun 1995 akan tersedia sekitar 5400 unit apartemen. Efek yang mungkin terjadi adalah menurunnya tingkat hunian rata?rata hingga 70 % pada tahun itu.
Dengan meggunakan analisis sensitivitas variabel tingkat hunian, tenlihat bahwa investasi apartemen seharusnya memiliki tingkat hunian minimum 70% dengan pay-back period 10,2 tahun Tujuan pemasaranpun tidak terlepas dari aspek di atas, dengan target tingkat hunian serta pay?back period tersebut.
Untuk mencapai tujuan pemasaran tersebut, pelaku bisnis perlu melancarkan strategi pemasaran yang terpadu, yang memperhatikan karakteristik pemasaran dan apartemen yang berkaitan erat dengan jenis produknya yakni jasa penyewaan hunian. Strategi pemasaran dapat dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan memposisikan produk untuk menjangkau target pasar yang telah ditentukannya. Dari hasil analisis, ternyata segmen pasar potensiaInya adalah kelas menengah tenaga kerja asing ( 50 % ). Oleh karenanya mempopulerkan apartemen sebagai produk tempat hunian yang sesuai dan nyaman -- praktis, terjangkau harganya, berkualitas standar, dekat ke lokasi kerja, plus fasilitas tambahan --, adalah bentuk upaya memposisikan produk tersebut.
Mengingat banyaknya pelaku dalam bisnis apartemen ini maka dalam hal strateji bersaing, pemimpin pasar apartemen -- khususnya yang melayani kelas atas -- harus mengambil tindakan pro-active, menghadapi bertambahnya pesaing. Baik itu dilakukan dengan pengembangan produk, maupun dengan pengembangan, strateji pemasarannya, baik melalui faktor harga maupun non harga. Para pelaku yang bermain di pasar apartemen kelas menengah ke bawah, umumnya adalah pengikut pasar, yang merupakan price?taker, yang bergantung pada kondisi di pasaran.
Secara umum, pengikut pasar dapat memainkan strateji non harga, seperti melalul Fokus pada kelas tertentu, sebagai contoh : tenaga kerja menengah Jepang yang lajang, tenaga asing sektor perminyakan, bahkan manajer Indonesia yang termasuk kelas menengah ( sebagai pengikut trend gaya hidup praktis, peminat awal lnvestasj ). Untuk memenangkan persaingan, mereka perlu rnerencanakan dan menerapkan strateji pemasaran yang tepat.
Produk yang ditawarkan sebaiknya lebih asri dan nyaman serta aman, berlokasi tak jauh dari pusat bisnis. Lokasi lapis kedua seperti Kebayoran, perbatasan Jakarta ? bekasi, Kemang adalah beberapa contoh yang sesuai. Bagikelas menengah, aspek harga dan lokasi memegang peran cukup penting.
Penetapan harga sebaìknya mengikuti pasaran khususnya bagi apartemen kelas menengah. Untuk kelas tersebut, variasi tarif sewa yang dapat diperoleh umumnya berkisar dan $ 1,500 hirigga $ 3,000 per-unit. Melengkapi tarif sewa, juga dikenakan service charge ( sekitar $ 1.5 hingga $ 5 per?m2 ), yang dapat dikenakan secara optional bagi fasilitas tambahan tertentu. Segi lain yang muncul adalah potongan harga yang mengikuti pola lama penyewaan lebih dari setahun ( sekitar 7.5 % per tahun, umumnya dua tahun ).
Penggunaan agen pemasaran ( dengan fee 3 % - 5 % dan nilai sewa ) dapat mengefektifkan distribusi, komunikasi, serta manajemen penjualannya. Mengenai komunikasi, agaknya brosur dan íklan memegarig peran terpenting, selain cara promosi mulut ke mulut. Secara umum, target sasaran komunikasi adalah calon pelanggan potensial, walaupun kadangkala mula?mula perlu ditujukan pada perusahaan atau industri tertentu, dengan anggaran maksimum sebesar sebulan sewa semua lantai apartemen. Dalam hal distribusi, setelah perusahaan berjalan sebaiknya memelihara data base yang berisi seluruh informasi pelanggan, dan perusahaan potensial. Armada manajemen penjualan internal juga akan mendukung kesuksesan pemasaran, melalul kerjasama dengan semua pihak yang terkait.
Dalarn mengembangkan produk apartemen menengah, para pelaku pasar -- khususnya investor baru -- sebaiknya memanfaatkan ceruk pasar khususriya daÌam hal : produk, lokasi, fasilitas, lingkungan, atau kualitas. Untuk kelas atas, ada trend menguatnya peran apartemen jasa (perluasan kapasitas) dan posisl saingnya, sehingga investor baru dalam rnemperluas investasi sebaiknya hanya mengikuti pemimpin pasar. Sesungguhnya, porsi segmen ataspun makin terbatas, sekitar 5.
Akhirnya, bisnis apartemen sendiri memang menjanjikan prospek baik, tetapi di lain pihak termasuk usaha padat modal dan bersifat jangka panjang, sehingga resikonyapun tidak kecil. Berbondongnya minat pendatang baru masuk ke bidang ini, sebaiknya diimbangi perhitungan matang, perencanaan lengkap, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Pemilihan waktu dan skala investasi apartemen yang direncanakan tersebut harus tepat, disesuaikan derigan siklus usahanya dan kondisi makro ekonomi Indonesia , seperti halnya : dana yang tersedia dan iklim PHA. Dengan demikian, kesuksesannya akan lebih terjamin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wellyanto Herry Kuswantono
"ABSTRAK
Karya akhir yang berjudul Peningkatan Pangsa Pasar Melalui Strategi Pemasaran Komponen Bangunan: Studi Kasus Pada PT Bakrie Building Industries, Jakarta dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
Pada akhir tahun 1971 James Hardie, investor dan Australia, bersama dengan investor dalam negeri, yaitu Tandiono Manoe dan Santoso Harsokusumo, mengambil alih PT Kriya Jaya, suatu perusahaan asbes semen milik pemerintah Daerah DKI yang terletak di Kebayoran Lama, dan kemudian mengubah namanya menjadi PT Hartlex Asbes Semen (HAS). Selanjutnya, pada tahun 1973 investor yang sama mendirikan pabrik asbes semen di Jalan Daan Mogot, Tangerang dengan nama PT James Hardie Indonesia (JHI). Pabrik ini mulai berproduksi pada tahun 1976. Pada akhir tahun 1984 pabrik dan karvawan dan RAS dipindahkan ke JHI.
Pada tanggal 30 November 1985 seluruh saham IHI dijual kepada PT Bakrie & Brothers (BB). Pada tanggal 7 Januari 1988 dilakukan perubahan nama perusahaan PT James Hardie Indonesia (JHI) menjadi PT Jaya Harfiex Indonesia (JHI). Pada tanggal 5 April 1991 nama perusahaan diubah menjadi PT Bakrie Building Industries (PT BBI), berdasarkan akta dan Notaris Muhani Salim, S.H., Nomor 24 tanggal 5 April 1991, dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Rl Nomor C2-2715 HT.01.04.Th.91 tanggal 3 Juil 1991.
PT BBI memproduksi berbagai jenis produk asbes semen dan arcon panel (architecture concrete panel). Produk asbes semen, adalah asbes gelombang besar dan kecil, asbes rata, sirap asbes, plafonarium, haiflex prima, septick tank-harflex, AC pipe (asbes cement pipe) untuk saluran air minum, drainase, saluran pengairan, saluran tambak udang, dan komponen bangunan lainnya.
Posisi terakhir permodalan perusahaan adalah sebanyak 21.677 lembar saham milik PT Bakrie & Brothers @ Rp 500.000,00 dengan total sebesar Rp 10.838.500.000,00. Kepengurusan perusahaan pada saat ini adalah sebagai berikut.
Direktur : Joseph W. Inkiriwang
Komisaris Utama : Hamizar Hamid
Komisaris : Rizal Irwan
Misi korporat yang pertama adalah penumbuhan dan pengembangan grup ke sektor pertanian, industri, dan informasi. Kedua adalah penyediaan lapangan kerja sebanyak 25.000 orang pada tahun 2000. Berkenaan dengan itu, misi PT BBI mendukung misi korporat, yakni pertama, menjadikan PT BBI sebagai Unit Usaha Strategis (SBU) untuk pengembangan building product. Kedua adalah memberikan kontribusi penyediaan lapangan pekerjaan sebanyak 200 orang.
Analisis terhadap Lingkungan Usaha PT BBI.
Usaha yang berpengaruh terhadap usaba PT BBI terbagi dua, yaitu lingkungan makro yang terdiri atas demografi, teknologi, ekonomi, pemerintah, politik dan sosial- budaya serta lingkungan mikro, yang meliputi publik, pesaing, pemasok, jaringan distribusi, dan pembeli.
Analisis internal PT BBI dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan kinerja perusahaan dengan memperlihatkan kekuatan (strength) dan prestasi atas pekerjaan yang telah dicapai. PT BBI telah melakukan analisis kekuatan (strengthness) dan analisis kelemahan (weakness) yang dicantumkan dalam rencana operasi (operadonal plan); sedangkan prestasi kerjanya antara lain, berupa proyek yang dicantumkan dalam laporan manajemen.
Analisis terhadap industri asbes semen. Di dalam industri asbes semen, PT BBI menduduki posisi ke dua dengan pangsa pasar sebesar 25 % setelah Djabesmen yang menduduki posisi pertama dengan pangsa pasar sebesar 50 %. Dalam industri ini ada empat perusahaan besar yaitu Djabesmen, Bakrie Building Industries, Etemit (resik, dan Atrisco. Kesemuanya itu bernaung dalam asosiasi asbes semen FICMA (Fibre Cement Manufacturer Association) Terhadap kondisi perusahaan perlu dilakukan analisis kekuatan (strengthnes), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peluang yang dapat diraih serta ancaman yang dapat dihindari atau diminimalisasi berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang ada dalam faktor produksi perusahaan.
Pemangsaan pasar dan target pasar. Langkah yang dilakukan meliputi pemangsaan pasar dengan cara memilah pasar menurut golongan pendapatan (lower, middle dan upper), besar bangunan (proyek dan perorangan), saluran distribusi (toko dan penyedia barang), pelaksana pembangunan (Perum Perumnas, developer dan Real Estate Indónesia) serta tujuan (lokal dan ekspor). Kemudian ditentukan target pasar, yaitu untuk produk ashes semen yang ditujukan kepada golongan kelas menengah kebawah (lower-middle), sedangkan arcon panel ditujukan kepada golongan kelas menengah keatas (middle-upper).
Dalam pemposisian produk, PT BBI akan mengarah kepada produk berkualitas tinggi (high-quality pro duct). Berdasarkan analisis-analisis di atas, PT BBI akan memilih Grand Strategy Concentric Diversification, maksudnya adalah perusahaan memfokuskan usahanya pada industri komponen bangunan dengan diversifikasi tidak hanya pada produk yang menggunakan bahan baku asbes semen, tetapi juga pada produk semen dan kayu (cement and wood base).
Program pemasaran yang dilakukan PT BBI adalah program penjualan produk, program rancang bangun dan rekayasa, program subkontrak, dan manajemen proyek.
Strategi fungsional bagi pemasaran produk adalah bauran pemasaran (marketing mix) yang meliputi strategi produk strategi saluran distribusi, promosi penjualan, strategi advertensi, dan strategi harga. Organisasi departemen pemasaran PT BBI masih belum mendukung operasional departemen tersebut karena beberapa kelemahan, antara lain, belum ada subbagian departemen yang menangani permintaan produk yang disenangi pelanggan, belum dilaksanakan riset pemasaran dan market intelligence. Adapun tugas yang telah dilaksanakan adalah melayani penjualan produk secara sistem.
Evaluasi dan pengendalian pemasaran dilakukan melalui pengendalian rencana tahunan (annual plan control), pengendalian profitabilitas (profitability control), pengendahan efisiensi (efficiency control), dan pengendalian strategis (strategic control). Upaya meningkatkan pangsa pasar yang perlu diperhatikan adalah keunggulan produk, harga yang relatif murah, pelayanan yang baik dan ketepatan"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucipto
"Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, pangsa pasar Garuda Indonesia di jalur Jakarta-Surabaya terus mengalami penurunan, tahun 1991 sebesar 86%, tahun 1992 menjadi 80% dan tahun 1993 merosot drastis menjadi 69%. Deregulasi dibidang jasa angkutan udara tahun 1980 tentang diijinkannya perusahaan penerbangan swasta nasional mengoperasikan pesawat jet dan melayani jalur gemuk Jakarta-Surabaya serta adanya pertumbuhan pasar di jalur tersebut menjadi faktor- faktor eksternal utama penyebab penurunan pangsa pasar Garuda. Sebab ini berarti penghapusan hak monopoli Garuda dan merubah struktur industri kedalam pasar yang bersaing.
Faktor internal Garuda yang menjadi penyebab penurunan pangsa pasar tersebut adalah ketidakmampuan manajemen Garuda dalam mengantisipasi terjadinya perubahan lingkungan pasar serta rendahnya kualitas sumber daya manusia yang menyediakan jasa/produk Garuda. Apabila Garuda tidak ingin terus menerus kehilangan pangsa pasarnya, maka harus dicari strategi yang relevan dengan kondisi pasar yang bersaing dan mampu mengeksploitir seluruh sumber daya yang dimilikinya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah membentuk strategi pemasaran yang menampung kondisi perubahan lingkungan pasar dan struktur industri aktual.
Strategi pemasaran yang dibentuk merupakan hasil analisa lingkungan eksternal untuk mencari peluang dan menghadapi ancaman serta analisa kekuatan dan kelemahan Garuda relatif terhadap pesaing utamanya yang ditujukan kepada delapan bauran pemasaran jasa angkutan udara. Sedangkan titik berat perhatian diberikan kepada variabel-variabel bersaing bagi industri jasa penerbangan berjadual dengan memperhatikan empat karakteristik jasa angkutan udara (the four I's) serta pendekatan pemasaran yang khas untuk industri jasa angkutan udara.
Disamping berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, sebaiknya Garuda juga meningkatkan kemampuan manajemennya dengan tujuan agar strategi pemasaran yang telah dibentuk dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kiat agar strategi tersebut berjalan dapat dicapai melalui: pengenalan strategi kepada segenap karyawan, penanaman rasa memiliki, tugas kelembagaan, inovasi secara terus menerus; pemantauan untuk mendapat umpan balik, keteladanan, konsistensi sikap dalam menghadapi krisis, serta pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia serta tidak lagi melakukan dikotomi antara formulasi dan implementasi strategi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Hermanto Nandar
"ABSTRAK
Pemasaran merupakan suatu aksi penjualan dari suatu produk yang dilalui tanpa
memahami perilaku konsumen dengan menjanjikan layanan purna jual terhadap produk
yang dipasarkan. Perilaku konsumen yang beraneka ragam ini dapat memberikan
dampak penilaian yang berbeda. Untuk itu tujuan utama penelitian ini adalah
mengevaluasi sejauh mana strategi pemasaran dapat memenuhi keinginan dan kepuasan
konsumen.
Karya akhir ini coba melakukan penelitian pada PT. Bumi Serpong Damai yang
merupakan perusahaan yang membangun dan mengelola kota mandiri Bumi Serpong
Damai. Pemilihan kota mandiri Bumi Serpong Damai sebagai lokasi penelitian
dilandasi upaya peneliti untuk dapat membuktikan apakah reputasi dan konsorsium
sepuluh perusahaan dapat menjamin terpenuhinya janji dan slogan yang pernah
disampaikan dalam taktik pemasaran. Pembuktian ini tidak terlepas dari masukan
pendapat yang diterima dan penghuni tentang kepuasan mereka terhadap kondisi
rumah, prasarana dan sarana yang disediakan. Usaha pembuktian dilakukan dengan
menganalisa strategi bisnis yang pernah dilakukan oleh PT. Bumi Serpong Damai.
Pembatasan pembuktian terbatas pada tiga variabel pemasaran yaitu segmen pasar
(market segmentation), sasaran pasar (market targeting) dan posisi strategi perusahaan
(positioning strategies).
Hasil survei menunjukkan bahwa karakteristik demografi di Bumi Serpong Damai
adalah sebagai berikut: mayoritas penghuni yang berusia 30-39 tahun, dengan
penghasilan díbawah Rp. 500.000,-. Pendidikan terakhir penghuni rata-rata SMA, dan
pekerjaan utama penghuni sebagai pegawai swasta, serta lokasi tempat kerja di
Tangerang. Rata-rata harga rumah yang dibeli dibawah Rp. 50.000.000,- dan penghuni
memiliki sebuah mobil. Sebagian penghuni memeluk agama Islam, sedangkan jumlah
keluarga dengan dua orang anak, tempat tinggal asal dan Jakarta Selatan.
Hasil analisa menunjukkan bahwa sebagian besar penghuni merasa tidak puas pada
beberapa aspek yaitu bangunan, lingkungan, transportasi dan fasilitas. Ketidak puasan
penghuni pada aspek bangunan menurut presepsi penghuni karena kualitas bahan
bangunan yang digunakan bermutu rendah, pengaturan ruangan yang kurang
mempertimbangican faktor privacy, tampak depan bangunan yang tidak memenuhi
selera dan kurangnya kelengkapan fungsi ruangan. Ketidak puasan penghuni pada
aspek Iingkungan menurut presepsi penghuni karena penarikan retnibusi sampah oleh
dua instansi yang berbeda, sistem keamanan yang kurang terkoordinasi, taman yang
dibuat tidak terencana dengan balk, air bcrsih keruh dan mahal harganya, kurang cepat
dalam memperbaiki lampu jalan yang mati. Ketidak puasan penghuni pada aspek
transpoasj znenurut presepsi penghuni karena kurangnya jerus dan pilihan angkutan,
waktu tunggu yang lama karena frekwensj angkutan umuin yang terbatas, jalur/trayek
yang terbatas, kurangnya terminal pemberhentian angkutan umum. Ketidak puas
penghuni pada aspek fasilitas menurut presepsi penghuni karena kurangnya jumlah
tempat ìbadah (masjid) dengan jarak pencapaian yang jauh, terbatasnya sarana olah
raga, kurangnya sekolah negeri, harga jual di pasar terlalu mahal, kurangnya sarana
rekreasi/hiburan.
Ketidak puasan penghuni diatas menggambarkan bahwa masih ada beberapa prasarana
dan sarana yang perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu pembangunan peramahan di BSD
harus memiliki preferensi rumah yang sesuai dengan kondìsi ekonomi konsumen yang
akan membeli rumah. Mengingat segmen potential mempunyai karakteristik dan
keinginan yang unik, maka piliak developer hams cepat mengantisipasi ciri ciri
tersebut. Disarankan developer membangun rumah dengan konsep rumah tumbuh
sehingga penghuni dapat mengembangkan sesuai kebutuhannya. Perbaikan mutu
bangunan dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas sesuai dengan segmen
pasarmya perlu juga dilakukan di BSD, misalnya dengan subsidi silang pembiayaan
antara rumah mewah dengan rumah sederhana. Sistem keamanan dengan melibatkan
peran serta masyarakat, instansi terkait sefla tenaga keamanan melalui pendidikan SDM
yang terlatth dapat meningkatkan keamanan lingkungan perumahan BSD. Peningkatan
sistem transportasi dengan penambahan junilah angkutan umum memberikan
keleluasaan memilth penghuni dengan jalur/trayek yang lengkap. Penambahan sarana
peribadahan untuk umat Islam sangat mendukung penghuni yang mayoritas beragama
Islam
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mully Mulyati
"ABSTRAK
Iklim globalisasi dunia usaha yang semakin kompetitif senantiasa
memacu adanya inovasi-inovasi baru. Dalam marketing channel inovasi ini
berupa pemotongan mata rantai distribusi sekaligus pemanasaran biaya iklan,
melalui konsep pemasaran yang dikenal dengan nama Multi-Level Marketing.
Sistem MLM ini diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan untuk dapat
berusaha sendiri dengan keterbatasan dana, keterampilan dan waktu.
Karenanya sistem ini dapat menjadi pilihan bagi mereka yang ingin dengan
cepat meningkatkan penghasilannya.
Dewasa ini perkembangan jumlah perusahaan yang menerapkan MLM
sistem semakin banyak. Dengan penerapan sistem MLM ini, perusahaan
mengharapkan dapat meningkatkan tingkat penjualannya karena sistem ini
memiliki kelebihan dalam hal marketing channelnya (memotong sebagian
mata-rantai distribusinya) yang memungkinkan perusahaan secara langsung
mendatangi konsumennya (melalui para distributornya).
Banyaknya jumlah perusahaan yang menerapkan sistem MLM, dan
banyaknya distributor yang telah tergabung didalanmya dapat dianggap
sebagai salah satu indikator kesuksesan sistem ini. Untuk penulisan ini,
dilakukan observasi terhadap beberapa perusahaan yang menerapkan sistem
MLM dalam strategi pemasarannya. Terhadap hasil observasi, dilakukan
analisis ke-empat faktor bauran pemasarannya yang mana akan dapat di
identifíkasi salah satu faktor tersebut yang dominan berpengaruh terhadap
keberhasilan strategi pemasaran MLM yang diterapkan oleb perusahaan. Dari
hasil analisis tersebut akan dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang
mendukung kesuksesan sistem MLM ini di Jndonesia ( dengan mengambil
sampel observasi dari beberapa perusahaan MLM).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riawan Bambang Paramarta
"ABSTRAK
Sampai saat ini semua kendaraan sedan yang dipasarkan di Indonesia adalah merek?merek dari luar negeri. Sekarang bagian terbesar pasaran sedan di Indonesia dikuasai oleh merek-merek buatan Jepang, kecuali di segmen sedan mewah yang dikuasai oleh sedan buatan Jerman. Jenis sedan yang dipasarkan di Indonesia diklasifikasikan kedalam empat kelas yaitu luxury, medium, small dan mini. Toyota Corolla termasuk kategori sedan kelas small. Segmen sedan kelas small ini adalah segmen yang memiliki porsi terbesar dalam pasar sedan di Indonesia. Karena itu segmen pasar sedan kelas small ini sangat strategis untuk diperebutkan.
Merek-merek sedan yang bersaing langsung dengan Toyota Corolla di kelas small ini adalah Honda Civic, Mitsubishi Lancer, Nissan Sentra, Ford (Champ, Gala dan Sonic), dan Mazda (323 & Astina). Toyota Corolla dirakit dan dipasarkan oleh Agen TunggaJ. Pemegang Merek Toyota di Indonesia yaitu P.T. Toyota-Astra Motor, sebuah perusahaan patungan antara Astra Internasional Inc. (Indonesia) dan Toyota Motor Corporation (Jepang).
Bagi P.T. Toyota-Astra Motor, bauran promosi yang mendukung pemasaran Toyota Corolla adalah alat utama untuk menghadapi persaingan yang sangat sengit di kelas small ini. Karena struktur pasar otomotif Indonesia adalah oligopoli sehingga faktor harga tidak dijadikan sebagai alat persaingan yang utama, karena adanya perang harga akan merugikan para peserta dalam industri itu sendiri. Demikian juga dengan dengan faktor produk, Toyota Corolla adalah suatu produk yang dipasarkan secara global ke seluruh dunia, sehingga bagi agen tunggal di Indonesia produk merupakan suatu given factor. Selain itu untuk distribusi ke konsumen bagi. Toyota Corolla ini tidak menjadi masalah yang berarti lagi, karena jaringan dealer Toyota adalah yang paling tuas dan paling tersebar di seluruh wilayah Indonesia jika dibandingkan dengan para kompetitornya. Dengan demikian maka jelaslah bahwa penerapan strategi bauran promosi yang tepat adalah sangat penting bagi keberbasilan pemasaran Toyota Corolla di Indonesia. Maka studi ini mempelajari strategi bauran promosi pada pemasaran Toyota Corolla di Indonesia, sampai di mana efektifitasnya untuk mendekati bahkan mengungguli pesaing berat Honda Civic dan apakah dapat dicari berbagai cara promosi yang lebih efektif.
Konsumen sasaran utama yang hendak dijangkau oleh Toyota Corolla adalah para profesional pada tingkatan eksekutif yunior sebagai kendaraan yang representatif untuk keperluan bekerja maupun sebagai kendaraan keluarga. Hal ini tercermin dari harganya yang dapat dijangkau oleh konsumen berpenghasiian menengah ke atas dan modelnya cenderung klasik atau konservatif sehingga menimbulkan kesan formal.
Setelah pernah memimpin pasar pada tahun 1983, sejak tahun 1984 sampai dengan saat ini Toyota Corolla hanya mampu menduduki tempat kedua di bawah Honda Civic. Strategi promosi yang diterapkan untuk memasarkan Toyota Corolla adams ini dapat dikategorikan sebagai heavy promotion yang dilakukan secara mahal, sehingga nampaknya kurang mendukung usaha untuk memposisikan Toyota Corolla sebagai produk yang eksklusif di kelasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari suatu suatu program promosi yang iebih customized, yaitu yang Lebih difokuskan secara jitu kepada niche market para pengusaha dan profesional yang berdaya beli tinggi. Selain itu program promosi yang dilakukan harus lebih diarahkan pada program yang memberikan trial impact yang tinggi pada konsumen sasaran, misainya dengan sering mengadakan acara test drive terbuka bagi calan konsumen yang potensial.
Rekomendasi lain yang dapat diberikan adaiah meningkatkan aktifitas marketing intelegence supaya dapat mengamati dan mengantisipasi gerakan-gerakan bersaing para kompetitor dengan baik. Dengan demikian program promosi dapat dirancang dan dilaksanakan secara lebih flekaibel sesuai dengan perkembangan situasi persaingan yang cenderung semakin keras. Selain itu perlu diadakan usaha pemisahan outlet antara sedan dengan kendaraan niaga, sehingga citra Toyota Corolla tidak terganggu oleh Kijang."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>